Padahal, aku yakin sudah meletakkannya di lokerku.
Penyakit semua manusia, bahkan sepertinya malaikat pun punya penyakit ini. Ceroboh, lupa akan sesuatu. Aku tipikal manusia yang sering melakukannya, namun kali ini- aku yakin aku telah meletakkannya di lokerku. Lantas, kemana kotak bekalku?
"Hilang lagi?"
Aku mengangguk. Suara cempreng khas Ahn Yejin menyapaku dengan pertanyaan yang sering ia lontarkan sejak seminggu ini. Dan yang bisa kulakukan adalah menjawabnya dengan helaan napas pasrah. Astaga, aku sudah menghilangkan 4 kotak bekal minggu ini, dan ibuku pasti akan mengoceh lagi.
"Heol- tak masuk akal. Apa kau sebegitu cerobohnya?" tanya Yejin, sembari bersender di lokernya yang berada tepat disebelah milikku.
Kututup lokerku, kupastikan untuk menguncinya seperti biasanya. Ya, aku tak pernah lupa untuk mengunci lokerku. Meski semua orang di pelosok negeri juga tahu, bahwa loker sekolahan memang tempat paling tidak aman.
Setidaknya, itu untuk perhiasan. Dan cukup aman untuk buku serta seragam, atau sekedar kotak bekal..... walau kenyataan yang kualami tidak.
"Tak tahu! Rasanya aku sudah muak sekarang." ujarku, mulai menggapai tangan Yejin untuk menyeretnya menuju kantin. Hei, ini musim gugur. Kebanyakan murid malas untuk pergi ke kantin akibat udaranya yang tidak bersahabat. Pertanda bahwa sebentar lagi, musim dingin akan tiba.
Kuedarkan pandangan sesampainya di kantin, irisku menatap malas ke jejeran prasmanan makanan. Sementara itu, Yejin sudah entah kemana. Mengacir mencari bangku, atau sudah mengambil makanan meninggalkanku.
Sementara itu, pandanganku terhenti pada seseorang- Jeon Wonwoo. Setidaknya, ialah alasanku bersyukur ditengah insiden hilangnya kotak-kotak bekalku.
Dan sebentar lagi, mungkin ia akan....
"Surae!"
....memanggilku.
Kupasang senyum terbaikku, serta kulangkahkan tungkaiku mendekat kearahnya. Dirinya pun tersenyum, membuat desir darahku terasa hangat.
"Wae? Hilang lagi?" Aku mengangguk. Tak hanya Yejin yang tahu insiden yang menimpaku, Wonwoo pun tahu.
Sang pemuda berdecak, lalu mempersilahkanku untuk duduk di sampingnya. "Akan kupasangkan CCTV di dekat lokermu, nanti." Ucapnya dengan raut serius, cukup untuk mengundang tawaku.
"Yejin.. eoddiga?" tanyanya, kini mengalihkan pandangannya dariku untuk mengedar ke penjuru kantin. Mencari sosok yang biasanya pergi bersamaku itu.
Jemariku menunjuk kearah barisan siswa-siswi yang mengantri prasmanan, sosok Yejin berada. "Ia lapar sepertinya,"
"Dan kau tak lapar?"
Aku terdiam. Rasanya cukup malas untuk mengantri sekedar untuk mengambil makanan saja.
"Kau bahkan tak memakan bekalmu. Ini, ambil rotiku."
Wonwoo mengulurkan tangannya, menyodorkan sebuah roti isi miliknya kearahku. Kusambut dengan tatapan tajam, "Ck, makanlah sendiri. Aku tak-"
'BRAK!'
Sontak, aku terlonjak. Begitupun Wonwoo. Suara seseorang meletakkan (membanting, sih. Lagipula, ini cukup keras!) nampan makanan itu membuatku serta Wonwoo mengalihkan perhatian kearah sang pencari perhatian. Yang tak lain adalah..
"Ya, Kim Mingyu."
..si pembuat onar sekolah. Entah apa daya tarikku, namun sepertinya ia cukup bahagia untuk menggangguku. Dan juga Wonwoo.
Si terdakwa pun hanya mengambil posisi duduk dengan santai, dengan wajah inosennya. Awas kau, Kim Mingyu!
"Hei, kami duluan yang duduk disini! Pergilah!" Bentakku, tak tahan akan prilaku kasar yang satu ini. Seperti biasanya, sedari kemarin.
"Ck, siapa kau berani menyuruhku, Sora?"
"Surae! Namaku Surae bukan Sora!" Bentakku lagi, kini menatapnya tajam. Namun responnya bukan memarahiku balik, malah menertawakanku. Hei sobat, apa ada yang lucu dari marahku?!
