Oppa 0 : Debat 1

36 6 20
                                    


Sebuah pesawat mengalami kecelakaan rute pesawat menuju Australia. Sampai  saat ini belum di ketahui penyebab kecelakaan tersebut. Sampai saat ini perkiraan korban 20 orang, selebihnya masih dalam proses pencarian...

Aku yang baru saja akan menali sepatuku langsung berhenti mendengar berita itu. Aku segera berlari kedepan TV untuk memastikan apakah pesawat itu pesawat yang sama. Tapi itu benar pesawat yang sama yang di gunakan Ayah dan Ibu. Tidak tidak mungkin saja itu hanya sama tapi itu pesawat yang lain dengan penerbangan yang berbeda.

" Dimana Dhivana ?" itu suara sir Antony, aku harap dia tidak membawa kabar buruk. Aku harap dia hanya datang untuk mengantarku ke campus.

"Aku disini sir !" teriakku dari ruang keluarga. Aku mendengar derapan sepatu  mendekat, aku cepat mengubah mimik wajahku yang kalut menjadi bahagia walau aku sadar itu rasanya akan gagal.

"Apa kamu sudah melihat berita pagi ini?" ngangguk jawaban yang kuberikan, aku selalu gagal berpura-pura. Aku lihat sir Antony menghela nafas dengan kasar. Tergambar jelas kalau dia lelah, apakah artinya itu semua betul? Apakah pesawat itu pesawat Ayah dan ibu? Oh Tuhan aku memeng sering tidak patuh tapi hal ini berlebihan.

"Kenapa juga mereka ngotot naik pesawat umum kalau ada pesawat pribadi." kalimat itu adalah jawabanya, jawaban dari semua ini. Aku yatim piatu sekarang ? Tidak-tidak selama Ayah dan Ibu belum ditemukan bagiku mereka tidak meninggal.

Sir Antony tampak setres melihat wajahku tanpa ekspresi. Air mataku tidak bisa mengalir. Ratusan kali HPku berdering tidak ku hiraukan. Ini terlalu mengejutkan.  Kepalaku kian berat, seperti ada tonan batu disana. Pandanganku mulai samar, suara sir Antony dan bik Surti tidak jelas di pendengaranku. Sampai gelap menyelimutiku.

                                  ○○○○○

Kepalaku rasanya sakit sekali, mataku ini sulit untuk di buka. Pendengaranku menangkap perdebatan antara wanita dan pria. Suaranya tidak asing, seperti suara Bang Brandon sama kak Shinta. Ku paksa mata ini terbuka untuk memastikan apa suara itu benar suara anak durhaka.

"Non den, nona muda sudah bangun!" teriak bik Surti saat mataku terbuka sempurna. Hal yang pertama yang kulihat adalah abangku yang tidak ganteng itu. Lama tidak melihatnya setelah  kepergiannya dari rumah. Dan perempuan cantik di sebelahnya kakak perempuanku yang terasingkan karena ulahnya. Mereka berkumpul, tapi tanpa Ayah dan Ibu.

"Berapa lama aku pingsan?" tanyaku kepada siapapun yang ada di ruangan putih ini. Baru sadar kalau aku sudah ada dirumah sakit.

"Pingsan nggak sampai empat hari setan kecil!" Jawaban ngeselin keluar dari mulut Brandon.

"Empat hari kok pingsan dek, kamu seneng banget buat kita panik tahulah?" Shinta juga menjawab dengan jawaban yang sama-sama sinis seperti Brandon tapi kalimatnya saja yang beda.

Dokter Alex masih menahanku dirumah sakit ini. Sangat menjengkelkan kelakuan dokter muda itu. Aku sangat benci rumah sakit tapi dia selalu punya cara untuk menyiksaku.

Saat ini aku duduk di tempat tidur sambil mengecek sosmed sudah empat hari tidak di cek apa kabar fansku yah? Hah, salah bertindak. Mereka semua mengucapkan bela sungkawa, siapa yang meninggal? Ayahku? Ibuku? Hei mereka masih ada kemungkinan hidup.

"Mana bisa adek pasti menolak ikut sama kamu!" suara kak Shinta, sedang beragument sama siapa dia.

"Kecilin suara lo kak, kalau Dhivana ikut kakak jadi apa dia?" suara Brandon lebih kecil dari kak Shinta.

"Kamu sudah merasa baik, emeng kenapa kalau ikut kakak. Ikut sama kamu belum tentu baik!" mereka selalu tidak akur, mereka pikir aku mau ikut mereka.

Pintu terbuka, Brandon dan Shinta masuk disusul sir Antony. Sir Antony mengatakan untuk mendiskusikannya bersamaku. Sir Antony juga berkata kalau aku bukan anak kecil yang harus di abaikan. Brandon mulai berbicara, dia berniat membawaku bersamanya dengan alasan kalau aku tinggal dengan Shinta aku bakal kayak Shinta.

Lalu kak Shinta juga mengatakan hal serupa dengan alasan yang berbeda. Katanya Brandon belum dewasa mana bisa menjaga gadis kecil sepertiku.

"Aku akan ke Inggris!" Jawabku yang membuat Brandon murka.

"Tapi aku tidak tinggal dengan kak Shinta, aku di apartment sendiri." Lanjutku.

"Tidakkkk!"

"Kenapa tidak, aku berumur 19 tahun sudah cukup bisa menjaga diri."

"Bagaimanapun kamu akan tinggal sama Abang !" Brandon keluar setelah mengucapkan kalimat itu.

Ketahuilah Brandon kalau sudah marah itu sangat menyeramkan. Kakak Shinta saja yang statusnya lebih tinggi dari Brandon takut kalau Brandon sudah marah.

Tapi aku tidak suka di Korea, kalau tinggal sama Brandon otomatis harus stay di Korea. Aku maunya di London. Aku harus cari cara buat bujuk abangku itu. Bujuk dia butuh tenaga jadi sebaiknya aku tidur dulu setalah emosinya redah aku akan beraksi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let Me (i Love You, Oppa ) - Fanfiction GOT7 - JYPentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang