Kala itu angin akhir musim semi yang membawa hawa cenderung terasa hangat mengibarkan helaian surai pirang Naruto. Ditambah dengan langkah – langkah lebarnya yang saling silih berganti menjadikan pemuda tersebut dari berjalan cepat menjadi berlari, menampilkan seraut wajah pemuda berkulit tan semakin terlihat cemas.
"Sasuke!"
Pemuda lain, di atas motor Ducati merah putih menggenakan helm tropong dengan mesin motor yang belum menyala menolehkan wajahnya ketika namanya disebut.
"Aku mohon. Hanya sekali. Untuk kali ini saja. Katakanlah."
.
Pelampiasan—Ane
.
Disclaimer
Naruto ©Mashashi KisimotoDECODE "If I Become Your Memories"
©AneSummary
Mereka hanyalah anak – anak muda.
Mereka hanya ingin tahu.
Mencoba memecahkan "sesuatu" diantara mereka.
Dan mereka terhenyak.Pairing
SasuNaru. Always! Banzai!Genre
Hurt – Comfort/Romance/ANGST!Warning
Typo's. Alur cepet. Death Character.Rating
TeenagerStatus
Oneshoot!!!Please choose 'back' or 'close' if you dislike this fict.
Happy reading for everyone!.
Pelampiasan—Ane
.
Sasuke amat yakin. Ia belum pernah merasakan debaran jantung yang terbilang kencang terkecuali pujian – pujian yang keluar dari belahan bibir kakak lelakinya ketika ia kecil dulu. Dan ia kini merasa keheranan. Setelah sekian lama tiada hal yang membuat jantungnya berdetak kencang, kini ia mulai mempertanyakan kenapa jantungnya bisa berada dalam situasi tersebut, hanya karena... seorang pemuda?
"Uzumaki Naruto. Dari SMA Uzu. Saya pindah ke Konoha akibat pereraian orang tua saya. Dulu saya memakai marga Namikaze. Mohon bantuannya." Seorang pemuda bersurai pirang yang memiliki kulit sawo matang tersebut membungkukan tubuhnya. Etika yang seharusnya ia lakukan sesuai dengan ajaran – ajaran kuno orang tuanya.
Ditempatnya, Sasuke awalnya tak memperdulikan hadirnya murid baru di sekolahnya. Benar – benar tak peduli. Namun ketika ia berkedip dan secara santai hanya ingin mengetahui keadaan di depan kelas, ia terpana. Tepatnya saat murid baru tersebut menegakan kembali badannya setelah membungkuk untuk memberi hormat. Sasuke terhenyak, mendapati senyuman atau lebih tepatnya cengiran dimana mungkin saja lima jari bisa masuk kedalam bibir plum tersebut. Dan lebih parahnya, Sasuke merasa tenggelam. Memperhatikan bola mata pemuda tersebut yang berwarna langit cerah yang indahnya dilihat dari pantulan air yang tenang. Sasuke yakin. Amat yakin. Ia telah kalah di sesi awal.
.
Pelampiasan—Ane
.
"Pemuaian gas pada suhu tetap berlaku hukum Boyle, yaitu gas di dalam ruang tertutup yang suhunya dijaga tetap, maka hasil kali tekanan dan volume gas adalah tetap. Dirumuskan sebagai..."
Sasuke membelokan perhatian otak kirinya ketika Kakshi menjelaskan tentang hukum pemuaian. Bukan bermaksud menjadi murid bandel yang tak menghargai jerih payah orang tuanya dalam membiayainya sekolah dengan tidak mendengar ilmu yang di tawarkan melalui jasa seorang guru, melainkan ia memanglah sudah hafal di luar kepala semua pembahasan tentang hukum fisika tersebut. catat. Semuanya. Belum ditambah dengan hukum – hukum yang lain. Ia telah dapat mengerjakan segala macam soal tersebut sejak ia duduk di bangku pendidikan yang lebih awal. Tapi ia memang tak ingin menempuh jalur cepat dalam pendidikan. Ia masih malas. Buat apa lulus cepat – cepat jika ia bisa bahagia dengan bermain – main di masa sekolah? Ia hanya ingin menggunakan waktu hidupnya sebaik mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Decode - If I became your Memmories
FanfictionOneShot Mereka hanyalah anak - anak muda. Mereka hanya ingin tahu. Mencoba memecahkan "sesuatu" diantara mereka. Dan mereka terhenyak.