Ia hanya mengambil posisi duduk yang tenang, lalu menyantap makanannya. Kutatap sekitar, kemana teman temannya? Karena- hei, Kim Mingyu adalah pemimpin sebuah geng yang ckup berada di sekolah kami.
Hingga sekarang, tatapanku mengarah ke Wonwoo- yep, tatapannya juga mengarah kearahku. "Kau mau pindah saja?"
"Hei, siapa yang suruh pindah? Duduk- atau kutendang pantatmu." ucapan serta ancaman Mingyu cukup membuatku mendelik tajam kearahnya. Kutatap lagi Wonwoo, masih dengan tatapan dinginnya kearah Mingyu. Astaga, Wonwoo yang dingin serta Mingyu yang panas. Entah suhu berapa derajat di Seoul ini.
"Wonwoo, kita bisa pindah sa-" "-baik." sang pemuda yang kuajak bicara malah menarikku untuk duduk! Astaga, dasar lelaki. Jika sudah ditantang, pasti akan menerimanya.
dapat kulihat kini cengiran licik milik Mingyu, yang kini sedang fokus dalam makannya. Wonwoo juga begitu, namun rautnya cukup kesal sekarang. Lantas, aku harus bicara dengan siapa?
"Surae!"
Ah, Yejin! Kutilik arah sumber suarah, mendapati sosok kawanku dengan cengiran khasnya. Baik, jika aku tidak bisa berpindah tempat duduk, maka setidaknya aku harus punya kawan untuk bicara.
"Ah, kau disini rupanya." Yejin meletakkan nampannya, lalu duduk tepat di sebelah Mingyu. semoga saja tak apa...
"Whoa- kau duduk dengan Wonwoo? Dan ini sia- MINGYU?!"
Yep, reaksi yang benar saat menyadari kau duduk bersebelahan dengan si pembuat onar. Namun baik Wonwoo serta Mingyu, keduanya tetap diam. Tak ada protesan, atan gumaman gerutu.
"Y-ya, kenapa ia duduk disini?" tanya Yejin pelan, seolah membisikiku dari sebrang meja. Taruhan denganku, Mingyu pasti mendengarnya.
"Bodoh, mengapa tak langsung tanya padaku?!" suara berat khas Mingyu terdengar, menjawab pertanyaan Yejin. Yang terjawab pun menatap sawan kearah Mingyu, ia takut.
"Hhhh, tak tahu. Ia sepertinya tak punya teman." timpalku, yang cukup untuk membuat tatapan Mingyu beralih padaku. Sayangnya, mentalku tidak seciut Yejin- aku tidak takut. Ini bukan kali pertamaku memiliki masalah dengan Mingyu. Faktanya, kami adalah tetangga. Dan Mingyu selalu sukses membuatku jengkel.
"Ya!"
"Hei, berisik sekali." Kini, gantian Wonwoo yang angkat bicara. Membuatku pening,
sepertinya pembicaraan ini akan berujung UKS.***
Udara musim gugur yang dingin sukses membuatku berjalan cukup pelan, dalam mantel tebalku pun aku berlindung. Pertanda, bahwa sebentar lagi libur akan tiba!
Musim dingin sudah mendatangkan atmesfernya, membuat semua insan di muka Korea Selatan tak bisa mengelak. Termasuk diriku, yang kini mulai menyusuri koridor sekolah.
Tahu tidak, apa spesialnya hari ini? Aku datang pagi! Bukan semata-mata agar mendapat pujian sebagai siswi terajin, namun...kau tahu sesuatu yabg menggangguku seminggu belakangan ini, kan?
Ya, perginya kotak bekalku.
Hari Ini sengaja aku datang pagi, hendak memeriksa seberapa amannya kotak bekal keenamku dihari ini. Akan kuawasi non-stop!
Beriringan dengan kutatap letak lokerku, manikku seketika membulat. Seorang sosok jangkung, dengan mantel yang juga membalut tubuhnya. Tangannya seolah sibuk menata kotak-kotak bekal, yang kuyakini adalah milikku.
Tatapanku kian menyelidik, tungkaiku melangkah mendekat. Hingga akhirnya sosok yang tadinya tak ber identitas itu kini kukenali, yang ternyata adalah...
"Jeon Wonwoo-ssi?"
ー;❀ To Be Continued.
YOU ARE READING
Lunch Box ❲ SVT's! ❳
FanfictionBagaimana jika kehilanganmu, menuntunmu menuju sebuah pertemuan baru? 『 STATUS;ON GOING 』