"Suadara Riko. Saudara mengenal dua korban penusukan yang ditemukan di dalam salah satu kamar Hotel Ranu Pani?"
"Kenal Pak."
"Siapa mereka?"
"Kalau yang perempuan itu Rianti, istri saya. Yang laki-laki, Artono, sahabat saya."
"Berarti mereka orang terdekat Anda?"
"Benar Pak."
"Benar bahwa Anda yang melakukan penusukan ke pada mereka?" hening beberapa detik sebelum keterangan selanjutnya terlontar. "Benar Pak, itu Saya."
"Apa yang menyebabkan Anda bisa begitu tega menghabisi mereka? Apalagi mereka orang terdekat Anda."
"Karena mereka berkhianat di belakang Saya! Karena mereka menjalin kasih yang seharusnya tidak mereka lakukan!" Terlihat sekali betapa geramnya orang ini ketika mengatakan penyebab tindakan kriminal yang dilakukannya.
"Berarti Anda sakit hati? Anda dengan sadar melakukan penusukan itu atau sebelum melakukannya Anda telah mengonsumsi minuman beralkohol?"
"Tentu saja Saya sakit hati! Suami mana yang ikhlas melihat istrinya berhubungan dengan laki-laki lain, terlebih orang itu mengaku sebagai sahabat Saya! Saya dengan sadar melakukannya, tidak dalam pengaruh alkohol. Dan Saya siap mempertanggungjawabkannya."
"Baiklah, ini terakhir. Apakah setimpal dengan menghilangkan dua nyawa orang tersebut untuk membalas sakit hati Anda? Tidakkah itu berlebihan? Mengapa tidak dimaafkan saja? Bahkan Tuhan saja Maha Pemaaf."
"Tuhan memang Maha Pemaaf. Namun, ketika manusia menyembah selain kepadaNya, Dia murka dan menjanjikan neraka sebagai imbalannya. Itu karena manusia telah berkhianat pada Tuhan. Bahkan untuk mendapatkan ampunanNya, manusia harus bertaubat sampai akhir hayat. Dan hanya Tuhan yang tahu apakah diampuni atau tidak. Lalu, mengapa Saya harus memaafkan mereka?! Bahkan melihat mereka sejenak saja Saya tidak sanggup. Bahkan Saya juga tidak tahu apakah dapat mempercayai mereka kembali jika Saya memaafkan mereka. Lebih baik Saya melihat mereka enyah dari muka bumi dari pada harus terus berburuk sangka."
Interogasi yang aku lakukan ke pada Riko, tersangka kasus penusukan sepasang kekasih yang ditemukan di salah satu kamar hotel kembali terngiang ditelingaku. Begitu besar dampak dari pengkhianatan yang dilakukan istri dan sahabatnya ke pada dirinya sampai dia hilang akal. Dan memutuskan untuk menghilangkan nyawa dua orang terdekatnya tersebut. Tapi, dari interogasi tersebut sebenarnya nampak ada begitu banyak tekanan yang dialami oleh Riko, setidaknya aku meyakininya seperti itu.
Karena memang sebagian besar kasus pembunuhan terjadi bukan hanya karena motif sakit hati. Tetapi, adanya tekanan dalam hidup yang menuntut untuk memiliki taraf hidup yang lebih baik sering kali juga membutakan mata batin, hingga langkah menghilangkan nyawa menjadi solusi terbaik yang muncul begitu saja.
Memikirkan kasus kriminal memang tidak akan ada habisnya. Mengingat pengkhianatan yang dialami Riko, mau tidak mau Aku jadi harus memikirkan kembali nasibku. Aku juga sama seperti Riko, dikhianati orang terkasih dan terdekat. Kekasihku menduakanku dengan sahabatku sendiri, umur hubungan mereka bahkan sama dengan hubunganku dan kekasihku.
Dalam hitungan hari Aku dan kekasihku yang harusnya bersanding di pelaminan, akhirnya urung melaksanakan rencana itu karena terungkapnya hubungan terlarang kekasihku itu. Tapi, sebisa mungkin Aku menjaga akal sehatku dan mengatakan bahwa Aku tidak perlu terpuruk, Aku akan baik-baik saja. Yang harus Ku lakukan selanjutnya hanyalah menghadapi kenyataan, meyakini bahwa ada wanita lain yang lebih pantas untukku nanti, yang saat ini keberadaannya masih dirahasiakan oleh Tuhan, Sang Maha Kuasa.
Di awal bulan lalu, orang tuaku bahkan terlihat sekali berusaha untuk mengalihkan perhatianku dari rasa sakit hati. Mungkin, mereka khawatir anaknya nanti akan melakukan tindakan yang berbahaya, terlebih memang ada beberapa teman sesama anggota kepolisian yang menjadi bahan berita kriminal karena mencoba menghilangkan nyawa orang lain. Apalagi penyebabkan kalau bukan tekanan dalam hidup dan rasa frustasi.
Aku memaklumi tindakan orang tuaku itu, maka sebisa mungkin Aku meyakinkan mereka bahwa Aku baik-baik saja. Bahkan Aku semakin rajin dalam beribadah. Ini salah satu hikmah yang Ku dapat dari permasalahanku. Aku melampiaskannya dengan lebih rajin beribadah sehingga lebih yakin dalam menentukan arah tujuan hidupku selanjutnya.
"Bro, ke kantin yuk! Diam saja di kantor dari tadi. Nggak takut kesambet?" Ini Toni, salah satu teman dekatku yang sudah Ku kenal sejak menempuh pendidikan Akpol di Semarang. Dia ini, kalau bicara selalu sesuka hati, tapi siapa sangka kalau dialah yang menggagalkan penyelundupan ribuan pil ekstaksi di Pelabuhan Merak, Banten. Perilaku dan prestasinya memang lebih sering berbanding terbalik. Namun, Aku bangga sebagai salah satu temannya.
"Duluan saja sana. Masih ada yang harus Gue beresin sedikit lagi." Tolakku secara halus, karena memang berkas interogasi yang Ku lakukan ke pada Riko memang sudah ditunggu dan harus segera diserahkan pada atasanku. "Oh, gitu. Yasudah, Gue duluan. Nggak usah pakai baper Lo ngerjain berkasnya." Ucapnya sambil terkekeh. Toni adalah salah satu orang yang mengetahui permasalahan kandasnya cintaku dari sekian banyaknya orang yang tahu, karena memang sudah hampir menjadi rahasia umum. Namun, hanya dia yang dengan tidak sopannya mengungkit masalah ini, walaupun maksudnya tidak serius.
"Nah, ini dia sudah datang. Sudah selesai kan?" Aku mengangguk sebagai jawaban. "Tuh, lihat di pojok sana. Itu Mutia, dia anak mutasi dari Aceh. Cantik tuh, mana tampilannya solehah. Coba pepet, gerak cepat, jangan kelamaan, siapa tahu jodoh." Aku melihat ke arah yang ditunjuk Toni tadi. Hm, Mutia ya namanya. Cantik. Benar yang dikatakan Toni, penampilannya solehah, hati terasa sejuk melihatnya. Entah kenapa terasa desiran di dadaku. Tapi, apa Aku sudah siap menjalin hubungan kembali? Jujur saja Aku masih ragu untuk memulai suatu hubungan dengan lawan jenis. "Kita lihat saja nanti, kalau jodoh juga tidak akan ke mana." Ucapku bijak.
Kembali, sekali lagi Aku melihat ke arah Mutia. Ya, kalau jodoh tidak akan ke mana. Lalu, Aku bergabung dalam diskusi tim Buser Toni yang akan melakukan penangkapan kembali gembong narkoba yang kali ini diketahui keberadaannya di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Tak Ke mana
Short StoryCerita pendek, terinspirasi dari berita kriminal yang terjadi di Bali sekitar bulan September / November tahun 2016. Coba aja dicari pakai key word nama, putri aprilia, ahmadi, ahmad toli (kalau ga salah XD) *yang kepo sama beritanya pasti googling...