D-Day

648 121 17
                                    

Aku berlari pergi dari rumah untuk berangkat sekolah dengan riang dan semangat, aku tinggal sendirian —entah sejak kapan aku tinggal sendirian

Tebak apa yang membuatku bersemangat? Hari ini adalah hari ulangtahunku yang ke-17. Aku sangat menantikan hari ini, karena Hoseok-hyung (pacarku) berjanji akan membawaku ke suatu tempat yang sangat menarik. Aku masih bingung tempat apa yang Hoseok hyung maksudkan, yang jelas aku sangat penasaran.

Selain itu, hari ini aku berharap sahabatku tidak membuatku badmood, karena biasanya Jimin membuatku muak dengan lelucon bodohnya, sedangkan Jungkook, jika Ia dalam mood yang buruk, Ia akan tampak seperti monster yang haus korban jiwa. Jadi lebih baik aku menghindar darinya. Aku harap mereka mengerti hari apa ini.

Saat berada di penyebrangan jalan, kulihat seorang bocah kelas 3 SD menatapku dengan tajam, Ia tampak bergandengan dengan ibunya, kurasa Ia juga hendak menyebrangi jalan.

Melihat tatapannya itu, aku tidak merasa marah sedikitpun, aku malah melemparkan senyuman hangat padanya dan sedikit menjilat bibir bawahku (umm, lebih tepatnya smirk), namun Ia malah memeluk ibunya dengan erat. Hey apakah wajahku tampak seperti pedofilia?

-oOo-

Sampai dikelasku, aku masuk dengan perasaan bersemangat.

Brak!

Aku membanting pintu berharap semua memusatkan pandangannya kearahku, si birthday boy.

"Tebak siapa yang berulangtahun hari ini!" Seruku didepan pintu, namun teman sekelasku hanya memasang wajah terkejut karena bantingan pintu tadi lalu kembali ke raut datar dan mengabaikanku. Aku merasa kesal.

Dengan ikut mengabaikan mereka, aku berjalan dengan bibir yang kutekuk kearah bangkuku. Aku duduk dengan Jimin, sedangkan Jungkook duduk tepat dibelakang kami dengan Yugyeom.

Aku duduk lalu menghadap Jungkook dan Jimin yang sedang berbincang-bincang. Tampaknya asyik, aku pun ikut menimbrung.

"Hey, tidakkah kalian—" Aku memotong kalimatku karena aku merasa bahwa mereka telah mengabaikanku.

"Jimin-ah, apakah kau tidak ingin menceritakan lelucon basi mu padaku?" tanya Jungkook dengan wajah penasaran. Jimin menggeleng "Aku sedang dalam mood yang buruk, Kookie" jawabnya.

Tumben sekali Jimin tidak ada selera untuk menceritakan lelucon bodohnya? Biasanya tanpa diminta, Ia akan dengan sendirinya menceritakannya padaku.

"Hey! Tumben sekali kau—"

"Hey kau tau kemarin aku menemukan film dewasa di flashdiskmu, kau mulai nakal, ya?" goda Jimin pada Jungkook. Ia sengaja memotong kalimatku.

"Hey!" Aku berteriak pada mereka karena merasa terabaikan. Namun mereka benar-benar mengabaikanku.

Kemudian aku memasang smirk, dasar bodoh. "Kalian sedang mengerjaiku? Cih baiklah jika itu mau kalian. Aku tidak jadi menraktir kalian" ucapku ketus. Tapi mereka tetap saja melanjutkan gurauan bodohnya.

Aku kemudian menekuk wajahku. "Baiklah terserah kalian!"

Istirahat tiba, ternyata satu kelas bersekongkol dengan mereka. Aku sangat kesal, walaupun aku tau akhirnya mereka akan mengucapkan selamat ulangtahun padaku dan memberikanku surprise yang mengejutkan. Tapi aku paling benci diabaikan sekalipun mereka hanya bercanda.

-oOo-

Karena bosan, aku memutuskan untuk pergi kekelas Hoseok-hyung. Saat pergi ke kelas Hoseok-hyung, aku melihat Yoongi-hyung didepan pintu kelasnya. Ia menatapku datar, ya memang wajahnya seperti itu.

"Apakabar!" Seruku padanya, aku belum berbicara pada siapapun hari ini, dan kuharap Ia akan menjadi yang pertama.

"Selamat ulangtahun." ucapnya dengan datar lalu pergi meninggalkan pintu kelas.

Aku sangat senang mendapat ucapan pertama kali walau bukan dari sahabatku.

Sampai didalam kelas Hoseok-hyung, kulihat Ia sedang menenggelamkan kepalanya disela tangannya. Kurasa Ia sedang tidur.

"Hoseokie-hyung~" Sapaku sambil duduk disampingnya. Namun Ia tampak mengabaikanku. Oh, kurasa Ia juga bersekongkol dengan Jimin dan Jungkook.

"Terserah kau ingin mendengarkanku atau tidak, yang jelas tunggu aku didepan kelasku sepulang sekolah" ujarku padanya dengan dingin lalu pergi meninggalkannya.

-oOo-


Sepulang sekolah, aku keluar dengan wajah kesal, kenapa mereka tidak mengucapkan apa apa? Bahkan seharian aku mati kebosanan dikelas karena diabaikan teman sekelas. Ugh tega sekali.

Baru saja keluar dari kelas, aku melihat Hoseok-hyung yang sedang berjalan menuju kelasku. Aku menarik sudut bibirku untuk memasang senyum kecut.

"Hai" sapaku sambil tersenyum, namun Hoseok-hyung berjalan melaluiku begitu saja. Aku benar-benar kesal.

Karena penasaran aku pun mengikutinya. Dan aku juga ingat apa kata-katanya saat itu.

"Jika hari ulangtahunmu tiba, aku akan membawamu pergi kesuatu tempat" begitu katanya.

Dan kurasa inilah waktunya.

Setelah cukup lama membuntutinya, tidak. Bukan membuntuti, sebenarnya aku berjalan disampingnya, namun suasananya sangat sunyi dikarenakan tak ada percakapan antara kami berdua.

Di tengah perjalanan, Hoseok-hyung berhenti.

Ia mengeluarkan seikat bunga dari tasnya, aku sangat terharu dan ingin segera memeluknya, namun apa daya Ia malah melanjutkan langkahnya. Aku pun berjalan cepat untuk menyeimbangkan langkah kami.

Tunggu, jika itu bukan untukku? Lalu untuk siapa?

Kemudian setelah aku tau tempat tujuannya, akupun meneteskan air mata dan seketika menangis sejadi-jadinya.

"H—hyung,"


.

.

.

.

.

Dan yang membuat dadaku semakin sesak lagi ketika melihat namaku yang terukir disebuah batu yang tertancap diatas tanah

Bagaimana aku bisa lupa bahwa aku telah mati?!

.

.

.

-END-

Pindahan saya yg kedua nih dari ffn ke wattpad :v

Happy Birthday [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang