HANAKOTOBA

3.1K 172 68
                                    

(Sudut pandang Eunwoo)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Sudut pandang Eunwoo)

Dulu, saat umur kita baru sejumlah jari tangan, menjadi temanmu saja sudah cukup bagiku. Aku ingat betul setiap hari menunggumu di depan pintu kelas, karena biasanya jam pelajaran kelasku yang lebih dahulu berakhir. Sambil menunggumu di bibir pintu, aku mulai memikirkan apa yang akan kita lakukan sepulang sekolah.

Sepulang sekolah, tak pernah langkah ini langsung menuju rumah. Biasanya kita akan berlama-lama bermain di pinggir sungai yang dulu airnya masih sangat jernih. Bahkan ikan-ikan yang berlalu bersama arus saja menjadi tontonan yang menarik. Setiap hari kamis, kita akan singgah di minimarket di persimpangan jalan menuju rumah, membeli es krim-kesukaanmu adalah rasa stroberi-lalu duduk berdua di bangku kayu di depan minimarket dan menghabiskan es krim sambil mengobrol. Pernah juga sesekali kita hanya membeli satu es krim dan memakannya berdua, karena uang jajanku yang selalu bergantung pada uang yang didapatkan appa dari hasil berjualan bungeoppang terkadang tak lagi cukup untuk sebatang es krim.

Saat umur kita baru satu dekade, di musim gugur waktu itu badai besar terjadi dan merusak jembatan penghubung rumah dan sekolah. Kita terpaksa berangkat dan pulang sekolah dengan menapaki batu-batu besar yang disusun sepanjang garis sungai untuk menyeberang. Beruntung terkadang orangtuamu tak terlalu sibuk untuk mengantar dan menjemputmu-dan aku-dengan mobil pick-up yang pada saat itu hanya beberapa orang di desa saja yang punya, termasuk orangtuamu.

Dulu, pertama kali menyeberangi sungai, aku selalu ketakutan. Melihat arus deras yang kadang-kadang membasahi sol sepatuku saja sudah membuatku gentar. Tapi kau selalu kukenal sebagai bocah pemberani. Dengan sigap, kaki-kaki jenjangmu menyusuri sungai. Punggungmu yang sedari dulu menjulang tegap selalu berada selangkah di depanku.

"Moonbin-ah! Pelan-pelan, dong!" Aku selalu menggerutu kesal setiap kali aku kau tinggal di tengah-tengah air sungai yang kecokelatan karena bercampur lumpur akibat badai di malam sebelumnya. Asal kau tahu saja, hari itu aku benar-benar ketakutan.

Kau berbalik badan menghadapku dan tergelak. "Masa begini saja kau takut?"

Aku hanya diam dan memasang raut masam. Tanganku kulipat di dada, pertanda bahwa aku sedang kesal.

Kau hanya tersenyum melihatku. Beberapa saat kemudian kau berjalan menghampiriku dan mengulurkan tanganmu.

"Sini." Katamu.

"Eh?"

Hari itu, musim gugur tahun 2007, untuk pertama kalinya dalam hidupku, menggenggam erat tanganmu yang nyaris dua kali lebih besar daripada ukuran kepalanku. Mungkin saat itu aku masih terlalu polos untuk memahami arti deru jantung yang menggebu, tapi mulai saat itu aku selalu tahu bahwa kau adalah orang yang akan kucari setiap kali hidup tak berjalan sesuai dengan kehendak hati.

***

Setahun berlalu. Tahun pertama kita berumur belasan. Sebelas tahun, ya? Saat itu, kita merasa masih terlalu muda untuk menjajaki kehidupan orang dewasa, tapi cukup dewasa untuk panggilan 'bocah'. Remaja? Entahlah. Yang kuingat, umur belasan adalah masa di mana kita merasa mampu menggenggam dunia, atau runtuh bersamanya.

[FANFIC] HANAKOTOBA // BINWOO // EUNWOO MOONBIN (ASTRO) // SOAP COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang