Menu 1 : Croissant Isaphan

1.3K 37 3
                                    


"Huaaa.." berkali kali aku menguap, rasanya ingin cepat cepat merebahkan diri ke tempat tidur, segera, secepat mungkin, ah.. tidak mungkin, kereta yang kunaiki sekarang saja berjalan begitu lambat dan berhenti lama disetiap stasiun. Di otakku masih terbayang bayang revisi skripsi, proposal acara musik, dan... sudahlah aku tak mau menyebutkannya lagi. Kutundukan kembali topiku, bersiap untuk tidur, lagipula kalaupun aku mendengkur saat tidur, tidak akan ada yang mendengar, di gerbong ini hanya ada aku bersama layar iklan yang menggantung diatas, menayangkan iklan toko elektronik yang sudah aku hafal jingle nya karena terlalu sering diputar. Dua menit, lima menit, dan aku tertidur..

"Bodoh, kau kira tidak ada yang mendengar suara dengkuranmu, hah ?"

Mataku terbuka kembali, sial! Aku hampir saja bermimpi, umpatku dalam hati. Kutegakkan topiku, mengucek mata untuk memperjelas. Aku yakin sekali hanya aku yang ada di gerbong ini.

"Siapa kamu ? menggangu tidur orang saja, sana cari tempat lain!"

"Aku mau disini, kenapa kamu yang mengatur ?"

"Ah sudahlah, aku mengantuk!" kembali aku bersiap untuk tidur.

"Dasar, Aninda Zulfa Maharani yang keras kepala!"

Aku tersentak bangun, tahu darimana dia namaku, oh Tuhan! Apa jangan jangan dia seorang Cyber Stalker ?

"Tidak usah berpikir macam macam, aku tidak sepicik yang kamu bayangkan"

"Kamu terlalu pede, huh!"

Kemudian dia duduk disampingku dan menyisakan sedikit jarak. Obrolanku dengannya berlanjut, ternyata dia satu Universitas denganku, satu jurusan juga, bedanya dia sedang melanjutkan gelar magister. Sepanjang perjalanan kami mengobrol, setelah tahu dia pernah dibimbing oleh Mrs. Dewi yang kini menjadi dosen pembimbingku, kantukku hilang, aku banyak bertanya padanya, terutama bagaimana cara melunakan hati prof yang satu ini, berkali kali aku melakukan revisi sesuai arahan beliau, tetapi skripsiku tidak kunjung beranjak dari Bab 3. Padahal, teman temanku yang lain sudah mendaftar sidang.

Soal proposal acara musik, dia juga banyak memberikan saran, untuk guest star dia menyarankan mengundang The Blues karena mayoritas mahasiswa di kampusku menyukai band itu - katanya. Tak hanya itu, deretan sponsor yang kira kira berpotensi besar diajak bekerja samapun ia tahu dan kenal baik, ah.. sepertinya aku akan banyak meminta bantuan padanya.

Tanpa sadar, stasiun tujuanku telah sampai, mungkin pemberitahuan melalui pengeras suara di kereta tidak kudengarkan. Kubenahi barang barangku dan segera beranjak turun. Tidak sampai sepuluh detik, pintu kembali menutup. Dia berdiri didekat pintu kereta, mengepalkan tangan tanda semangat kemudian melambakan tangan.

Aku tidak membalas. Mematung. Membiarkannya hilang bersama kereta yang melaju. Ada yang kulupa, menanyakan namanya, dan.. kartu keretaku tertinggal disana.

_________

"nin, gimana solusinya ?" Rara panik, ia berkeringat dingin.

"Solusi apa lagi ? aku sudah bilang dari sebelum proposal ini disebar, selesaikan surat izin tempat dahulu, jangan seenaknya, akh!" aku menggebrak meja, mukaku merah padam.

Doni menenangkanku, menyuruhku duduk kembali. Rapat ditunda 1x45 menit. Mendinginkan kepala sembari santap siang.

Aku memilih menuju danau samping perpustakaan, membuka kotak bekal yang berisi roti isi daging dan keju. Ini tempat terbaik untuk menumpahkan segala kekesalan. Bodohnya, kekesalanku selalu diiringi airmata dan rasa bersalah, aku seperti tidak becus menjadi seorang pemimpin.

Mini Cookies StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang