prolog

43 3 3
                                    

jakarta, 8 januari 2017

Namaku Graceta Evangelist, aku seorang siswi Sma Tunas Bangsa. Tahun ini adalah tahun terakhirku.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, 3 tahun telah berlalu.
Padahal aku masih merasa baru kemarin hari pertama aku memasuki sekolah itu.

Sekarang aku berada di sebuah ruangan, ya tepat nya kamarku. Aku duduk di depan sebuah meja belajar.
Aku menatap ke sekelilingku  ruangan ini masih saja sama, tak ada yang berubah. Walau pun 3 tahun telah berlalu tapi setiap kenangan itu seakan masih tersimpan di setiap sisi ruangan ini.

Ruangan ini, tepatnya kamarku. Seakan menjadi saksi bisu atas semua curahan perasaanku.
Tangisku, peluhku, dan luka di hati ini, ruangan ini seakan mengerti tentang perasaanku.

Apa yang aku rasakan sekarang ruangan ini seakan mengetahui sakit di dalam sana, ya di dalam sana di dalam hati ini.

Aku menatap meja belajar di depan ku. Aku melihat sebuah buku yang tak asing bagiku, sebuah buku bersampul merah jambu. Ku raih buku itu, tersimpul senyum kecil di wajahku.  Aku menatap buku itu  dengan pandangan yang sulit di artikan. Ada rasa kecewa, sedih, dan perih ku rasa di dalam hati ini. Buku itu seakan menjadi curahan hati ini, semua yang aku rasakan tertulis jelas di buku itu.

Kubuka halaman awal dari buku itu
tertulis rapi dengan tinta biru. Tertulis jelas nama yang tak asing bagi ku, nama yang telah berhasil membuat luka yang begitu dalam di dalam hati ini. Nama yang telah berhasil meluluh lantah kan hatiku.

Nama yang tak akan pernah aku lupakan, nama yang akan selalu mengingatkan ku akan sakitnya jatuh cinta, tentang bagaimana sakitnya di hianati, dan nama itu pula yang pernah memberikan kebahagiaan yang sungguh membuatku terbang dia atas awan, hingga pada akhirnya dia jugalah yang menjatuhkan ku ke dasar samudra.

"Yunico samuel

Sungguh miris memang jika mengingat awal kami bertemu, hingga ia menyatakan cintanya padaku dan sampai pada akhirnya dia jugalah yang memutuskan cinta itu.

"Yunico samuel" aku menyebutkan nama itu dengar suara yang samar-samar bahkan hampir tak terdengar.
Sampai aku tak sadar tetesan demi tetesan butir-butir kristal bening telah keluar dari kedua mata ku.

Ya dia adalah cinta pertamaku, orang pertama yang berhasil meluluhkan hati ini. Tapi mungkin memang benar kata pepatah bahwa cinta pertama tak kan bersatu.

Oh Tuhan bolehkan aku meminta satu permohonan pada mu?
jika boleh biarkan aku mengulang waktu dan aku tidak akan pernah mau mengenal nama itu.
Aku tak pernah meminta banyak dalam hidup ini, keluargaku pun tak seharmonis yang ku harapkan. Mengapa engkau tega menambahkan beban lagi padaku?

Semakin lama beban dalam hidup ini semakin berat, Tuhan.
Aku akan menunggu semoga engkau mempersiapkan kehidupan yang lebih indah nanti nya, jangan mengecewakan aku lagi Tuhan, semoga pelangi setelah hujan itu memang ada dalam hidup ku.

Ku pejamkan mataku mameluk buku bersampul merah jambu itu. Bayangan itu kembali , membuat tangis yang sudah ku tahan sedari tadi menjadi pecah seketika.
Bayangan senyumnya,  tawanya, saat dia menyatakan cinta, dan saat dia memutuskan cinta itu. Memutuskan hanya dari sepihak, tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.

Ku buka mataku, Seraya ku gerakkan tanganku menghapus deraian kristal bening dari wajahku. Seakan menghapus jejak kepedihan yang terukir di sana.

Aku membuka lembaran-lembaran dari buku itu, terukir senyum kecil di wajah ku. Di sana tertulis bagaimana awal kami bertemu.

***

Hay ini cerita pertama gue di baca ya ><
Kalau suka jangan lupa tinggalkan jejak ya
pendek ya? Hehe untuk awal segini dulu  ntar kalau udah ada yang vote 7 aja deh .  Gue janji bakal cepet2 update.

See you next time guys: )

Buku Merah JambuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang