Prolog.

31 11 1
                                    

Hari ini Davin akan berlari pagi seperti yg biasa ia lakukan di saat Minggu pagi. Ia mulai memasang earphone di telinganya lalu memasukan ponselnya di kantung celana olahraga yg ia kenakan.

Jalanan pagi ini tidak terlalu ramai seperti biasanya. Hanya ada org org yg berlari pagi seperti dirinya dan org org yg berlalu lalang dengan kesibukan nya.

Dua jam berlalu, Davin memutuskan untuk ke kedai terdekat untuk membeli minuman segar dan melepas dahaganya. Satu botol aqua sedang sudah habis ia buat karna ia haus sekali. Segera ia membayar minumannya lalu kembali berlari.

Langkahnya terhenti saat melihat perempuan tak ter-urus sedang menyeret kopernya tak menggunakan alas kaki.  Ia mula menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mulai kembali berlari.

Namun, saat ia melihat mobil yg akan menabraknya. Entah ada dorongan apa, ia berlari kearah perempuan itu. Ia membawa perempuan itu kepinggir jalan.

Nafas Davin tersenggal. Begitu pula dengan perempuan itu.

Perempuan itu sadar ia masih hidup. Ia mulai memukul-mukul dada bidang Davin. Perempuan itu marah. Ia ingin mati. Namun, itu semua tak terjadi karna Davin yg menolongnya.

"Ngapain kamu nolongin aku?! Aku mau matiiiiiiii. Aaaaaaaaa!!!! "

"Mas pacarnya diapain ampe kayak gitu? "

Davin mendengus, ia mulai membawa perempuan itu pergi menuju taman yg ads didekat itu. Ia berniat menaruh perempuan itu disitu, lalu ia pergi dari hadapan perempuan itu.

Ditaman, ia mulai menyuruh perempua itu duduk lalu ia ikut duduk disampingnya. Davin memandang kota dengan pandangan datar.

"Gue nyesel nolong lo. " ucap Davin dingin dan menusuk.

Perempuan itu mendengar dalam diam. Ia sadar, dirinya hanya membuat semua org yg berada didekatnya merasa menyesal  berada didekatnya ataupun menolongnya.

"Kalo aja kamu gak nolongin aku, mungkin aku udh meninggal. Dan hidup selamanya bersama Bunda diatas sana. " perkataan sendu terdengar dimulut perempuan itu.

Davin mengangkat alisnya sebelah. "Gila. "

"Aku gila karna Ayahku yg selalu bercumbu sama perempuan lain didepan aku. Selalu main fisik sama aku kalo aku gak masak. Selalu nyuruh aku kerja yg bikin banyak duit, terus duitnya buat dia semua. Gaboleh sekolah, gaboleh main, gaboleh keluar. Aku tuh benci sama dia. Makanya aku kabur dari rumah, berniat untuk bunuh diri. Biar bisa ketemu Bunda disana. " curhatnya sambil mengepalkan tangannya dan mulutnya yg dimonyong-monyongi.

Davin menatapnya datar, namun didalam kedataran itu ada rasa kasian. Namun ia mencoba untuk biasa saja.

"Gak nanya. "

Perempuan itu menatap Davin tambah kesal. Ia mulai berdiri lalu menarik kopernya. Namun, dengan cepat Davin menarik tangan nya hingga perempuan itu berbalik menatapnya garang.

"Kemana? "

"Mau nyari tempat tinggal lah, masa ngamen. "

Davin bangkit berdiri lalu mulai menarik perempuan itu.

"Mau kemana? "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DavaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang