Yang menjadi teringat belum pasti yang terindah, tetapi yang terindah sudah pasti menjadi kenangan. Sejak saat itu, hari dimana kau meninggalkanku sendiri di taman sekolah, aku menjadi benci dengan hujan. Awalnya, kupikir kau tak sengaja meninggalkanku karena tugas. Tapi saat ku tahu kau mengabaikanku karena ego mu, aku tak bisa berfikir jernih lagi. Tiga bulan yang lalu, waktu yang sama di saat hujan, aku bercanda denganmu di UKS. Kau begitu tanggap denganku, kau begitu perhatian padaku. Dua bulan yang lalu, di musholla kau berjalan padaku, bertanya padaku apakah aku sudah sholat. Dan dari situ kami mulai bercanda. Begitu pada hari seterusnya hingga satu minggu terakhir.
Masih disaat hujan. Aku menunggumu dan terus menunggu. Begitu senangnyakah kau membuatku menunggu? Atau, aku yang bodoh karena mau menunggumu? Hari ini, saat kelima aku menunggumu di tengah hujan. Aku pulang dengan keadaan badan yang basah kuyup. Berjalan lurus dengan tatapan kosong dan langsung menuju kamar mandi untuk mandi. Tak ada nafsu makan. Untuk melihat sekilas layar handphonepun rasanya begitu malas.
Aku terbangun dengan mata sembab. Siapa yang tau jika semalam aku menangis? Tak ada yang perduli juga. Saat disekolah, kau menyuruhku menuju ke belakang UKS. Dengan mudahnya aku mengiyakan permintaanmu. Aku ini kenapa? Mengapa aku terus menurutinya sedangkan dia selalu menyakitiku?
“maaf.” Haha.. aku bosan mendengar kata basi setiap lelaki. Dengan awal meminta maaf dan akhir menghianati.
“saat hujan kemarin, aku bersama temanku. Dirumahnya.” Lebih gila. Aku tak dapat mengatakan apapun.
“kurasa hampir hujan, mau basket bersama lagi?” Aku hanya mengangguk mengiyakan permintaannya. Kau melontarkan senyum manis padaku. Begitu manis hingga aku dapat melupakan kejadian kemarin.
Hari – hari berlalu dengan normal. Hingga hari kelulusan tiba. Aku yang hanya anak kelas VII smp dan ingin naik kelas. Sedangkan kau sudah lulus saja. Rasa khawatir, tak rela, dan cemburu beraduk menjadi satu. Selama ini pun kau masih menggantungku. Status kita sebenarnya apa?
“---“
Kau mencari sekolah yang kau mau. Hingga kau benar – benar mendapatkannya. Kini, hujan deras tak berarti. Suara rintik hujan serasa tak terdengar tanpa tawamu. Mendungnya awan yang biasa terabaikan karena senyummu, berasa tak berarti lagi. Aku mulai bosan. Tak ada kabar darimu setelah hari kelulusan itu. Apa tak ada waktu untuk menghubungiku sebentar saja? Bahkan jika sedetik saja? Apa kau tak tau jika aku merindukanmu?
Satu minggu setelah aku mengeluhkan tentangmu, akhirnya, kau menghubungiku juga. Taukah kau? Aku begitu senang hingga meneteskan air mata, dan mengabaikan apapun yang ada di sekitarku. Seperti biasa, kau membuatku gila.
Semua berlangsung normal. Seperti saat dulu kita sering bercanda bersama. Hingga pada saat kau mengucapkan maaf. Hatiku mulai takut dan jantungku berdegup kencang dan….
“maaf, aku melakukan kesalahan fatal. Maaf jika aku menyakitimu, tetapi aku tak berniat begitu. Maaf jika aku membuatmu kesal dengan kelakuan dan perkataanku. Maaf jika aku meninggalkanmu. Maaf jika kau berfikir aku memberimu harapan lalu melupakan. Bukan aku melupakanmu kemarin, tapi… aku suka dengan seseorang, dan dia adalah temanmu. Satu sekolah denganmu dan setingkat dengammu. maaf seribu maaf jika aku menghancurkan perasaanmu. Aku sadar akan hal itu. Tapi, aku tak bisa menahan hatiku ini. MAAF… sungguh aku minta maaf.”
Sudah. Aku tak mau lagi. Aku tak mau mengenalnya, tak mau mengingatnya, tak mau menemuinya. Tapi Tuhan, akankah aku dapat menjalani hidup dengan normal? Aku harap, dia bisa bahagia. Tanpa diriku dan tanpa canda tawaku. Dia sudah menemukan separuh hatinya. Jika aku mencinntainya, seharusnya aku merelakannya bukan? Aku harus membiarkan dia bersama separuh nyawanya itu. Bukan memaksanya untuk menangis bersamaku. Karena aku bukan orang yang disayanginya.
-----“-----
Kata Kutip
“--- Lepaskan jika itu membuatmu lega. Lupakan jika itu meringankan perasaan dan bebanmu. Karena sebenarnya, cinta berasal dari dasar hati dua insan. Bukan paksaan perasaan seseorang. Dan yang pasti, jangan menyalahkan cinta. Karena tanpa cinta, mungkin kita tak bisa tersenyum---“
“--- love your live. Because, life comes from love ---“