Mobil om husain melintasi jalanan yang basah. Hujan tinggal rintik rintiknya saja. Jalanan lancar. Banyak orang mencari tempat teduh. Para pengemudi motor telah memakai jas ujan. Bahkan ada sebagian yang kehujanan. Para pejalan kaki berteduh dibanyak tempat yang bisa mereka singgahi. Anak anak jalanan hujan hujanan menawarkan ojek payung. Atau ada lagi yang menawarkan jasa lap kaca mobil saat lampu merah.
Suasana hening. Tidak ada pembicaraan diantara kami. Hanya terdengar suara rintik hujan.
Aku sadar jika ini bukanlah berita baik. Tapi sebaliknya. Aku berusaha tegar. Tak mau tergesa gesa dalam menyimpulkan. Aku hanya diam. Dan diam lebih baik.Hanya 20 menit perjalanan kami untuk sampai kerumah. Jalanan komplek lenggang. Hujan sudah berhenti. Dari kejauhan, Aku melihat sebagian orang pergi ke rumahku. Mereka berpakaian rapi. Dengan kerudung menutupi kepalanya. Padahal mereka bukanlah seorang yang berhijab. Aku semakin merasakan sakit dihatiku. Ada apa sebenarnya dengan ini semua.
Apa sebenarnya yang telah terjadi.Mobil berbelok kesebuah rumah berpagar hitam. Itu rumahku. Tapi bendera kuning yang kulihat itu tak pernah ada biasanya. Ini tanda buruk. Tanda jika aku telah kehilangan seseorang dirumahku.
"om husain. Dari awal aku melihat om husain dikantor pak kepala sekolah, aku tau jika om husain akan membawa sebuah kabar buruk bagiku. Tapi aku diam. Aku berusaha menepis semua fikiran burukku." mobil telah terparkir rapi didepan rumahku. Aku dan om husain masih belum turun. Aku berusaha mengutarakan apa yang telah aku fikirkan sejak tadi. Tapi om husain hanya diam. Tak menanggapi perkataanku. Wajahnya sangat sedih. Air mata menggenang. Sama seperti aku.
"om husain. Aku tak tau siapa yang akan kutangisi nanti. Entah itu umi abi atau tante arini. Aku akan sangat terluka. Jadi kumohon. Kuatkan diri om husain. Agar aku juga kuat menghadapi apa yang akan ku terima. Berjanjilah om." air mataku tumpah. Sambil berusaha mengukir senyum dibibirku. Om husain tersenyum padaku. Kepalanya mengangguk tanda setuju.
"abi bilang setiap manusia pasti akan pergi. Setiap manusia akan diambil kembali oleh sang penciptanya. Aku ikhlas jika harus kehilangan orang yang aku sayang. Meski itu sakit. ""naura. ..
Belum selesai om husain bicara kaca mobilku diketuk oleh tante arini. Aku menoleh padanya tersenyum dan menghapus air mataku. Begitu pula omhusain. Lalu kami turun dari mobil. Tante arini memelukku. Erat. Mengelus kepalaku. Dan menangis dipelukanku. Terlihat beberapa orang memandang kearah kami."naura. Berjanjilah sayang. Untuk ikhlas. " tante arini terisak. Sedangkan aku hanya menangis. Mencoba menahan semua kesedihan yang menerpa ku.
Tante arini dan om husain telah kulihat. Mereka baik baik saja. Ini semakin menyesakkanku. Tapi aku berusaha menahan semua emosiku. Semua kekesalan yang kupendam. Berusa tegar. "tante arini. sebelum aku tau akan semua yang akan terjadi. kuterima semua dengan ikhlas. Aku ikhlas tante. Lillahita'ala"Aku melepaskan pelukan tante arini. "aku ingin masuk tante. " kataku pelan. Aku berjalan perlahan. Berhenti diambang pintu. Itu abi. Dikelilingi orang orang yang sedang mengaji. Aku melihat umi duduk disamping abi. Ia menangis terisak. Airmataku mengalir. Tapi aku tak bersuara. Aku diam. Suara ku tercekat melihat ini semua. Berjalan perlahan. Mendekat pada umi dan abi.
"umi" aku bersuara. Duduk Disamping umi. Umi memelukku. Erat.
"umi. Aku sayang abi. "
"umi. Aku ikhlas."
"umi. Aku pasti menangis. Hatiku pasti sakit. Aku.. Aku lemah. Umi. Semua aku rasakan. Tapi aku ikhlas. Ikhlas. " semua larut dalam kesedihan. Semua menitikkan air mata. Air mata perpisahan.
"semoga abi mendapatkan tempat yang baik disana."
##################😅😅😅😅😅😅3hari tanpa abi. Aku pergi ke makam abi. Berdoa untuknya.
"abi. Ini sebenarnya sangat menyakitkan. Aku selalu berusaha untuk tegar dan kuat. Akan segala hal. Tapi kenapa selalu saja ada hal yang membuat kekuatan ku runtuh bi. Aku tak tega melihat kesedihan umi om dan tante. Mereka sangat terluka. Aku juga bi. Tapi aku coba tahan. Aku juga menangis seperti mereka. Aku menangis disetiap keheningan. Menumpahkan segalanya. Segala sedihku. Airmataku. Aku tak ingin terlihat sedih dihadapan orang lain.
Abi... Abi selalu mengajarkan aku banyak hal. Aku selalu berusaha melakukan segala hal baik yang telah kau ajarkan padaku bi. Tapi untuk pelajaran sabar yang kau tanamkan pada diriku, aku tak bisa melakukannya. Aku tak bisa menjadi seorang perempuan yang sabar bi. Aku selalu marah ketika aku sendiri. Aku terkadang menyalahkan takdir. Aku khilaf bi. Aku sangat terluka. Terluka akan kepergianmu. Lemah akan kepergianmu.
Abi.. Umi selalu bersedih. Hingga aku tak kuasa menahan kekesalanku karena kepergianmu bi. Hatiku sakit saat melihat air mata umi selalu saja mengalir. Entah itu dalam diamnya. Atau dalam setiap doanya. Aku terluka bi. Aku kehilangan abi. Tapi aku merasa kehilangan umi Juga. Umi selalu sendiri. Tak lagi menemaniku. Mungkin karena luka yang sangat dalam. Umi sedih karena sebab kebahagiaannya telah menghilang. Begitu pula aku kehilangan 2 penyebab kebahagiaanku yakni abi dan umi. sekaligus. Abi maafin naura kalo naura cengeng gini. Naura pengen numpahim semua nya sekarang bersama abi. Biar hati naura jadi legaan. Gapapa kan bi.
Yaudah bi. Aku pulang dulu ya.. Udah sore banget. Takut keburu ujan. Assalamualaikum abi tersayang.Aku melangkah menjauh dari makam abi. lalu duduk ditaman makam. Duduk disebuah toko kecil. Untuk membeli minuman.
"bu aqua botol yang kecilnya satu" kataku memesan.
Ibu penjual memberikan pesananku dan aku membayarnya. Meminumnya.
Langit agak mendung. Aku memutuskan untuk secepatnya sampai rumah.
Baru saja aku hendak melangkah keluar toko. Seseorang menepuk pundakku pelan. Aku menoleh. "fotonya tertinggal dimakam." lelaki berpakaian kokoputih dan sarung. Juga dilengkapi kopiahnya. Ia menjulurkan sebuah foto. Foto ku abi dan umi. Itu milikku.
"oh iya itu milikku. Terimakasih." aku mengambil foto itu.
"kamu naik sepeda?" tanya nya lagi.
Aku mengangguk "iya. Kenapa? "
"oh tidak. Cepatlah pulang. Agar kamu tidak kehujanan."
"iya. Ni aku juga mau pulang"
"oh ya tunggu. Ni! " ia mengambil sesuatu dari saku Bajunya. Dan memberikannya padaku.
"apa ini!?" tanyaku heran.
"kertas. Yasudah cepatlah pulang. Dan baca tulisan dikertas itu. Jangan sampai kertasnya basah hingga kamu takkan bisa membacanya. Assalamualaikum"
Aku belum berkata apa apa. Dia telah berlalu pergi. "waalaikum salam" seruku pelan. Aku tak memperdulikannya. Aku memasukkan foto dan kertas itu kedalan tas. Dan mengayuh sepeda secepatnya.
Aku sampai rumah sebelum hujan turun. Tante arini menungguku diambang pintu. "naura. Kamu dari mana aja. Tante hawatir. Kamu ga pulang pulang sampe sore gini. Kamu baik baik aja kan sayang"
"maaf tante . udah bikin tante hawatir. Aku jalan jalan aja naik sepeda. Nyari suasana baru. Bosen dirumah terus. Dan alhamdulillah aku baik baik aja. Allah bersamaku." kataku. Mencoba mengusir Semua kekhawatiran tante arini.
"tante. Umi dimana? Udah makan? " tanya ku mengalihkan pembicaraan.
"udah tante anterin kekamarnya. Tapi gatau dimakan atau ga. Tante tadi disuruh keluar. Kata Kaka ipar dia mau sendiri. Jadi tante tinggalin deh. "
"yaudah tante. Aku kekamar umi dulu ya" aku berlari ke kamar umi. Umi sedang melipat mukenah. Selesai melaksanakan solat ashar. Aku mengetok pintu. Umi menoleh dan tersenyum.
"boleh aku masuk, umi?? " tanyaku
Umi mengangguk. Aku masuk dan duduk di pinggir kasur disebelah umi. "umi udah makan?"
Umi menggeleng.
"yaudah sini aku suapin" aku mengambil nampan dimeja. Menyuap umi. 3 suapan selesai. Umi berhenti makan. Air mata umi menggenang. "sepi ya sayang gak ada abi. Umi kangen banget sama abi." umi menangis. Aku hanya diam. Menahan tangis. Nampan kutaruh kembali kemeja. "Naura. Umi ga akan bisa melupakan abi. Maafin umi udah larut dalam kesedihan. Dan membuat kamu semakin sedih. Umi bangga banget sama kamu. Kamu bisa lebih kuat dari umi. Maafin umi sekali lagi yah nak. Umi janji bakal berusaha lebih kuat lagi. Dan kembali menjalani hari hari seperti biasanya."
Aku masih diam. Airmataku sudah tumpah.
"naura. Kita mulai semuanya dari awal yah nak. Tanpa abi lagi. Kamu maukan sayang?"
"iya umi. Aku mau. Tapi janji yah umi ga akan menyendiri terus."
Umi mengangguk. Memelukku erat. Aku membalas pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posisimu Dihatiku Menjadi rahasia terbesar
Teen FictionSaat dimana kehilangan menerpa dalam hidup. Pasti akan terjadi kesedihan yang mendalam. Tapi siapa sangka. Jika kejadian itu diam diam telah menghadirkan sosok yang selalu menanamkan kebahagian. Meski tak disadari. Semua itu akan terjadi. Hingg...