Bonus Story: Honeymoon

259K 6.8K 286
                                    

Aku ga revisi semua bonus storynya, jadi maaf kalau busuk haha.

BAB INI 21+++ YA! Di bawah itu, ayo angkat kaki!

Enjoy!

--

Revan 

"Yang, aku kayanya hamil deh" bisik Demi di telingaku. Aku yang tadinya sedang memejamkan mata berusaha untuk tidur sejenak, mau tidak mau mendengus geli mendengar ucapan dia."Kok malah ketawa sih?" protes Demi sambil memukul lenganku pelan

"Soalnya kamu ngomong hal aneh"

"Kok aneh?"

Aku pun membuka mataku dan menatap Demi yang duduk di sebelahku sambil menatapku bingung. "Ya ga mungkin juga kamu hamil, Yang. Aku aja belum ngapa-ngapain kamu"

"Tapi kamu kan suka.." Demi mendekatkan wajahnya ke telingaku dan berbisik "grepe-grepe"

Aku pun tertawa mendengar ucapannya. Demi entah pura-pura polos atau hanya ingin mengerjaiku, pengetahuannya mengenai sex benar-benar nol besar.

"Kamu yakin sudah 25 tahun? Bukan 5 tahun? Mana ada di grepe bisa hamil. Bahaya banget kalau begitu. Semua yang pacaran pasti hamil donk"

"Habisan kenapa aku mual-mual dari pagi coba? Udah berapa kali muntah sejak tadi" katanya sambil mengerucutkan bibir. Demi memang terlihat pucat karena sejak tadi mual dan sudah beberapa kali muntah. Tapi aku sangat yakin itu bukan karena dia sedang hamil.

"Itu karena kamu kebanyakan malam semalam. Pas acara syukuran pernikahan kita, kamu kan makan kaya udah setahun ga dikasih makan" kataku sambil mencubit pipinya yang tirus. Memang Demi belum kembali gemuk seperti sebelumnya, tapi melihat nafsu makannya sejak kami resmi menikah, tidak lama lagi dia akan kembali gembul.

"Kan aku dah lama ga bisa menikmati makan seperti itu belakangan ini. Gara-gara kamu. Makanya semalam kalap"

"Iya, aku memang salah. Tapi bukan berarti kamu jadi makan sebanyak itu kan"

Demi tiba-tiba terdiam dan mukanya kembali pucat. Dia menekap mulutnya seperti akan menahan sesuatu keluar dari mulutnya.

"Mau muntah lagi?" tanyaku saat melihat dia berdiri dari kursi. Demi hanya mengangguk sekali dan dengan cepat berjalan menuju kamar mandi terdekat. Setelah pesawat ini mendarat, kami harus secepatnya mencari obat untuk mualnya itu.

Oh iya, kami sedang berada di pesawat saat ini untuk bulan madu. Sudah seminggu sejak pernikahan kami tapi baru sekarang kami bisa pergi untuk bulan madu. Seperti keinginan Demi, kami memilih Jepang sebagai tujuan bulan madu. Sejak dulu Demi ingin sekali ke Negara ini untuk berbulan madu, aku juga tidak tahu persis apa alasannya tapi dia ngotot. Padahal tadinya aku ingin mengajaknya ke Paris. Tapi bagiku kemanapun tidak masalah selama aku bersama dengannya.

Sejujurnya walaupun sudah seminggu kami menikah, baru kali ini kami benar-benar bisa memiliki waktu hanya berdua saja. Seminggu kemarin, kami disibukkan dengan acara keluarga yang tidak kunjung selesai. Sanak saudara yang terus menerus datang hingga untuk bernapas pun kami tidak bisa dan saat malam datang, kami langsung terlelap karena kelelahan.

Aku belum sempat atau mungkin lebih tepat belum bisa menyentuh istriku sendiri. Alasan pertama karena tadi, kami terlalu lelah untuk melakukan apapun di malam hari, dan yang kedua karena Demi sedang haid. Ya, Haid. Musuh para lelaki. Jadi mau tidak mau aku harus menunggu hingga dia selesai dan aku harap malam ini kami dapat melakukannya, karena aku sudah tidak bisa menahan hasrat lelaki ku lebih lama lagi.

Pikiran mesum terus mengisi kepalaku sejak kami berangkat tadi. Rencana-rencana yang ku susun untuk menjadikan malam pertama kami menjadi special sudah siap di kepalaku, hanya tunggu pelaksanaannya saja. Untuk Demi, ini adalah yang pertama kalinya, jadi aku harus melakukannya dengan ekstra hati-hati dan perlahan. Aku tidak mau tergesa-gesa. Aku ingin yang pertama menjadi kenangan yang sangat berkesan bagi dia. Sehingga dia tidak akan pernah bisa lagi lepas lagi dariku. Dia akan sepenuhnya menjadi milikku, hati dan juga tubuhnya.

[1] Black Pearl [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang