Mantra Pemanggil Arwah

5.4K 124 5
                                    


Dingin. Lembab. Gelap. Sepi. Hanya setitik cahaya lilin penerang di tengah ruangan. Membuat suasana temaram. Tapi yang bikin bulu kuduk meremang, gemerisik suara angin di luar. Terdengar menyayat. Seperti ratapan perempuan teraniaya. Derit engsel jendela kayu yang dihantam angin, laksana rintihan nenek tua.

Empat gadis remaja itu mengeratkan pegangan. Mereka duduk melingkar mengepung sebatang lilin yang menyala di tengah ruangan sambil berpegangan tangan. Bias cahaya lilin menerpa wajah mereka, memperlihatkan kegundahan dan kengerian yang berdebam dalam dada.

Namun mereka tetap bertahan, menepis rasa gentar dan kegalauan. Demi sebuah misi yang kedengarannya sulit dimengerti. Memanggil arwah!

"Kamu yakin dia akan datang?" Niken memecah keheningan dengan nada lirih namun tak bisa menyamarkan rasa takutnya.

"Aku pernah membaca pengalaman orang di internet, dan ia berhasil melakukannya," jawab Lani.

"Bisa saja pengalaman itu palsu, sekadar menarik perhatian!" tukas Dina masih menyangsikan.

"Sudahlah, kalian tak perlu komen dulu. Bagaimana kita bisa tahu ini akan berhasil atau tidak kalau kita belum melakukannya. Bukankah kalian ingin tahu kebenarannya?"

Niken dan Dina terdiam.

"Ini seperti permainan Jelangkung," celetuk Raras.

"Jelangkung sudah kuno. Mengamati boneka kayu bergerak seakan digerakkan arwah, tidak amazing lagi. Tapi ritual satu ini lebih mantap. Bertemu dan bercakap-cakap langsung dengan arwahnya, seperti saat dia masih hidup! Keren, kan?" Lani menyeringai, memperlihatkan kegairahannya.

"Tapi ini sangat menakutkan?" keluh Niken.

"Yang takut silahkan pergi dan tak pernah ada lagi persahabatan diantara kita!"

Niken terdiam. Yang lain terdiam. Hening sesaat...

"Benar tandanya api lilin padam jika dia datang?" Raras seperti ingin mengkonfirmasi lagi.

"Ya! Sudah, nggak usah banyak cakap lagi. Ayo, teruskan baca mantra!" "Yang telah pergi, yang telah hilang, datanglah kembali... yang telah pergi yang telah hilang datanglah kembali..."

Keempat gadis remaja itu mengucap mantra berulang-ulang. Suara mereka menggema, menyusup ke setiap celah dan sudut ruangan dalam rumah tua itu. Bahkan melesak laksana lembing, melenting ke udara. Naik ke angkasa, melewati awan hitam, melewati bulan perawan. Disambut lolongan anjing di kejauhan.

Tiba-tibanyala lilin padam. Gelap. Tenggorokan keempat gadis itu seakan tersekat.Menghentikan lantunan mantra. Tapi sejurus kemudian, terdengar jeritan salahseorang dari mereka membahana, "Aaaaaaaaaaa....!!!"


Memanggil Arwah - By Eko HartonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang