Namaku Faith, aku tinggal di Negara ini, Indonesia, ya, tepatnya Jakarta, dan lebih tepatnya lagi Jakarta Selatan. Aku lahir di Negara ini bukan sebagai orang Asia, tapi sebagai bangsa kulit putih dari Kanada yang pindah ke Indonesia. Banyak orang berkata bahwa Indonesia adalah tempat yang indah, ya, memang benar. Mungkin hanya ada beberapa hal yang membuatku tidak suka dengan Indonesia, kemacetan yang sangat parah setiap paginya. Orang – orang harus bangun pada pukul 4 sampai 5 pagi agar tidak terlambat ke sekolah.
Ya, untungnya aku sudah memasuki masa kuliahku, terbebas dari kegiatan sekolah yang gila, dan tidak perlu bangun pagi untuk belajar yang pasti akan mengantuk dan tertidur di kelas. Masih di masa kuliahku, aku memiliki tiga sahabat yang hadir untukku, dan mereka salah satu dari ras kulit putih, mungkin karena kami semua dikucilkan dari bangsa Asia kebanyakan. Ariana, cewek Amerika berambut pirang yang lebih sebagai pemimpin di antara kami. Ia mungkin agak cerewet, tapi itu mengapa aku suka padanya. Selalu ceria, Lauren, salah satu sahabatku yang berambut merah. Dan Chase, satu – satunya sahabat laki – laki ku, dan satu – satunya yang terbesar di antara kami. Chase memiliki paras yang lumayan. The flirt adalah panggilanku kepadanya. Banyak cewek yang jatuh hati padanya karena ketampanannya, dan aku masih bingung kenapa Lauren belum juga melangkah kepadanya, padahal ia pernah mengatakannya sendiri kepadaku bahwa ia jatuh hati dengan Chase.
“Faith!” Teriakkan nyaring itu terngiang di telingaku dan aku pun menoleh. Aku menatap ke arahnya dan bola mataku berputar.
Aku terduduk di bangku dekat taman untuk menenangkan diriku dari presentasi yang tidak bisa kuhindari besok, dan saat itu pula aku melihat Cindy. Kenapa ia bisa melihatku disini?
Aku tersenyum sinis dan ia menyandarkan badannya pada bangku yang sama. Cindy adalah orang yang bisa kubilang menyebalkan. Ia selalu mencari perhatian dari Chase dan kami. Ya, she’s quite bitchy. Menurutku ia memilki paras yang cantik, tapi tidak bisa dibilang hati yang cantik.
Aku melepas headphone yang tidak menghasilkan suara dan yang masih menyangkut di telingaku, meletakkan bukuku di sebelahku dan menatap Cindy yang tersenyum geli melihatku.
“Masih aja duduk disini, nggak kuliah?” Tanyanya sinis.
Aku menghembuskan nafas dan merapikan bajuku, “nggak, banyak urusan. Lo sendiri masih aja duduk disini, nggak kuliah?” Aku mengulang pertanyaannya tadi dan tersenyum puas dengan responnya yang menatapku sinis.
Tatapan sinisnya berubah menjadi senyuman sinis, “oh ya, berhubung lo teman dekatnya Chase, please tell him I accept him for our date tomorrow night.” Memang benar, ia selalu mencari perhatian dari prince charming-nya itu, dan rela mempermalukan dirinya sendiri di depan sahabat prince charming, berbohong denganku itu tidak akan berhasil, karena aku tau sifat Chase yang selalu jujur kepada kami, bahkan tentang rahasianya yang paling dalam. Dan aku juga tau sifat Chase yang selalu risih dengan Cindy.
Aku tertawa geli. “Nggak salah? Date? Okey, I’ll tell him, and I’ll also tell him to cancel our hang out time tomorrow night,” jawabku di antara tawa, aku menatapnya geli. “Well, gue nggak bisa lama – lama ngurusin orang seperti lo, I’m quite busy.” Tatapanku berpindah ke mulutnya yang terbuka lebar dan menatapku kesal yang membuatku semakin geli. Aku mengambil bukuku dan headphone-ku yang kuletakkan di sebelahku, dan meninggalkan cewek gila di bangku taman itu mengoceh.
Tepat di sebelah taman, aku memarkirkan mobil Mini Cooper coklat-ku. Kampusku tidak jauh dari taman ini, dan kemungkinan aku bisa bertemu dengan orang yang ku kenal dan mereka akan menarikku ke kampus, jadi lebih baik aku kembali ke rumah.
Oh ya, aku tinggal sendiri di sebuah rumah kecil yang cukup untuk satu orang. Rumah yang aku hiasi dengan warna – warna yang cukup cerah, I just love color. Rumah itu adalah salah satu hasil dari warisan orang tua-ku, dan masih sampai sekarang mereka mengirimkanku uang untuk ditabung bila ada keperluan. Tapi untuk menambahkannya, aku bekerja di sebuah rumah sakit sebagai resepsionis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Splendid State
Teen FictionDi sinilah aku, seorang wanita muda yang sarkastis yang sekarang sedang berdiri di sebuah tempat yang sangat indah, London. Aku tidak percaya bahwa sepatu hak merahku ini benar – benar berjalan di trotoar di Negara ini. Bola mataku terfokus pada sem...