Prolog

37 12 2
                                    

Aku Flecia, aku lahir dari keluarga Chartine. Ayahku bernama Adams Chartine dan ibuku bernama Lolly Chartine. Aku mempunyai kakak bernama Robert Chartine, akan tetapi sudah hampir setengah tahun ia tidak pulang, keluargaku selalu mencarinya dan sudah melapor ke polisi. Tetapi, tak ada kabar lagi dari polisi setelah tiga bulan terakhir. Orang tuaku pun sudah mengikhlaskan hilangnya Robert. Tetapi tidak denganku

Aku dan Robert sangat lah dekat, oleh sebab itu aku sangat terpukul mendengar ia menghilang. Aku selalu berusaha mencari, tapi tidak ada jejak sedikitpun. Aku sangat merindukannya.

"Fleci sayang, makan malam sudah siap, turunlah kebawah" samar-samar aku mendengar suara mom dari bawah, tumben sekali mom suaranya kecil, biasanya lebih keras dari itu.

"Yeah mom" teriakku dan langsung kebawah.

Dibawah aku melihat Mom and Dad sedang duduk di meja makan, wajahnya tampak sedih, matanya bengkak, dan hidungnya merah. OH MY GOD? ADA APA INI??. Akupun langsung menghapiri mereka.

"Mom, Dad, what's wrong?" Ucapku bingung sekaligus panik.

"Hmm.. tidak ada apa apa. Sudah, makan saja dulu. Setelah ini ada yang mau Mom and Dad bicarakan" ucap Mom dengan suara layu.

Ada apa ini? Mengapa Mom and Dad memasang wajah sedih? Ah sudah lah, lagipula perutku sudah bergaduh meminta untuk segera diisi.

***

Selesai makan, Mom menyuruhku untuk berkumpul di ruang keluarga. Entah apa yang ingin Mom bicarakan, tapi ini sepertinya sangat penting.

"Hey Mom" sapaku ketika aku melihat mom yang sedang duduk sambil meneteskan air mata

"Hey honey, sini duduk" ucap Mom sambil menepuk sebelah bangkunya

"Mom, sebenarnya ada apa? Mengapa Mom and Dad menangis? Ada apa Mom?" Ucapku tak karuan antara bingung, dan cemas.

"Fleci, apapun yang akan mom ucapkan, kau harus kuat ya? Dan kau juga harus siap" ucap mom dan aku hanya membalas dangan anggukan kepala. Rasa cemasku semakin besar. Aku takut.

"Ini menyangkut kakak mu. Robert" mataku terbelak setelah mendengar nama Robert. "Robert kenapa Mom? Apakah dia sudah pulang??" Tanyaku dengan panik. Mom hanya menarik nafas dan menggenggam tangan Dad.

"Kakak mu Robert, telah ditemukan, tetapi---ia sudah tidak bernyawa"

Mataku terbelalak, mulutku menganga. Aku tak percaya dengan ini.

"Mom, Dad, are you kidding me?" Tanyaku ragu. "No honey, it's real. Mom tahu ini sangat berat untuk mu. Ia ditemukan di salah satu hutan yang jauh dari sini. Mom mohon dengan mu untuk mencoba mengikhlaskan kepergiannya" ucap mom dengan suara bergetar. Tanpa aku sadari, air mata telah membasahi pipiku.

Aku kehilangannya. Robert. Orang yang paling peduli padaku, yang selalu ada untuk ku. Ia selalu membelaku saat aku dibully. Ia membuat aku lebih kuat, ia kakak yang sangat bijak. Ia adalah tempat aku mencurahkan hatiku. Aku sangat menyayaninya. Aku ingin ia selalu ada untukku.

Tetapi, ia telah pergi terlebih dahulu, meninggalkan semuanya. Lalu, siapa yang akan menolongku? Siapa yang akan menjadi tempat curahan hatiku? Siapa yang akan menjadi pahlawanku? Tak ada. Bahkan teman pun aku tidak punya. Hanya Robert yang aku punya. Namun aku tekankan bahwa ia telah tiada. Tak ada tawanya yang selalu menggema, tak ada leluconnya yang membuat perutku sakit. Robert. Aku merindukan mu. Sangat merindukanmu.

***

Sekarang didepanku terdapat tempat kakak ku tertidur. Untuk terakhir kalinya. Dan tak akan pernah bangun. Air mata selalu membasahi pipiku. Terakhir kali aku melihatnya sedang tertawa bersamaku.

"Robert, mengapa kau pergi meninggalkan ku? Pasti karena tuhan sayang padamu ya?. Aku merundukanmu kak, sangat merindukan mu. Maafkan aku yang selalu merepotkan mu. Kau selalu ada untuk ku, tetapi tidak denganku. Robert, jika kau pergi, siapa yang akan menolongku? Hanya kau yang aku punya. Mom and Dad selalu sibuk dengan kerja. Robert, terima kasih karena selalu ada untukku. Aku sangat menyayangimu kak. I love u forever and always"

Dengan air mata berlinang, aku pergi meninggalkan tempat kakak ku berada.

Aku berjalan menuju taman untuk menenangkan sejenak pikiranku. Namun tiba-tiba, ada seseorang yang menepuk pundakku. Dan aku menoleh ke arahnya. Dan aku melihat sosok Daniel. Daniel adalah teman lamaku yang selalu membullyku dulu

"Hey fleci" sapanya

"H-hey Daniel" jawabku gugup. Entah kenapa ia semakin tampan.

"Kau kenapa menangis fleci?" Tanyanya cemas

Dan aku menceritakan dari awal hingga akhir

Dan semenjak saat itu aku akrab dengannya, bahkan sekarang ia telah bertunangan denganku.

***
haloooooo
maaf kalo prolognya masih b aja, soalnya baru pertama kali bikin ginian hehe.
Hope u like it!
Dan makasih ya buat cover bikinan paynesil
suka banget❤️❤️👌🏻
Sama butuh-pelukean dan puddinarry
mereka ngebantu aku banget bikin ini cerita wkwkwk, vomments!

Just Hold On // lrhWhere stories live. Discover now