01

79 10 3
                                    

Ku hembuskan nafasku perlahan lalu ku ulurkan tanganku menangkap bulir bulir salju yang berjatuhan dari langit. Udara terasa sangat dingin sampai sampai jaket dua lapis yang ku kenakan ini tak terlalu memberikan efek hangat untuk tubuhku. Ku dongakkan kepalaku yang disambut sentuhan lembut bulir bulir salju lalu ku lihat bangunan indah ini, Frankfurt Airport.

Aku tersenyum. Dan ya disinilah aku.. berdiri sendiri di negri orang ini yaitu, Jerman. Namaku Eleanor Reagan biasanya orang orang memanggilku leah atau ellie. Umurku baru saja menginjak 19 tahun beberapa bulan yang lalu. Tidak terlalu penting memang, namun barangkali kalian ingin tau tentangku. Entah apa yang membuatku memutuskan untuk melanjutkan hidupku disini. Kota ini terlintas begitu saja diotakku setiap saat orang orang bertanya akan masa depanku. Dulu papaku tinggal disini sama seperti aku yaitu untuk kuliah sebelum memutuskan untuk tinggal diindonesia bersama mama. Mungkin alasan lainku ingin melanjutkan hidupku disini karena aku berharap dapat menemukan jodohku disini? Hahaha seperti papa menemukan mama disini.

Ku lirik jam ditanganku, jam menunjukkan pukul 1 lewat 36. Ku gosokkan tanganku perlahan sambil ku menoleh kearah sisi kanan dan kiri. Padahal masih siang begini tapi aku merasa sangat mengantuk, mungkin akibat jetlag. Lagi lagi ku menoleh ke sisi kanan dan kiri berharap anak teman yang papaku bilang akan segera sampai.

"Hallo, eleanor reagan?",ucap pria paruh baya itu.

"Guten tag , Ja ich bin eleanor reagan",ucapku.

"Actually sekarang sudah malam..", ucapnya sambil terkekeh pelan lalu keluar dari mobil. Waduhhh malunya!! Ohya kan jam tanganku menujukkan jam di indonesia-_- kenapa aku bisa sampai lupa.

"By the way Kenalkan , om peter. Teman kuliah ayahmu dulu",ucap om peter seraya  membantuku memasukkan koper ke dalam bagasi.

"Wah berarti om susah kenal papa dari sebelum ketemu mama dong ya! Dulu papa orangnya gimana om ceritain dong!",ucapku sambil berjalan masuk ke dalam mobilnya.

"Ayahmu itu orangnya sangat baik, dia ga mau orang terbebani ataupun kecewa dengan dia. Dia selalu mengorbankan dirinya sendiri untuk kebahagian orang lain  itu lah yang bikin om betah berteman dengan dia sampai setua ini",ucap om peter. Aku tersenyum sumringah , benar kata mama, Papa adalah orang yang sangat baik bahkan jauh sebelum bertemu dengan mama.

"Well, seharusnya yang menjemput kamu ini anak om. Cuma dia bilang katanya ada acara reuni dengan teman teman SMA nya jadi ya om yang harus menjemput kamu dan maaf ya om menjemputnya lama, om tadi ada pekerjaan",ucap om peter.

"Seharusnya aku yang minta maaf om karna udah merepotkan",ucapku.

"Nein, gpp kok lagian ayahmu itu sudah berjasa membantu om jadi dengan inilah om akan membalas budi ayahmu ya walaupun tidak setara dengan apa yang ayahmu bantu ",ucap om peter. Aku tersenyum lalu kembaliku pandangi salju salju yang saat ini semakin deras.

"By the way kamu ikut om dinner dirumah ya baru nanti om antarkan kamu pulang",ucap om peter.

"Okay om, danke",ucapku.

"Sebenarnya om agak kecewa karna kamu sudah menolak tawaran om untuk tinggal bersama kami karna dengan itu om bisa menjaga kamu seperti anak om sendiri tapi ya om menghargai keputusan kamu yang ingin mandiri",ucap om peter.

"Maaf om karna aku sudah bikin om kecewa , memang aku ingin belajar mandiri di sini",ucapku.

"Hahaha kamu persis sama seperti ayahmu",gumamnya.

"Ohya bahasa jerman kamu bagus sekali ya belajar dimana?",tanya om peter.

"Ah? Biasa aja kok om. Mama yang ajarin sama ada les juga setahunan",ucapku.

SomehowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang