Hyunjin tahu, seberapa keras pun ia mencoba— dirinya memang tak akan bisa mengalahkan Minho.
Lelaki jangkung yang baru saja mecetak gol itu namanya Lee Minho, kerap dipanggil Lino untuk lebih singkatnya. Atlit sekolah yang juga teman satu team Hyunjin di club futsal. Mempunyai wajah tampan, tubuh atletis, juga berbudi baik. Selalu membalas ramah sapaan murid lain ketika berjalan di lorong, atau sekedar membantu guru membawa setumpuk buku dan mengantarkannya sampai ruangan. Oh, dia juga tak begitu buruk mengenai hal akademik.
Namun bukan semua itu yang menjadi titik saing antara Minho dan Hyunjin.
Jika dibandingkan memang Hyunjin jauh dibawah Minho. Ia tak begitu peduli terhadap nilai akademiknya, lebih suka menghabiskan waktu untuk berlatih dance dibanding berkutat mencari jawaban benar untuk mengisi buku tugasnya. Mengumpulkan seenak jidat dan menghasilkan nilai yang pas-pasan. Bahkan akhir-akhir ini sikap barbarnya kian menjadi-jadi. Tak pelak membuat para sahabatnya bertanya; kemana perginya pemuda Hwang yang selalu membuat lelucon konyol yang meributkan seisi kelas?
Kendati semua terjawab ketika seorang pemuda manis berjalan mendekati gerombolan club futsal yang tengah mengistirahatkan diri dipinggir lapangan. Para anggota menatapnya heran ketika pemuda itu— Kim Seungmin menyodorkan botol isotonik dingin pada Lee Minho, bukan Hwang Hyunjin yang mereka tahu adalah kekasih Seungmin sejak satu tahun lalu. Lantas beberapa dari mereka melirik Hyunjin, sementara yang dilirik hanya bersikap acuh dan meneguk air mineral entah milik siapa disana.
"Aku pergi."
Hyunjin berjalan keluar lapangan, sedikit terseok karna lelah, fisik dan batin. Tak ada yang berani berkata apapun sampai pemuda itu tak terlihat lagi sosoknya, pun satu per satu anggota memilih membubarkan diri masing-masing. Perihal Seungmin, Minho dan Hyunjin biarlah menjadi urusan pribadi mereka.
"Sebenarnya ada apa dengan kalian?"
Bang Chan, sang ketua club bertanya ketika lapangan indor tersebut hanya berisakan dirinya dan Minho. Pemuda dihadapnnya menautkan alis "Apa lagi? Kami bersama dan itu artinya Seungmin dan Hyunjin sudah berakhir."
"Sejak kapan?"
"Sudah beberapa minggu."
Helaan nafas terdengar. Kemudian sayup-sayup keduanya mendengar suara si Kim diujung pintu. Memanggil kekasihnya agar lekas membenahi diri dan pulang.
"Dengar Lee.. Pokoknya aku tidak ingin mendengar kalau kalian bertengkar karna hal ini dan mengganggu club suatu hari nanti."
Minho memang mengangguk setelahnya, namun ia tak menjanjikan apapun. Ribut tidaknya mereka tergantung pada Hyunjin. Pemuda barbar itu jelas menggebu-gebu dan tak terkontrol. Terlebih hal ini mengenai Seungmin. Seantero sekolah pun tahu bagaimana gigihnya perjuangan Hyunjin demi mendapatkan si merdu Kim dari club paduan suara itu.