TSOaNL-1

737 126 12
                                    

Eunji memijat keningnya yang sedari siang berdenyut. Bagaimana kejadian diatap sekolah itu mengisi semua ruang dipikirannya. Ia mengingat dengan jelas bagaimana mulut pria itu melontarkan kalimat demi kalimat yang hingga saat ini masih membuatnya tidak percaya. Bagaimana bisa siupik abu ini tiba-tiba menjadi princess dari seorang prince yang kaya. Tentu itu akan membuatnya menjadi bahan perbincangan gadis penggosip dan menjadi cemoohan mereka. Atau yang lebih parahnya mereka akan mengira ia telah merayu Chanyeol atau berpikir bahwa dunia sudah benar-benar menggelikan. Menggelikan untuk seorang Park Chanyeol yang kaya dan juga populer karena ketampanannya bertunangan dengan upik abu seperti dirinya. Itu akan membuat Chanyeol dicap dunia menjadi pria terkonyol yang pernah ada.

Gadis itu kembali menghela nafasnya untuk yang kesekian kali. Tangannya tak berhenti memijat kepala yang seakan ingin pecah. Menjadi gadis remaja yang memakai pakaian designer terkenal, memakai sepatu dan tas mahal, dan bersenang-senang dengan teman-temannya memang pernah ia impikan, tapi menjadi gadis yang seperti semua itu dan mendapatkan cemoohan luar biasa dari orang-orang tidak pernah ia inginkan. Baginya masih bertahan dilingkungan yang keras saja ia sudah bersyukur. Masih bisa tinggal didalam rumah yang kecil, makan dengan perasaan bahagia, tidur dengan nyenyak, ataupun bekerja tanpa beban itu sudah cukup untuknya. Kehidupan mewah atau apapun itu ia tidak menginginkannya, ia terlalu takut menjejaki kakinya dalam dunia yang penuh dengan uang. Chanyeol mengatakan ia bisa melakukan apapun sesuai keinginannya bahkan menjadi seorang cinderella dalam sekejap karena ia akan diberikan uang yang sangat banyak, uang yang menurutnya akan memggerogoti hati nuraninya dan menjadikannya serakah. Eunji tidak ingin menjadi gadis yang tamak untuk memuskan diri ketika kenyataan ia hanyalah seorang gadis jelek dan miskin.

Tak ingin membuat kepalanya bertambah pening, Eunji memilih mematikan lampu tidurnya dan menarik selimut yang menindihi tubuhnya. Pikirnya mimpi akan menghapus semua kenyataan yang telah ia lewati hari ini dan membuat segalanya baik-baik saja untuk esok hari.

●●●

"Ibu bisa memilih gadis lain, kenapa harus gadis jelek dan miskin seperti itu?" Tanya wanita yang berumur kurang dari seabad itu.

"Kenapa? Kau tidak suka? Kau bisa pergi kalau begitu" kata wanita setengah paruh baya yang kian hari tampak memutih rambutnya.

"Aku bisa mencarikan gadis yang berkelas atau setidaknya yang lebih baik dari gadis itu untuk Chanyeol" tambah wanita itu terlihat ngotot, tidak terima dengan keputusan yang dibuat Ibu mertuanya itu.

"Kau menilai orang dari satu sudut panjang saja, Chanyeol saja suka kenapa kau yang tampak bermasalah?" Tanya wanita yang kulit makin mengkeriput itu dengan santai.

"Tapi Ibu, gadis seperti itu hanya akan memeras kita dan..."

"Aku sudah kenyang, aku berangkat sekolah dulu." Namja yang terlihat memakai seragam itu menarik diri dari kursi, membungkuk sejenak lalu pergi dari hadapan mereka.

"Aku ikut bersamamu Oppa" teriak seorang gadis yang tampak seumuran dengan namja tadi, kakinya dengan gesit berlari kecil mengejar namja itu.

Kini tersisa tiga orang dewasa itu yang sama-sama diam melihat orang yang lebih muda dari mereka pergi sebelum menghabiskan makanannya.

Wanita tua itu mendesis kesal sambil melirik wanita yang tengah duduk dengan menunduk itu. "Semua orang kehilangan selera karena dirimu" katanya sinis.

"Sudahlah, lebih baik kita makan dengan diam" kata pria yang duduk diujung meja itu sambil melanjutkan acara makannya.

●●●

The Scene Of A New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang