Pt. II

4 0 0
                                    

Tatapanku kian menyelidik, tungkaiku melangkah mendekat. Hingga akhirnya sosok yang tadinya tak beridentitas itu kini kukenali, yang ternyata adalah...

"Jeon Wonwoo-ssi?"

Ia menoleh kearahku, ekspresi yang sudah kuduga sebelumnya; terkejut. Kuasanya lantas melempar satu kotak bekal, membuat tetumpukannya runtuh seketika. Mataku tetap tak teralih darinya, meski benakku berpikir keras tentang apa yang harus kukatakan padanya.

"Surae?" Nyatanya, suara bariton milik Wonwoo lah yang memecahkan keheningan. Mataku mengerjap sesaat, sebelum akhirnya memutuskan untuk tersenyum tipis- aku tak tahu harus bagaimana!

Tidak, tidak mungkin Wonwoo melakukannya. Untuk apa ia melakukannya? Jika ia menyukai menu bekalku, aku bisa membuatkannya sepuluh kotak. Sungguh! Tak masuk akal.

Kuputuskan untuk melangkah mendekatinya kembali, dapat kulihat Wonwoo melangkah mundur sedikit. Apa ia.... takut?

"Ada apa?" tanyaku, seolah tak terjadi apa-apa. Kutatap kotak bekal yang ini sudah tak tertata akibat runtuh, lalu kualihkan pandangku pada sosok Wonwoo.

"Kutemukan ini semua di depan lokermu dalam keadaan berantakan, kupikir lebih baik jika kutata sedikit-"

Kusimak dengan seksama alibi dari Wonwoo, dahiku mengerut seketika, heran. Haruskah kupercaya? Meski memang bukan hak ku untuk menghakiminya sendiri. Akhirnya, aku kembali tersenyum- mengangguk seolah mengerti alasan sang teruna.

"Kau tak perlu repot-repot seperti itu, tahu." timpalku, kini mulai menata kembali kotak bekal yang mungkin berjumlah sekitar enam kotak tersebut. Ya, kotakku yang hilang sudahlah sebanyak itu.

Wonwoo membantuku, hingga berakhir denganku yang menutup pintu lokerku.

"Aku ke kelas, ya. Panggil aku jika ingin ke kantin!" Wonwoo tersenyum tipis, meninggalkanku di koridor yang masih sepi akan murid. Kutatap punggung yang kian menjauh itu, sebelum kembali beralih pada lokerku yang sudah tertutup.

"Suraaaaaae~" Diamku berakhir akibat pekikan familiar, Yejin pemiliknya. Diriku menoleh kearahnya, mendapati gadis itu dengan setelan jaket kulit imitasi berwarna merah muda- sangat haluuuus!

Aku tersenyum tipis, kini memutar tubuh untuk berjalan menuju kelas.

"Kau tahu- didepan sedang ada ribut,"

Alisku menyatu, dahiku mengerut. "Ribut apa?"

Kulihat Yejin mengangkat bahunya tak acuh, "Aku nggak tahu. Tapi yang pasti ada Mingyu disana,"

Aduh, pemuda itu lagi. Kapan tidak ribut?

"Dia membuat masalah lagi?"

Yejin mengangguk, "Ya. Tapi sungguh, ia jarang sekali membuat keributan pada pagi hari. Lagian, ia kesambet setan apa- pagi ini datang subuh sekali..."

Oh, ia datang pagi?

•••

Batinku bagai terkena peperangan saudara. Pendapatku terbelah dua- dilemaku mencuat. Semua ini perihal kotak bekalku.

Siapa? Dan... mengapa sekarang dikembalikan?

Langkahku bagai hampa, ini sudah waktu pulang sekolah namun sama sekali tak membahagiakan. Koridor sekolah mulai lenggang, aku memang selalu pulang telat. Terlebih, ingin tahuku akan tersangka kotak bekalku belum terpenuhi.

Kuberhentikan langkah tepat didepan ruang kelas, dapat kulihat ada dua pemuda berdampingan tak jauh darisana. Siluet keduanya... familiar sekali.

Wonwoo dan Mingyu. Dan tampaknya keduanya tak menyadari kehadiranku dan terlihat serius.

Well, haruskah kusapa Wonwoo?

Memutar tubuhku, kini aku berniat untuk masuk kedalam kelas tersebut. Namun baru saja tungkaiku menginjak daun pintu, sebuah kertas terlempar mengarah padaku.

"Ya!" pekikku, membuat kedua pemuda itu menolehkan pandangan kearahku.

Dan.... panik.

"S-surae?"

Hei, ada yang salah dengan kedatanganku?

Kuambil kertas yang terlempar kearahku, kubaca. Kualihkan pandanganku kearah Wonwoo dan Mingyu, bergantian. Kini, otakku terpaksa berpikir keras kembali.

"....siapa, diantara kalian berdua?"

ー;❀ To Be Continued.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lunch Box ❲ SVT's! ❳Where stories live. Discover now