E N O U G H

196 17 3
                                    

Hujan deras mengguyur kota Seoul malam ini. Jam ditangan Baekhyun sudah menunjuk ke angka 7. Itu artinya sudah hampir tiga jam ia menunggu di depan halte tempat mereka bertemu, dan sudah empat puluh lima menit sejak ia mengembangkan payung biru yang dibawanya dari rumah.

"Aku akan menunggu tiga puluh menit lagi,'' batinnya.

Setelah enam puluh menit terlewati dengan sia-sia, namja manis itu memutuskan untuk pulang.

Kembali menelan bulat-bulat kekecewaan untuk kesekian kalinya.

.

.

.

Baekhyun berjalan sendirian di tengah keramaian kota. Ia melilitkan syal abu-abunya dengan rapat. Sesekali menggigil dengan udara musim gugur yang mulai menusuk tulang.

Sore ini, seharusnya ia sudah duduk manis di mobil Chanyeol yang hangat. Kekasihnya itu berjanji untuk menjemputnya jam 3 di depan tempat lesnya dan mengajaknya untuk makan malam sebagai permintaan maaf atas gagalnya kencan mereka minggu lalu. Baekhyun yang memang merindukannya tentu langsung mengiyakan ajakannya. Ia sudah tidak sabar untuk melepas rindu dengan kekasihnya yang sibuk itu.

Namun lagi-lagi pemuda manis itu hanya bisa tersenyum getir tatkala sebuah pesan masuk di smartphonenya setelah ia kedinginan di luar hampir satu jam lamanya.

[Mianhe, Baekhyunnie. Aku ada urusan mendadak di kampus. Nanti malam akan kutelpon lagi]

.

.

.

"Baek, kau mendengarku kan?''

Baekhyun hanya menggumam tak jelas dengan berpangku tangan. Mendadak pemandangan orang-orang yang berlalu-lalang di depan cafe jauh lebih menarik daripada wajah tampan kekasihnya. Rambut coklatnya bergerak lembut tertiup angin sore.

Ia sedikit terkesiap ketika Chanyeol menarik pelan wajahnya.

"Tatap aku, Byun Baekhyun.''

Wajah Chanyeol yang penuh keseriusan membuat Baekhyun mendesah pelan. Ia mengaduk-aduk kopi dihadapannya tanpa minat.

"Aku melihatmu dengan Jung Min Hee kemarin sore,'' ujar pemuda bereyeliner itu pelan. Namun ia yakin Chanyeol mendengarnya. Terbukti dengan tarikan nafasnya yang cukup tajam.

"Baek, itu_''

"_saat kau bilang tidak bisa menjemputku, aku berjalan-jalan sebentar ke super market dekat taman. Saat berbelok di pertigaan, aku melihat kalian masuk ke sebuah cafe sambil berpegangan tangan.''

Baekhyun bercerita tanpa ekspresi berarti. Seolah tak menyadari namja tinggi di depannya yang terlihat gugup.

"Baekhyun-ah, sebenarnya itu_''

"Gwenchana. Kau hanya sedang membicarakan tugas kuliah kalian, bukan?'' Suara Baekhyun kembali terdengar ceria. "Itu wajar karena kalian berada dijurusan yang sama,'' ia mengangguk-anggukkan kepala dengan imutnya. 

"Ah_ ne...''

Bibir plum pemuda manis itu tersenyum lembut lalu menggenggam tangan besar kekasihnya. "Saranghae, Park Chanyeol.''

Chanyeol ikut tersenyum. Lalu mengecup pucuk kepala Baekhyun. "Ara, nado saranghae, Baek.''

Dan semua itu sudah cukup untuk mengobati hatinya yang terluka karena namja tinggi itu.

.

.

.

Entah sudah keberapa kalinya Baekhyun pulang dalam keadaan menangis. Setengah berlari ia masuk ke kamarnya dan langsung menenggelamkan wajahnya di bantal biru miliknya. Ia bahkan belum menyalakan suhu penghangat ruangannya. Dan tidak peduli sekalipun eyeliner yang dipakainya luntur dan menempel di bantalnya.

Enough - //ChanBaek// oneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang