CHAPTER 1 : THE WEDDING

264 29 9
                                    


Seorang lelaki menggeliat dalam posisi tengkurap di atas tempat tidur, separuh wajahnya tenggelam dalam bantal. Menampilkan separuh ketampanannya, dengan mata terpejam dan hembusan nafas teratur. Bibirnya yang pucat sewarna buah peach matang bergerak-gerak kecil, seperti menggumamkan sesuatu. Tampaknya ia tengah bermimpi, alis hitam yang setajam pedang terpatri begitu sempurna membingkai kelopak matanya tertaut kecil, memperlihatkan guratan tipis yang mampu membuat wanita tercantik di dunia tergelitik penasaran tentang apa yang sebenarnya ia pikirkan.

Cahaya matahari pagi mengintip dari balik lambaian tirai abu-abu, menerangi tengkuk lelaki itu dan surainya yang hitam legam. Selimut yang menutupi tubuhnya sebatas pinggang tidak mampu menyembunyikan lekukan otot yang tersembul di punggung bidang serupa pahatan dewa yunani dengan kulit seputih marmer. Suara lenguhannya terdengar ketika mendapat tepukan di pundak beberapa kali. Sehun berbalik, matanya memicing karena kakak sulungnya menggeser tirai hingga terbuka penuh. Membebaskan ruangan bernuansa lembut itu dari kegelapan.

" Bangunlah, kau akan terlambat ke Gereja hari ini." Kris menarik turun selimut dari kaki Sehun dan mulai melipatnya. Sang adik merenggangkan lengan sebelum akhirnya duduk dan mengacak rambutnya yang berantakan dengan tangan kiri, terlihat sangat seksi.

" Apa yang kau lakukan?" tanyanya ketika Kris berjalan menuju lemari pakaian dan menarik keluar sebuah Tuxedo berwarna putih yang elegan.

" Jangan protes dan cepatlah mandi, ini akan menjadi hari terakhir aku mengurusmu."

Sehun memandang wajah Kris yang terlihat serius menyiapkan keperluannya, lantas mendengus malas sebelum melompat dari atas ranjang dan perlahan berjalan menuju kamar mandi, melawati Kris yang berdiri tegak menyamping dengan setelan kemeja putih dan celana kain hitam serta dasi kupu-kupu warna senada yang melekat di perpotongan kerah lehernya.

" Aku benci menghadiri pernikahan." Keluh Sehun sebelum menutup pintu kamar mandi dari dalam.

" Berdoalah semoga calon kakak iparmu tidak mendengarnya." Kris terkekeh.

***

" Katakan sejujurnya, apakah aku terlihat konyol?" seorang gadis menatap ragu-ragu bayangannya sendiri di dalam cermin.

" Kau sudah menanyakannya padaku lebih dari sepuluh kali hari ini, Luhan." Di belakangnya, berdiri seorang pendamping wanita berpipi penuh dengan senyuman hamster-nya yang manis, tengah membenahi letak mahkota kecil bermata safir putih yang menahan kerudung tipis di kepala Luhan.

" Kakiku terasa seperti agar-agar." Tiba-tiba saja dia merasa lututnya sedikit bergetar.

" Berhentilah menggigiti bibirmu, Rusa bodoh. Kau merusak make-up nya!" itu suara melengking milik Baekhyun yang berjalan cepat dan segera memutar kedua bahu Luhan menghadap ke arahnya, tangannya dengan lihai memoles ulang lipstick Dior, Rouge Couture Colour, 670 true matte ke permukaan bibir apel milik sang calon mempelai wanita.

" Kau cantik, Luhan." Puji Baekhyun tulus.

Dan wanita itu sekali lagi mengamati pantulan dirinya yang berbalut gaun brokat putih bertabur Svarowsky, membungkus tubuh sintalnya dari mulai dada, lekukan pinggul serta bokongnya, begitu anggun menjuntai jatuh menutupi kaki hingga akhirnya terbelah mengekor ke belakang sepanjang 5 meter. Memperlihatkan leher jenjang serta bahu kecilnya dengan kulit bening semulus kaca tanpa cela.

Lonceng berdentang dua kali. Waktunya telah tiba.

Luhan berdiri di antara pintu besar ganda yang terbuka, menggenggam buket bunga di tangan kiri sementara lengan lainnya terkait ke lekukan siku Ayahanda yang berjalan mengiringi. Jarak antara dirinya dan altar mendadak terasa sangat jauh ketika menyadari semua tatapan semua orang kini terfokus ke arahnya. Ujung mata lentiknya sontak mencuri pandang ke arah Kris yang hari ini terlihat seribu kali lebih tampan dengan setelan Tuxedo hitam dan rambut naik ke atas memperlihatkan dahi sempurnanya. Tidak ketinggalan seulas senyum yang sanggup merontokkan pertahanan wanita manapun ikut menghiasi rahangnya yang tajam. Di antara Kris dan Pendeta, Sehun berdiri mengenakan Tuxedo putih berbalut vest yang semakin mempertegas dadanya yang bidang. Di saku kirinya terselip sebuah sapu tangan dan sekuntum mawar merah, semerah bibirnya yang terdiam kaku menatap ke arah Luhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Post-Marriage LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang