Jika ada yang bertanya apakah aku menyukainya, maka aku akan menjawab 'TIDAK'. Jika ada yang bertanya apakah aku mencintainya, sudah tentu aku juga akan menjawab 'TIDAK'.
"Terus kenapa lo sewot liat dia deket sama Rina?" Tanya Indah lagi.
"Gak tahu juga sih, gue...gak suka aja liatnya. Berasa kehilangan fans, ya...pokoknya gitulah!" Aku sendiri saja tidak tahu kenapa. Hanya saja setiap melihat Adit bersama Rina setelah seminggu aku menolaknya, rasanya aneh.
"Kayak lo artis aja! Lagian dia kan emang terkenal suka ganti-ganti cewek. Gue sih maklum. Orang satu sekolahan juga gak mungkin gak ada yang tahu dia. Termasuk lo!"
Iya juga sih, dia kan PLAYBOY. Kenapa aku seserius ini menanggapi apa yang aku lihat?
"Orang satu sekolahan juga tahu kalau lo juga hobi nolak cowok. Udah berapa coba yang lo tolak? Tapi kenapa lo sekecewa ini cowok yang lo tolak deket sama cewek lain? Perasaan kemarin-kemarin biasa aja!" Jelas Indah panjang lebar, dan aku mengakuinya. Aku mengakui diriku yang memang jomblo yang selalu menolak cowok. Kenapa? Karena mereka hanya mengagumiku, bukan mencintaiku. Cinta bagi mereka hanyalah sebuah kata. Menurutku sih. Tapi melihat si PLAYBOY itu deket sama cewek lain, kenapa, aku, merasa, ada, yang aneh?
"Atau....jangan-jangan..." Indah memainkan telunjuknya di depan wajahku.
"Jangan-jangan apa?"
"Hmmmm....gue tahu!"
"Apa sih?" Tanyaku kesal.
"Lo cemburu! Hayo....ngaku aja lo! Lagak lo nolak-nolak dia, sekarang Adit gandeng cewek lain aja lo gak terima gini!"
"Hah? Gue cemburu? Gak lah! Adit bukan tipe gue, makanya gue tolak! Lo tau kan, cowok Playboy macam dia gak akan pernah masuk di list gue!"
Lagian mana mungkin aku cemburu? Helllowwww....gue gak cemburu!!!
"Aduh...jangan gitu deh. Munafik banget lo jadi manusia! Hati-hati, kemakan omongan lo sendiri, baru tahu rasa lo!"
"Ih...takut gue! Tapi gue emang gak cemburu, Indah. Ah...bodo amat lah!"
"Yeee...malah sewot!"
Lalu aku memilih kembali ke kelas. Sambil memikirkan perkataan Indah. Satu kata yang entah kenapa menjadi satu-satunya kata yang ada di otakku.
CEMBURU
Tidak, itu tidak mungkin. Sudah jelaskan aku menolaknya seminggu yang lalu. Mana mungkin aku cemburu? Darimana aku bisa cemburu?
Cuma, ini cuma loh ya. Pikir saja, seminggu yang lalu dia si manusia kelas 12 anak IPS, menyatakan cinta padaku. Dia bilang, aku menarik, nyambung, enak diajak ngobrol, suka ketawa dan menggemaskan. Lalu dia mengatakan,
"Ri, boleh gak gue berlaku egois sama dunia?"
"Mau ngapain emang?" Tanyaku saat itu.
Lalu dia mengeluarkan setangkai bunga, entah dari mana, bunganya siapa yang dia petik, punya tetangga atau nyolong di tempat ibu RT, aku tidak begitu peduli. Yang aku peduli adalah, dia romantis. Ya, cukup romantis. Pasti dia mau nembak aku. Buat apa dia mendekatiku semingguan kalau bukan karena itu. Sorry, bukannya terlalu PD atau sombong, tapi aku sudah kenal betul tabiatnya pada semua cewek incarannya. Dan aku, adalah target selanjutnya. Aku berani taruhan!
"Gue pengen lo jadi milik gue!"
"....." aku tidak langsung menjawab, aku pura-pura sedang berpikir dan terus menatapnya. Dia juga menatapku, menanti jawaban pasti dariku. Sudah pasti, dia berharap aku menerimanya.
"Sorry, maksudnya....ini....lo nembak gue? Gitu?" Aku juga pura-pura sok speechless waktu itu.
"Iya...gue nembak lo! Bego' atau apa ya? Terus gimana, lo mau jadi pacar gue gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
He's A Playboy, He's Mine
Teen FictionTemanku bilang, benci dan cinta hanya beda tipis. Setipis apa, aku juga tidak tahu pasti. Dan aku.....Aku membenci Adit!!!