"So, I love you because the entire universe conspired to help me find you."
-Paulo Coelho, The Alchemist-
**
"Semuanya jadi Rp.1.000.000 Sir." Ucap Dires sambil memasukkan buku-buku kedokteran itu ke dalam kantong coklat seperti biasa.
"Jadi, kapan kau akan merekomendasikan buku-buku yang sudah kau janjikan ?" Tanya si pemuda itu pada Dires sambil memberikan kartu kredit hitam padanya seperti biasa.
"Maafkan aku. Hampir saja aku melupakannya Sir. Apa anda punya waktu sekarang ? aku akan mengajakmu melihat-lihat koleksi buku di sini setelah ini." Lanjut Dires yang memang hampir lupa akan janji yang dia buat sendiri.
"Ku rasa aku punya waktu. Meskipun tidak lama. Baiklah kalau begitu." Tutur si pemuda itu yang baru saja melihat ke arah jam tangan Rolexnya.
"Kalau begitu, aku akan menukar penanda dulu di pintu Sir." Ucap Dires sambil berlari kecil menuju pintu toko utama.
Setelah selang beberapa menit, Dires berjalan kembali menuju ke si Pemuda itu sambil melepas apron yang bercapkan toko bukunya.
"Mari Sir" Ajak Dires antusias ke sebuah rak buku bagian belakang.
"Hmm aku sebenarnya tidak terlalu lihai dalam bidang Sains Sir. Tapi beberapa pelangganku bilang bahwa buku Dilandro Andreas cukup terkenal dan populer. Stoknya pun terbatas. Kebetulan kami memiliki stok buku itu yang terakhir. Di buku itu terdapat berbagai informasi tentang berbagai macam penyakit dan juga penangananya Sir. Jadi aku.." Jelas Dires yang kemudian terhentikan karena yang dijelaskan hanya menatapnya intens. Dan entahlah, Dires tak yakin pemuda itu mendengar apa yang baru saja ia jelaskan.
"Maaf Sir. Apa ada yang salah dengan wajahku ?" Tanya Dires mencoba meraih wajahnya untuk sekedar memeriksa apa ada kotoran atau apapun yang membuatnya terlihat aneh.
"Ahh Maaf aku hanya terkesima akan penjelasanmu akan buku itu." Bohong si pemuda itu.
"Benarkah Sir ? Itu sudah menjadi salah satu tugasku untuk menjelaskan detail soal buk.."
"Namaku Ares" Potong Ares pada Dires.
"Oh ya, kita belum berkenalan sebelumnya. Namaku Dires." Jawab Dires menerima jabatan tangan Ares sambil tersenyum hangat.
"Dires ya ? Di ambil dari kata dearest kah ? karena cara pengucapannya sama" Tebak Ares.
"Tebakkan yang tepat. Iya. Sebelum ibuku meninggal karena melahirkanku. Ia selalu mengatakan bahwa aku akan selalu menjadi kesayangan semua orang. Jadi ayahku menamai ku dires." Jelas Dires sambil tersenyum.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud." Ucap Ares kemudian.
"Tidak apa-apa Sir. Hm kalau begitu bagaimana dengan bukunya ?" Lanjut Dires sambil berusaha mengambil sebuah buku yang baru ia jelaskan. Letak bukunya ternyata cukup tinggi dan sayangnya ia tak cukup tinggi mengambilnya sehingga membuat rak bukunya tergoyang dan
BRUUUKKKK
"Astaga Sir. Maafkan aku." Ucap Dires kaget karena rak buku yang seharusnya mengenainya malah mengenai Ares yang baru saja dengan sigap melindunginya dengan tubuhnya yang kekar.
Iya. Sigap melindunginya.
"Apa kau baik-baik saja ?" Tanya Ares dengan tenang.
"Sir kepalamu berdarah. Aku akan mengambil air hangat dan obat sebentar. Sekali lagi maafkan aku Sir."
Dires segera mengambil kotak obat dan mengambil air hangat dari dispenser untuk Ares.
"Tahanlah sedikit Sir. Aku akan membersihkan lukamu." Jelas Dires kembali tenang.
"Aku suka reaksi tenangmu." Tiba-tiba Ares memecah keheningan.
"Omaku bilang, jangan menjadi cepat panik. Karena biasanya, panik akan membuat keadaan semakin memburuk. Aku percaya itu dan ya aku berusaha setenang mungkin dalam keadaan apapun." Jelas Dires sambil membersihkan darah di kepala Ares hati-hati.
"Sungguh ? Bagaimana ketika kau kehilangan atau sedang mengalami hal yang menyedihkan yang lainnya. Apa kau akan tetap tenang seperti ini ?" Tanya Ares penasaran.
"Aku..."
"Aah kurasa aku harus pergi sekarang dan terima kasih sudah mengobatiku." Potong Ares tiba-tiba, mengingat ia sudah membuat janji pada seseorang.
"Hampir saja aku lupa. Aku akan membeli buku yang ini." Lanjut Ares sambil mengambil buku yang ada di hamparan buku yang barusan terjatuh. Buku yang tadi di jelaskan Dires.
"Baik Sir. Akan kumasukkan ke kantong belanjaanmu yang tadi." Lanjut Dires sambil membereskan kapas dan obat merah yang baru saja ia gunakan.
"Berapa harganya ?" Tanya Ares yang sudah bersiap mengeluarkan dompetnya dari saku celana.
"Tidak perlu. Anggap saja itu sebagai permintaan maafku atas luka di kepalamu." Ucap Dires sambil tersenyum hangat.
"Terima kasih." Kata Ares sambil berusaha bangkit dari tempatnya duduk.
"Ku harap itu bisa membantu mengatasi penyakitmu Sir." Lanjut Dires sambil membereskan buku-buku yang barusan jatuh.
"Ah ya mengenai itu. Aku tidak mengidap penyakit apapun Dires." Aku Ares yang sontak membuat Dires memerah karena salah perkiraan.
"Sungguh ? Maafkan aku. Karena kau sering membeli buku tentang penyakit, ku kira kau mengidap suatu penyakit" Jelas Dires.
"Hmm Tidak semua yang kau lihat dengan kedua mata indahmu secara langsung itu menggambarkan apa yang terlihat. Kalau begitu aku pamit. Terima kasih Dires." Cerca Ares sambil berlalu.
Dan Dires hanya bisa terdiam dan mengamati punggung kekar yang semakin lama semakin menghilang dari penglihatannya.
"Bisa jadi" Jawab Dires dalam hati.
-YS-
KAMU SEDANG MEMBACA
Dew
RomanceGeneva Kau seharusnya sudah tau, bahwa rumahmu adalah aku Bahwa di hatimu hanya ada aku Seburuk apapun diriku, kau akan selalu bertahan Begitu pula sebaliknya Tapi hal duniawi mengacaukan filosofi itu Dan pada akhirnya kau menganggap bahwa perasaa...