Ini tentang diriku. Diriku sendiri yang menulis cerita ini dan membagikannya kepada kalian yang membaca. Aku ada. Ada disini sedang menulis. Pukul 17.39 mendekati adzan Magrib disekitar rumahku. Dengan lagu Crazy milik Shawn Mendes, aku menulis cerita ini. Cerita ini adalah hidupku. Atau imijinasiku yang selalu ku anggap nyata. Delusi yang selalu aku harapkan terjadi pada hidupku.
Sebentar, aku ingin merebahkan tubuhku sambil menulis. Aku akan memulai ceritaku. Dari satu titik ke titik lain. Dari kalian yang hanya tau namaku menjadi tau diriku. Aku ingin menulis cerita ini agar kalian tau. Agar kalian tau aku ada dengan mimpiku. Agar aku tak perlu mengenalkan kalian siapa aku. Aku, Aulia Sekar Chairunnisa.
Bukan diriku jika aku tak tau diriku. Bukan aku jika mengikuti arus yang ada. Bukan aku jika aku tak mengetahui mimpiku. Aku dilahirkan di dunia pada 14 Juni 1999. Tepatnya saat-saat sholat Ashar jika aku tak salah melihat Akta Kelahiranku.
Aku selalu merindukan masa kecilku. Tidak tau mengapa rasanya saat menengok ke belakang aku selalu tersenyum. Antara senang namun juga sedih. Senang karena aku telah melaluinya dan sedih karena tak akan terulang lagi. Hanya kenangan yang masih terekam jelas dalam ingatanku. Sehafal itu aku mengingat masa kecilku.
Aku seorang petualang. Dulu sekali aku menjadi petualang sejati. Sekolah? Aku tak memikirkannya. Main? Selalu. Tak ada alasan aku menolak bermain. Bermain bersama atau sendiri tetap menyenangkan.
Dulu sekali aku tak mempermasalahkan, memikirkan nasib hidupku. Dulu sekali hidup rasanya seperti air yang mengalir. Daun yang jatuh. Atau hujan yang perlahan turun. Sesederhana itu. Dulu sekali aku tak memikirkan akan jadi apa aku. Dulu juga aku tak ingin cepat-cepat dewasa. Dulu juga aku tak sempat memikirkan cinta yang membuat hatiku terluka tak berkesudahan.
Aku mengamat yang baik. Duduk di tepi lapangan melihat kawan-kawanku bermain sepak bola. Dulu aku pernah marah, kecewa dan merasa diintimidasi. "Hey, aku juga ingin main sepak bola, kenapa tidak boleh? Hanya karena aku perempuan?" Dulu dengan mata polosku aku duduk ditepi lapangan sambil bermain tanah merah. Menatap dengan iri kawanku yang mengayunkan bola ke kawannya yang lain. Berseru dan berkeringat. Tertawa dan menyumpah. Mereka menganggapku berbeda. Merasa dikucilkan karena aku perempuan. Sekecil itu aku pernah merasakan ditolak. Ditolak ikut bermain sepak bola walau hanya penjaga gawang.
Dulu rasanya menjadi bodoh tak masalah. Dulu rasanya belajar sesusah meninggalkan bermain kelereng di lapangan yang terpaksa berhenti karena adzan Magrib. Dulu, aku tak suka belajar. Tak ingin belajar karena ibu yang menjadi guruku di rumah berubah menjadi monster yang aku takuti. Aku takut jika aku salah menjawab. Aku takut jika aku asal menjawab pukulan akan mendarat pada tubuhku. Atau teriakannya yang memekakan. Aku dulu dipaksa menjadi rajin belajar. Paksaan yang secara mendarah daging selalu ku lakukan tanpa disuruh. Selalu membuka buku, apapun bukunya agar mendapat ilmu walau sejengkal tangan. Walau sekecil kuku yang dipotong.
Dulu atau masih tetap aku menjadi putri kesayangan mereka. Memiliki baju bagus dan banyak. Memilki permainan komplit. Aku dengan tubuh mungilku menunjuk apa yang aku ingin. Jika ayah atau ibuku tak memenuhi aku tinggal menangis. Nanti atau esok barang yang aku mau akan terpenuhi. Akan sampai padaku.
Dulu, bersih dan kotor tak ada bedanya. Aku rajin mandi. Mandi di kamar mandi, kubungan air dekat rumahku. Mandi ketika hujan turun. Atau sungai ketika aku pulang ke rumah nenek. Dulu aku tak harus risih dengan tubuhku yang bau keringat, basah oleh air hujan atau debu yang membuat kulitku gatal.
Dulu hidup sesederhana itu.Dulu aku penabung yang handal. Menabung setiap hari. Mengumpulkan recehan setiap waktu. Dulu juga tabunganku berat oleh uang logam. Dulu... aku sudah diajarkan menabung. Definisi menabung yang baru kusadari ketika dewasa adalah cadangan. Cadangan ketika nanti atau esok kau tak punya uang, kau ada uang. Ketika keperluan mendesak kau sedang ditanggal tua. Atau ketika mall sedang diskon 50%.