First of All

4 1 1
                                    

Sore ini, langit kota Bogor terlihat mendung. Aku lupa untuk membawa payung, padahal ibu sudah mengingatkanku sebelum berangkat sekolah. Sekarang aku harus menerima konsekuensinya, berjalan menuju terminal bis ditemani hujan yang tiba-tiba turun, untungnya tidak terlalu deras.

Namaku Rani, siswa SMA tingkat akhir. Jarak sekolah dengan rumah bisa kutempuh dengan metromini sekitar hampir setengah jam, memang jarak yang melelahkan bagi anak sekolah. Tapi karena sekolah disana adalah pilihanku, jadi aku harus menerimanya.

"Ran!" Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang. Ternyata Bara, teman sekelasku yang pintarnya tak bisa dikalahkan seangkatan. Badannya yang tinggi dan agak gemuk serta kulitnya yang putih dan rambut ikalnya yang khas membuat dia sering jadi bahan cubitan di kelas.

"Bara!! bikin kaget aja sih. Mau kemana?" Tanya Rani dengan sedikit rasa kesal. "Hehehe sorry ran. Gue mau cari sesuatu di toko buku deket terminal." Ujar Bara. "Loh kok ga pake motor aja kesananya?" Setau Rani, Bara kalau ke sekolah naik motor jadi rasanya agak aneh kalau dia pergi jalan kaki.

"Emm, ya lagi pengen jalan kaki aja, sambil nikmatin bau hujan hehe." Tanpa tanya lebih lanjut Rani dan Bara akhirnya jalan berdua sampai terminal, Rani segera naik bis dan Bara pun langsung menuju toko buku. "Bye ran, hati-hati di jalan yaa!" "Okee thankyou bara gemes!." Itulah panggilan Rani dan teman-teman sekelasnya untuk Bara, karena memang dia menggemaskan hehehe.

"Ibuuuu!!! Rani pulaaaang...." Rani melepas sepatunya, menuju kamar dan langsung merebahkan badannya di kasur. "Pasti sebentar lagi ibu masuk kamarku dan bilang blablabla, 1..2..3" gumam Rani. Benar saja tak lama ibu masuk kamar Rani.

"Ran! Kamu apaansih dateng-dateng gak ngucapin salam, langsung masuk kamar ga bebersih dulu. Ibu gak suka ah kamu kaya gini, salam dong kalo masuk rumah, terus kamu kan abis dari luar bajunya kotor malah naik ke kasur. Ih risih ibu liatnya. Mandi dulu sana!!"

Kira-kira kalimat itulah yang selalu keluar dari mulut ibu setiap aku pulang sekolah. Ibu itu sosok yang bawelnya tiada dua, apalagi soal 'keperempuanan', ia selalu mengingatkan peranku sebagai anak gadis.

"Jadi anak gadis itu gaboleh jorok, pakai baju yang pantes nanti dikira ibunya ga dandanin, anak gadis bangun pagi-pagi bantuin beberes rumah, anak gadis jangan suka keluar malem-malem, jaga diri baik-baik" dan nasihat lainnya.

Semua pesan itu ibu sampaikan dengan caranya sendiri, nada yang sedikit tinggi dan rasanya tak ingin lagi menunda perintahnya karena gatal mendengar suara tinggi yang seperti marah. 'Lebih baik ku kerjakan sebelum alarm ibu berbunyi'

Meskipun begitu, aku tetap sayang ibu. Karena tanpa disadari pesan-pesan ibu sangat bermanfaat. Dan aku tak dapat berpaling dari masakan ibu yang tiada duanya, entahlah kalau ibu tak ada, rasanya aku tak ingin makan apapun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 25, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'ts A ChoiceWhere stories live. Discover now