ONE SHOT STORY

28 4 0
                                    


Seorang gadis hanya bisa menatap keluar jendela, melihat pemandangan kota Jakarta yang ramai di bawah langit biru yang cerah. Itu mungkin sebuah pemandangan yang indah jika kau tidak melihat hal yang sama seperti itu selama tiga minggu.

“Permisi..” Ucap seorang suster yang membawa makanan.

Gadis itu hanya menoleh tanpa sedikitpun mengeluarkan suara.

“Siang. Ini makan siang, nanti setelah selesai makan tolong obat nya di minum ya..” Ucap sang suster tersenyum sambil menaruh menu makan siang di meja yang ada di sebelah kanan tempat tidur.

Tidak lama suster itu pergi meninggal kan sang gadis sendirian. Gadis itu mulai memakan makan siangnya, mengunyah tanpa ada semangat sedikitpun. Tentu saja, makanan rumah sakit hampir terasa hambar, dan gadis itu sudah memakan makanan yang sama selama ia dirawat.

“Permisi..” Suara seorang pria terdengar setelah suara pintu berhenti terdengar.

Sang gadis berpikir siapa yang mengunjungi nya. Jika itu salah satu teman sekelas nya itu hal yang tidak mungkin, karena ini masih jam sekolah.  Seorang pria yang dengan tinggi sekitar 178cm, akhirnya muncul setelah melewati gorden pembatas

“Ehhh..” lelaki itu terkejut saat melihat sang gadis.

“Maaf. Cari siapa ya?” Tanya sang gadis.

“Maaf, maaf. Seperti aku salah masuk kamar. Aku mencari teman ku, dia sedang di rawat dilantai ini juga. Ia mengalami kecelakaan.” Ucap lelaki itu sambil tersenyum malu.

“Mungkin teman mu di kamar sebelah.”

Sang lelaki hanya mengangguk dan berbalik. Tapi setelah satu langkah ia berhenti dan berbalik, hal itu membuat sang gadis kebingungan.

“Ada apa lagi?” Tanya sang gadis.

Tidak peduli dengan pertanyaan itu, sang lelaki menarik sebuah kursi dan duduk di sebelah gadis itu. Ia tersenyum dengan lebar.

“Kau cantik.” Ucap sang lelaki.

Sang gadis terkejut, sudah lama ia tidak merasakan perasaan malu. Wajahnya mulai memerah setelah ia terkejut.

“Apa maksudmu berkata seperti itu, lagipula kenapa kau masih di sini?!” Tanya sang gadis yang meninggikan suaranya.

“Aku tidak bermaksud apapun padamu. Aku hanya mengatakan hal yang apa yang kulihat dengan jujur. Lagipula kenapa gadis secantik dirimu ada di sebuah kamar rumah sakit, dan pandangan matamu beberapa saat yang lalu terlihat kosong. Apakah kau mengalami hal buruk?”

Sang gadis menghela napas, dia sedikit lelah oleh sikap lelaki itu yang melakukan seluruh hal sesuka nya. Tapi ia mulai berpikir, “apakah aku harus menceritakan hal ini padanya? Yaa.. mungkin aku harus menceritakan hal ini untuk menghilang kan rasa bosan.” Ucap batin sang gadis.

“Aku sudah terjebak di kamar ini selama tiga minggu penuh, apakah itu hal menyenangkan menurut mu, tentu saja tidak. Ini adalah salah satu pengalaman terburuk dalam hidup singkat ku, bahkan di waktu yang terus menipis aku tidak bisa menikmati apa yang tersisa. Aku juga terus menolak untuk melakukan operasi karena itu memakan biaya yang besar dengan kesempatan berhasil hanya di angka 15%. Aku berkata pada orang tua ku untuk tidak melakukan operasi dan biayanya di simpan untuk hidup mereka.”

“Hmm…. Kau ternyata orang yang hebat, aku jadi iri padamu.. andai saja aku bisa menjadi orang hebat seperti dirimu..” Ucap sang lelaki.

“Sudahlah. Jangan berkata seperti itu, setiap orang hebat dengan kelebihan nya masing-masing.” Ucap sang gadis sambil tersenyum.

ONE SHOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang