3

315 38 44
                                    


Atmosfer di awal musim semi yang terpancar oleh angin tercium jelas oleh gadis berparas cantik itu. Raksi bunga yang bermekaran, elusan angin lembut yang bertiup pelan membuat beberapa anak rambutnya ikut beterbangan. Suasana yang tampak indah di musim semi. Begitu kontras dengan suasana hatinya saat ini.

Beberapa pria dan wanita yang lebih muda - menggunakan jas yang sama membungkuk pelan memberi hormat saat melewatinya. Juniornya, namun tak satupun yang ia balas, bahkan hanya dengan senyuman kecil sekalipun.

Matanya terpaku pada beberapa anak kecil yang sedang duduk di taman depannya. Dua anak perempuan yang kira-kira berumur delapan tahun dan enam tahun. Salah satu yang terkecil menggunakan piyama rumah sakit. Dan yang lebih besar terlihat sedang menyuapi sepotong roti kepada gadis yang lebih kecil.

Sedikit lengkungan terukir di bibir Cha Yoon Seo saat ini.

Pikirannya melanglang buana. Berbagai pertanyaan kini menghinggapi otaknya.
Apakah mereka adalah saudara? Atau hanya sahabat? Atau hanya teman saat bertemu dirumah sakit?
Kenapa rasanya begitu indah?

Senyuman lebar tersungging saat Yoon seo melihat gadis kecil yang berpiyama rumah sakit itu ber aegyeo didepan gadis yang lebih basar. Namun lengkungan indah itu hanya bertahan sekejap. Pikirannya kembali melanglang ke suatu kejadian.

Aku ingin kau menggantikanku.

Kumohon, jadilah Seo Eun Gi.

Ya, melihat kedua gadis kecil itu membuat Cha Yoon Seo teringat akan kejadian saat seorang gadis dengan wajah serupa dengannya mendatanginya beberapa kali.

Menggantikan? Kenapa harus digantikan? Untuk apa?

Terlalu banyak kalimat tanya dalam benak Yoon Seo yang belum terjawab.

Tangannya merogoh saku jas nya, memandangi sebuah botol dengan pandangan yang sulit diartikan. Segera ia bangkit meninggalkan kursi kayu yang sedari tadi ia duduki.

*

Sebuah mobil angkutan umum berwarna biru atau yang lebih akrab disebut taksi berhenti tepat disebuah kediaman mewah di Seoul. Seorang gadis yang mengenakan blazer panjang berwarna merah muda turun dari sana. Ia berjalan mendekati tembok besar rumah itu setelah sebelumnya membayar supir taksi yang ia gunakan.

Sebuah rumah dengan model ala mediterania klasik terletak kokoh didepannya. Matanya menyapu keseluruh rumah bertingkat itu. Tangan kanannya meraba permukaan pagar berbahan besi, merasakan dataran keras itu dengan kulit tangannya.

"Agasshi."

Suara seorang wanita menyadarkan lamunan gadis itu. Seorang ahjumma dengan mantel tebal berwarna coklat tua melekat di tubuhnya berdiri beberapa langkah dibelakangnya.

"Kenapa berdiri di luar? Bukankah disini sangat dingin?"

Wanita paruh baya itu berbicara dengannya sambil membawa dua kantong penuh dengan berbagai macam sayur mayur.

"Biar saya bukakan pintu."

Wanita itu maju beberapa langkah di depannya. Ditekannya beberapa digit nomor untuk membuka password pintu gerbang rumah itu. Sesaat setelah pagar besar itu terbuka, sang ahjumma mendorongnya pagar itu untuk terbuka lebih lebar dan mempersilahkan gadis yang ia panggil 'agassi' untuk masuk terlebih dulu.

Gadis itu masuk mendahului si ahjumma. Matanya menyapu melihat seluruh bentuk bagian depan rumah itu dengan takjub.

Wanita paruh baya yang berdiri di belakangnya menatap gadis itu dengan pandangan sedikit berkerut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang