Pagi ini tampak cerah. Angin sejuk yang manja mengelusku, aku hirup udara segar pagi. Matahari tidak terlalu terlihat, tapi cahayanya masih dapat aku tangkap. Gumpalan awan mengikuti ku berjalan hingga tiba di depan pintu hall kampus. Waktunya masuk gedung kampus.
"Za," tegur Titan dari belakangku.
"Hmm?" jawabku hanya dengan bergumam.
"Tumben cepat datang," kata Titan dengan berjalan disampingku sekarang.
"Kan aku rajin memang," jawabku santai dengan tatapan masih mengarah ke depan.
"Rajin apanya hahaha," Titan memukul kepala ku.
"Aduh," sontak ku melihat wajahnya dengan sedikit mengerutkan dahi. Tanganku pun dengan kejut mengelus kepala ku.
Tangan Titan pun memegang kepala ku "Ulu ulu, sayang, sakit ya? Cup cup cup, hahaha," wajahnya melihat ke arah ku.
Aku pun melihat wajahnya dengan tersenyum. Hingga akhirnya kami sama-sama jatuh dalam tawa.
Di dalam kelas.
"Selamat pagi," kata Dosenku.
"Pagi," jawab seluruh mahasiswa dalam kelas.
Aku duduk di sudut belakang ruang kelas., tepat disebelah kiriku jendela kelas. Mataku masih mengarah keluar jendela, meski kegiatan belajar sudah dimulai.
Bzzz. Ponselku menggetar. Tepat di saku kananku, aku ambil.
"Hai hai hai, apa kabar?" pesan masuk baru dari Anonim.
"Tadi malam udah nanya kabar lho, jangan keseringan tanya kabar deh," jawabku.
"Hahaha iya iya. Pulanya gak tau harus mulai dari apa."
"Iya deh haha. Gak kuliah?" bibirku membentuk senyuman sedikit.
Akhirnya aku mulai fokus pada ponselku dan tak menghiraukan Dosen. Setelah sekian lama fokus pada ponsel, akhirnya... Dosen dari kejauhan memerhatikanku dan berkata "Eza, ponselnya boleh disimpan dulu atau kamu boleh keluar."
"Hahahahaha," seluruh kelas menertawaiku. Bahkan ada yang melempariku kertas. Aku hanya tertunduk untuk menutupi wajahku dari malu.
***
Mataku terbuka. Aku pun terengah-engah. Ternyata aku hanya bermimpi. Mataku masih terasa pedih untuk dibuka. Tangan kananku merabah kasur. Mencari-cari ponsel, ditemukan. Aku menghidupkan layarnya dan terlihat jam berapa sekarang.
Sial, tanggungnya bangun jam 7.18. Gumamku. Mataku pun tidak terasa pedih lagi. Akhirnya aku bangun dan langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Selepasnya aku berjalan ke dapur.
"Bu, kenapa Eza gak dibangunin?" tanyaku sembari menarik kursi makan dan duduk.
"Apanya gak dibangunin, Ibu udah tarik selimut kamu pun tadi, tapi kamu malah tarik-tarikan sama Ibu."
"Masalahnya Eza cuma telat 17 menit, Bu. Itu menyedihkan sekali, Bu. Tanggung," aku mengambil piring di depanku.
"Udah sarapan dulu kamu. Lain kali kalau dibangunin, ya bangun, jangan bilang 'tunggu dulu 5 menit' ntar nambahnya bisa sampai 30 menit," sindir ibuku.
Di meja makan, aku duduk disamping adikku dan ibu di depanku.
Bzzz. Aku langsung bergegas mengecek ponselku.
"Makan dulu, Za," kata ibu.
"Iya, Bu. Sebentar."
"5 menit lagi, Bu," sahut adikku.
Ibuku tertawa "Tuh, liat Adikmu udah hapal gimana kamu. Selalu 5 menit lagi."
Adikku pun tertawa kecil.
"Tapi tadi pas dibangunin kan 10 menit lagi, Bu," jawabku dengan tersenyum.
"Ya udah wes,makan dulu," tambah ibuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Online
RomanceEza yang tertutup, membuat dia sangat sulit untuk mendapatkan cintanya. Lalu dia menggunakan ponsel sebagai alat untuk berkomunikasi dengan dunia luar