II. Little Voices

14 1 0
                                    

"Mungkin... Aku... Apakah ini... Cinta? Apakah aku sedang jatuh cinta?"

Beberapa hari setelah kejadian tersebut Clara mulai sedikit demi sedikit mengurangi intensitas pengulangan nama "Arthur" di dalam kepalanya, Clara sudah cukup muak dengan permainan pikiran ini, ia harus meluruskannya, dengan...

"Mencari pria idaman? Ah, tidak, mana mungkin pangeran dalam mimpi itu menjadi nyata dan menghapiriku bagai telah ditakdirkan untuk menemuiku?"

Love can't be forced, love can't be made, love is a mutual reaction that require both person to understand what is inside each other's feeling.

Bagaimanapun, pemikiran Clara barusan adalah sebuah imajinasi yang sangat cliché, kedatangan pria idaman? Lebih besar kemungkinan memenangkan Jackpot senilai satu juta dolar daripada dihampiri pria idaman...

[1 minggu setelah bekerja]

"Hei, kau tak merapikan mesin kasirmu?"

Clara menengok dan melihat Arthur sedang berdiri, memegang sebuah gelas sambil mengelapnya perlahan.

"Tidak, aku baru saja membersihkannya kemarin."

"Ada apa? Wajahmu tampak kelabu, what's the problem young lady?"

"Nothing, really."

"Please be honest."

"No... I don't have any problem lately, and I mean it, Arthur."

"Terus kenapa matamu kosong begitu?"

"I- I just have to... Forget someone in my life."

"Who?"

"Erasing this person from my memory, stopping all the disturbance that I always have everyday."

"Who, Clara? Say it to me, curhat aja sama aku, aku bisa jaga rahasia."

Tanpa sepengetahuan Clara, Arthur yang dianggap Clara sebagai pria yang egois ternyata memiliki hati yang peduli dan peka terhadap orang lain.

"You."

"What? Me? Why?"

"No, I, can't tell it."

"Why can't?"

"I just can't."

"Tell me."

"No."

"Please."

"No way."

"I'm begging you, Clara, why me?"

Clara memasang senyum sebisanya dan berkata,

"Kepo."

Sambil cengar-cengir, Clara berlari kecil menuju kasirnya untuk melayani pelanggan yang sedang melihat papan menu.

"Wanita aneh, misterius, sulit ditebak... Hmmm... Aku suka dia."

Waktu telah menunjukkan pukul 7 malam saat Clara sampai di apartemennya, hari yang panjang dan melelahkan ini biasanya membuat orang ingin berlibur berbulan-bulan, namun dia telah terbiasa bekerja membantu mendiang ibunya berjualan kue di kedai yang dimiliki ibunya sendiri. Setiap pulang sekolah, Clara pasti langsung menuju kedai ibunya, mengganti pakaian, lalu langsung melayani pelanggan yang ingin membeli kue-kue homemade tersebut. Aroma kue yang khas yang tidak dapat ditemui dimanapun kecuali di kedai "Pan-tastic" tersebut. Resep kue yang digunakan Anastasia Maurice, ibunda Clara, adalah resep kue yang telah diturunkan dari nenek Clara. Sayangnya Clara tidak tertarik pada dunia bakery, Clara lebih menikmati indahnya dunia fashion. Clara baru saja lulus kuliah S1 dengan jurusan Fashion Design, lulusan dari Fine Arts and Fashion Design Seattle International University. Demi mencari dana untuk biaya hidup sehari-hari, Clara diwajibkan bekerja mandiri, bekerja sambilan di sebuah kedai kopi. Sebenarnya, ayah Clara adalah seorang pengusaha besar, pendapatan Andre Razita sehari sudah dapat menghidupi seorang Clara selama sebulan. Andre telah menawarkan untuk mengirimkan uang bulanan kepada Clara, namun Clara menolaknya, dengan tegas, tanpa basa basi, Clara ingin mencari uang dengan keringat sendiri. Kebiasaan bekerja ini dia dapatkan dari ibunya.

*Ting*

Dering pesan masuk dari telepon genggam Clara membuyarkan memori nostalgia yang sedang dia lamunkan

"Ada pesan masuk, kira-kira dari siapa ya?"

[1 New Message from Matthew Razita!]

"Ah, ternyata adikku! Jarang-jarang dia mengirim pesan padaku. Biasanya dia sibuk merevisi skripsinya yang rumit itu."

[Kak, sudah lama kita tidak  chatting-an, apa kabar kakak di Seattle? Bagaimana dengan pekerjaan kakak?]

[Iya nih Matt, sudah lama. Kabar baik, Kakak menjadi kasir di sebuah kedai kopi di dekat apartemen Kakak, it's not my dream work, but at least I got money from that, kalau kamu apa kabar Matt?]

[Aku baik juga Kak.]

[Bagaimana dengan skripsimu?]

[Sudah kurevisi, namun belum kuserahkan ke dosen, ternyata mengambil topik "Bahan Utama Pembuatan Kue Dari Seluruh Dunia" memang bukan topik yang mudah.]

[Haha, Kakak juga sudah bilang, sebaiknya kamu mengambil topik yang Kakak usulkan. "Resep Nenekku", itu terdengar lebih mudah.]

[Berapa nilai yang layak untuk pekerjaan seringan itu menurutmu, Kak? Aku ingin menjadi penulis skripsi terbaik di universitasku.]

[Cucina con Vista adalah universitas tata boga terbaik di Florence, kau bisa saja membuka kedai roti a la nonna di sana, pasti banyak yang membeli, lagipula kau tahu resep kue nenek.]

[Aku ingin menjadi profesional, menjadi chef terkenal di Italia, baru aku mengenalkan resep nenek di sini.]

[Terserah, itu pilihan mu, Matt. Lakukanlah yang terbaik selagi kau mampu.]

[Iya kak.]

[Sudah dulu ya, sudah jam 9 malam di Seattle, Kakak sudah ngantuk.]

[Oke Kak, buonanotte.]

[Night.]

"Adikku ini, masih berjuang keras kuliah di Italia, demi menjadi chef terkenal di sana. Impianku dan impiannya memang bertolak belakang, namun dia tetap adikku yang paling kusayangi."

Clara mengecas telepon genggamnya, mematikan lampu kamar, lalu tertidur lelap.

Tidur yang lelap ini membuat malam menjadi semakin panjang, tidur yang terasa seperti berhibernasi ini membuat Clara bangun pagi dengan segar namun badannya masih terasa lelah dan pegal. Tidur yang panjang telah mengembalikan energi Clara, namun tubuh Clara masih ingin menempel di atas tempat tidur yang empuk itu.

"Geez, I hate this feeling of energetic and tired at the same time."

Clara menyalakan TV, kebiasaannya sejak remaja, menyalakan TV setelah bangun tidur untuk menyadarkan dirinya dengan sempurna, apalagi kalau acara TV yang ditayangkan adalah berita tentang gosip selebriti. Mata Clara pasti langsung terbelalak melihat kasus perselingkuhan, perceraian, dan permusuhan antar-seleb, sebenarnya bukan karena ketertarikannya pada dunia seleb, hanya saja kekonyolan dan omong kosong yang dilontarkan oleh para seleb mampu membuat Clara dapat mengeluarkan tawa pertamanya di pagi hari, sebuah "Program Awet Muda" kata Clara.

"I'm ready to go to work again and again until I can't move my limbs anymore! And if there's some spare time, maybe I'll peek at Arthur at work, ugh, wait, what the heck is happening inside me? I don't want to fell in love with him, but my heart forces me to. Honestly, he's handsome, above average, those blue eyes, brown hair, ideal body, tall, um, geez, it's happening again! I promise that I am not and I will not fell in love with him! I bet that these little voices are just my heart and my brain are arguing to each other."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ClaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang