(5)

7 1 0
                                    

Maaf Typo

Ini adalah hari ke 3 Vera di skor, seperti biasa paginya selalu di manfaatkan lari lari mengelilingi sekitar kompleknya, lalu pulang pukul 9 dan sampai pukul 10 pun biasanya Rifki belum bangun.

Maklum saja karena setiap
malam Rifki keluar bersama Ade, Vano, dan Reza.

Ini hal yang paling Vera benci, dia hanya berdiam diri seperti zombie yang tidak beraktivitas, di rumah sendirian sungguh membosankan.

"Ini gara gara kakak gue hiks hiks, hhh sebel deh" sambil menangis tanpa mengeluarkan air mata, hanya suara tangisan yang alay.

"Hhhh laper banget, , keluar aja ah, makan di kafe aja kali yaa, ini kakak juga ngga bertanggungjawab banget sih gue di tinggal sendirian terus!"

Sebenarnya Vera selalu di ajak untuk keluar, tapi Vera selalu menolak dengan alasan malas.

***
"Sialan gue kaya orang ilang , di pojok, sendirian lagi. Huhhhhh!"
Vera memesan stik kentang, pisang coklat, dan kopi coklat.

Ia sesekali melihat jam tangannya yang masih pukul setengah 7 malam, ia malas pulang karena Rifki selalu pulang lebih dari jam 11 malam, dan katanya pun itu  masih terlalu awal untuk Rifki pulang.

Vera menscroll Instagram melihat di pencariannya,tiba tiba ada seorang cowok yang duduk di depannya.

"Hai, gue Rehan Adipratama. Elo?" Tangannya mengulur ke arah Vera tetapi Vera hanya mencibirkan bibirnya.

'Siapa juga yang mau kenalan, PD banget itu cowok. Eh ini ngapain juga main duduk aja' batin vera.

Karena merasa cewe di depannya itu tidak menanggapi, lalu ia menarik tangan Vera "tinggal Salamin aja apa susahnya neng, gue boleh kan duduk disini"

Udah duduk baru minta ijin huh, batin vera.

"Kalau engga boleh elo mau pergi?" Tanya Vera dengan acuh.

"Engga juga sih, kalau di lihatin dari tadi elo jomblo yaa? "Tanya cowok itu dengan santainya meminum kopi Vera sampai habis, "hehe sori soalnya kopinya enak, haus juga si " kata cowok itu memasang cengirannya tanpa merasa dosa.

'Sumpah ini cowok ngga waras kali yaa' "sok tau lo, udah sana pergi ganggu orang aja".

Tetapi entah mengapa ia sebenarnya ragu mengusir cowok yang mengaku bernama Rehan ini, badannya yang tegap, kulitnya yang putih mulus, rambutnya yang berwarna coklat,mata hanzelnya yang indah, hidungnya tidak mancung namun tidak begitu pesek, dan satu hal yang sangat Vera sukai adalah senyumnya. Senyumnya terlihat sangat tulus dan damai, Vera akui cowok di depannya termasuk tampan.
Cowok ini berhasil membuat matanya betah menatap cowok ini.

"Kenapa gue ganteng yaa?" Rehan membuyarkan tatapan  Vera yang sedang menatap Rehan secara terang-terangan sehingga membuat pipi Vera blushing karena ketangkap kering sedang menatap Rehan.

Bukan Vera namanya jika ia kalah dengan gengsinya. "Hah PD banget lo, ngga denger gue tadi ngomong. Pergi sana Lo ganggu! ".

"Itu kenapa pipinya merah coba, iih gemesin deh" ucap Rehan dengan tangan yang akan menyentuh pipi Vera tetapi gagal karena langsung di tepis oleh Vera.

Harusnya Vera marah karena perlakuan Rehan yang tidak sopan ini, tapi anehnya Vera tidak bisa membentak cowok di depannya ini, aneh.

"neng, namanya siapa? Eneng ngga amnesia kan?" Tanya Rehan sambil menatap gadis di depannya itu, kok mirip banget sama ayah yaa batin Rehan.

"Kalo cuma mau ngata ngatain ngga jelas mendingan sekarang Lo pindah " ih serius ini kalau dia pindah gimana, jangan dong temenin gue bentar, batin Vera tatapi wajahnya masih menunjukkan sikap acuhnya, hebat juga yaa munafik nya.

"Engga! Sebelum tau nama plus id Line Lo." Paksa Rehan.

"Vera" Vera hanya menjawab singkat.

"Yang lengkap atuh, itu cantiknya aja komplit ko namanya setengah setengah." Rehan tidak menyadari bahwa perkenalan ini akan membuat kedua duanya berakhir dengan kesulitan.

"Vera Salsabila, udah sana pergi!"

"Lo bener amnesia yaa, siniin HP lo, tenang aja cuma buat kode barcode Line aja!"

Dengan bodohnya Vera pun memberi hpnya kepada Rehan.

"Udah sana pergi." Suruh Vera.

Yaah beneran Rehan pergi, kok gue nyesel yaa.ih ngga peka banget, anterin pulang ke, bayarin kopinya ke kan dia yang ngabisin,batin vera dengan wajah unmoodnya.

Selang beberapa menit, itu cowok ngapain balik lagi perasaan dia ngga ngga ninggalin barang deh.

"Ayoo" tangan Rehan memegang lengan Vera berjalan keluar kafe.

"Eh sebentar gue belum bayar han" bodohnya vera malah berkata seperti itu, sumpah ini mulut goblok banget gue kan harusnya nanya mau kemana.

"Udah barusan gue yang bayar" jawab Rehan dengan pandangannya masih ke arah depan.

Oh jadi tadi pergi ke kasir .

Mereka pun berjalan ke arah mobil jazz warna abu abu di tempat parkir.

"Masuk, gue anterin pulang." Suruh Rehan dengan tangannya yang membukakan pintu.

Entah mengapa Vera tidak bisa membantah Rehan, ia luluh di hadapan.

***
"makasih han, ngga usah masuk yaa soalnya udah malem nih. Hati hati di jalan yaa"

"Sama sama Ver, nanti bales Line ya jangan tidur dulu."

Vera pun bingung kenapa ia jadi seramah itu  kepada cowok asing, apakah gue harus mbatalin komitmen gue yaa, batin Vera.

Setelah mobil Rehan melaju di belakangnya terdapat mobil Rifki bersama 3 temannya itu.

"Siapa ver?" Tanya Rifki.

"Kepo!" Jawab Vera sambil meletakkan lidahnya lalu berjalan masuk meninggalkan mereka.

"Vera kok keliatan nya bahagia banget yaa"kata reza.

"itu yang nganter tadi cewe apa cowok yaa? Aaah sakit hati inih kalau cowok yang nganter." Tanya Ade sambil memasang wajah alaynya.

"Ini kenapa pada bacotan malah, masuk kuy!" Ucap Vano dengan suara tinggi lalu meninggalkan rifki , Ade , dan Reza yang kini sedang bingung dengan sikap Vano.

"Itu bocah kenapa?"  Tanya rifki lalu Ade dan Reza pun hanya mengidikkan bahunya.

"Pak itu yg nganter Vera cewe apa cowok?" Tanya Rifki kepada satpam rumah.

"Kayaknya cowok den."jawabnya dengan sopan dan suaranya masih bisa di dengar oleh Vano.

Ada yaa cowok yang mau deket sana cewek judes, batin Vano.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MaafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang