Cerpen - Hijrah, Mey

459 2 0
                                    

JANGAN SALAHKAN HIJRAHKU
Karya : Siti Nurlaela

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, jika aku bisa seperti sekarang ini. Ternyata benar hidayah tidak datang dengan sendirinya tetapi hidayah itu dicari. Aku percaya dengan salah satu hadist yang mengatakan jika aku mendekat pada Allah dengan berjalan maka Allah akan mendekatiku dengan berlari. Indah rasanyaa.. setiap hari hatiku terasa lebih tentram dan damai. Aku merasa dekat dengan-Nya.  Aku bersyukur dengan jalan yang aku pilih untuk berhijrah, meskipun banyak ujian datang silih berganti.
Tidak terasa kini aku telah sampai di makam ibuku tercinta. Sudah dua bulan semenjak kematian ibu aku baru kemari lagi. "Assalamualikum bu.. Maafin Mey baru sempet kesini lagi. Mey kangen sama ibu."
Hatiku kembali merasakan sedih, aku mencoba tidak menangis. Lalu aku mengambil ayat kursi dalam tas, dan membacakan doa untuk ibu. Setelah itu kucoba untuk mengobrol dengan ibu untuk melepaskan rindu meski aku tahu ia tak kan bisa menjawab keluh kesahku lagi.

"Mey nyesel bu.. Dulu waktu ibu masih hidup Mey nggak dengerin perintah ibu. Mey nggak mau berhijrah padahal ibu ingin sekali liat aku berhijab, sholat,dan mengaji."

"Awalnya Mey berhijrah karena pesan terakhir ibu. Mey pikir setelah di jalani semua akan baik-baik aja. Tapi banyak yang mencemoh aku bu. Semua menyalahkan hijab yang aku pakai. Mereka semua membandingkan dengan masa lalu aku." Air mata jatuh dari pipiku seiring aku membayangkan kejadian-kejadian yg aku alami disekolah ataupun di lingkungan rumahku.

****
#

flashback

Hari pertama aku memakai jilbab dengan bantuan kaka perempuan ku, kak zahra.
"Mungkin kamu bakal kegerahan, nanti lama kelamaan bakal biasa kok."
"Aku malu kak. Tiba-tiba pake ginian apa gapapa?"
"Loh memang kenapa orang mau berhijab masa ada yang larang. Jangan dengerin omongan jelek orang,dek"
"Iya kak.. lagian aku emang pengen berubah. Aku gak mau ibu disana menanggung dosa aku karena gagal mendidik anak yg berbuat dosa terus."
"Mulai sekarang sikap kamu dijaga yaa. Jangan tomboy- tomboy amat lahh" kaka meledek seraya tertawa. Aku pun juga ikut tertawa.
Aku pamit berangkat sekolah pada kak Zahra, tinggal dialah keluarga yang aku punya. Selama ini ibu  membesarkanku seorang diri sejak usia 3 tahun karena ayah ku telah dahulu dipanggil sang khalik. Kematian ibu sangat menamparku. Ibu telah mengingatkan ku pada sang pencipta.

Aku merasa sangat risih baru keluar rumah sudah melihat ibu-ibu sedang bergosip tentangku. "Eh itu zahra apa si mey sih kok pake seragam SMA."
"Si mey itu mah. Idih alahh kok sekarang pake jilbab"
"Gatau mau dikata apa, dia kan tomboy biasa maen  pulang malem"
"Dia begitu pas ibu nya meninggal aja."
"Ishh." Terlihat pandangan tetangga yang tidak suka denganku.
Aku mencoba tidak memperdulikan mereka dan tetap berjalan menuju sekolah. Sekolahku dekat dari rumah, di perjalanan sempat berhenti di sebuah warung Bude tempat biasa aku nongkrong bersama teman-teman. Rata-rata teman ku cowok karena aku tomboy.
"Assalamuaikum.. belom pada berangkat nih?"
Mereka semua melihat ke arah ku seperti baru pertama melihat, huh.. pandangan yang menyebalkan-_-
"Ngapain si lo pada liatin nya gitu banget?"
"Kaya kenal suara nya tapi gak mungkin Mey" sahut Via.
"Meydina?" tanya Aldo
"Iyaa.. ini gue. Gausah pura-pura gak kenal dong haha"
"Subhanallah ukhti cantik banget" puji Dimas si raja gombal
"Lo kesambet apaan mey?wkwk" ledek gilang yang membuat semua nya tertawa
"Kesambet jin masjid lang" sahut Mila
"Kesambet jin tomang kali haha" sahut Wahyu
"Jahat banget sih! Emang nya salah kalo gue pengen berubah? Kenapa kalian gak ngehargain dan malah ngeledek terus?"
Aku kecewa dengan mereka. Sesampainya di sekolah sama saja aku mendapati pandangan orang-orang yang aneh melihatku memakai jilbab. Dan melemparkan komentar- komentar buruk.
"Wow seorang Meydina yang terkenal bandel, suka bolos, telat, dan maen nya sama cowok sekarang berhijab? Haha bakal jadi fenomena nih"
"Kok lo tiba-tiba berjilbab sih? Mau dibilang suci?"
"Jangan bilang karena ibu lo mati jadi tobat sekarang haha"
"Gausah muna deh. Gausah sok suci jadi orang"
"Malu sama jilbab. inget kelakuan lu kaya apa."
Hatiku sakit sekali mendengar ocehan mereka. Tapi aku berusaha sabar dan tidak perdulikan apa kata mereka.
"Terserah kalian mau bilang apa. Gue gak pernah ngusik hidup kalian dan gue udah gak mau nyari masalah. Jadi please jangan urusin hidup gue."

Aku meninggalkan mereka dan pergi ke perpustakaan. Aku sengaja memilih tempat ini untuk menyendiri karena  ruangan ini sepi dan tidak ada yang menyadari aku menangis.
"Ini baru hari pertama Mey.. lo harus kuat" lirihku menyemangati diri sendiri.
"Mey". Terdengar suara memanggilku dan ikut duduk dibawah berhadapan denganku. Segera aku menghapus air mata. Malu sekali kalau sampe ada yang lihat.
"Anita. Ada apa?" , Anita adalah tetanggaku kebetulan kami juga sekelas tetapi aku tidak dekat dengan nya.
"Hmm.. aku tadi liat gimana mereka memperlakukan kamu"
"Haha biarlah aku udah tau mereka biang gosip dan kerjaan nya ngebully".
"Kamu yang sabar yah, mereka cuma liat dari sisi negatif aja. Padahal orang yang ingin berubah itu malah bagus. Ngomong-ngomong kamu kenapa  berhijab?"
"A..anu.. sebenarnya aku berhijab karena dulu ibu sering memberi nasehat supaya berhijab, aku nyesel belum mengabulkan keinginan ibu saat dia masih hidup."
"Oh begitu, tapi dari hati kamu sendiri gimana mey?"
"Kalo aku niat juga ingin berubah, aku udah muak bandel terus. Hehe"
"Alhamdulillah.. sepertinya kamu sudah dapat hidayah dari Allah"
"Tapi aku malu Nit, sampe kapan diolok-olok begini"
"Malu sama Allah jangan sama orang-orang yang mencemoh kamu”

"Aku lagi mencoba nggak memperdulikan mereka. Tapi yang membuat aku kecewa teman-teman dekatku juga sepertinya tidak suka dengan perubahanku."
"Itu artinya mereka bukan teman yang baik untuk kamu. Aku mau kok jadi temen kamu, Mey. Biar kita berhijrah bareng-bareng"
"Kamu kan udah sejak lama berhijrah. Aku lihat kamu berhijab sejak SD, sholatnya rajin, baca Quran nya lancar. Sedangkan aku baru saja memulai mengaji pun masih terbata-bata."
"Nggak ada batasan waktu untuk berhijrah. kita wajib memperbaiki diri sepanjang hayat. Aku belum sepenuhnya baik, Aku belum merasa diriku sholehah."
"Oh jadi begitu.. kebetulan aku ingin belajar banyak darimu"
"Kamu tau kan dirumah ku setiap habis magrib ada pengajian. Kamu dateng aja nanti biar kita belajar ngaji sama-sama "
"Aku mau banget" jawabku dengan semangat.

****

Setiap malam aku tidak lagi main dengan teman-teman ku. Biasanya aku suka nongkrong di warung atau rumah Mila sekedar bercanda dan ngerokok bareng. Aku akan meninggalkan kelakuan burukku selama ini. Kini aku menuju rumah Anita, aku ingin belajar mengaji dengan ibunya.

"Eh Meydina, tunggu!"
"Kenapa mil?"
"Lo yang kenapa? Kenapa lo gak pernah main sama kita-kita lagi. Udah merasa suci ya sekarang sampe temen lama lo tinggalin gitu aja"
"Jangan salah paham, gue bukan ninggalin kalian tapi ninggalin kebiasaan buruk gue mil. Kalo gue masih main sama kalian sampe larut malem sama cowok-cowok dan gue pake jilbab nanti jadi fitnah orang."
"Ya terus kenapa lo pake hijab segala?".
"Ini pilihan gue tolong hargai,Mila. Gue mau punya kehidupan yang lebih baik"
"Oke gue minta maaf. mungkin gue sama yang lain gabisa jadi temen yang baik buat lo. Sedih banget kehilangan lo, Mey"
"Maafin gue juga, gue lebih sedih  mil.. Ayo kita berubah sama-sama"
"Gabisa gue belom siap. Udah sana ngaji!" Ia kemudian pergi, telihat jelas raut wajah nya yang sedih.

Aku pun kembali melanjutkan perjalanan dan beberapa kali menghelakan napas. Direlung hatiku aku sangat sedih harus berjauhan dengan mereka teman-teman yang menemani selama ini. Tapi aku sadar selama ini juga aku salah pergaulan.

****

Awal-awal aku mengaji masih terbata-bata, ditertawakan sama yang lain bagiku sudah biasa. Dan setelah dua bulan akhirnya aku  lumayan lancar karena dilatih setiap hari. Sholatku juga yang tadinya nol waktu jadi lima waktu. Bagaimana dengan teman-teman ku? Mereka masih sama. Dan kalau aku saat ini punya teman-teman dipengajian walaupun sebagian masih ada yang tidak suka. Disekolah masih ada yang menjelek-jelekan aku. Tapi yang penting aku punya teman yang baik-baik, aku bergabung dikegiatan ekstrakulikuler rohis. Setiap hari kegiatanku aku isi dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Nilai ku bagus dan prestasi ku bertambah. Banyak guru yang memuji dan menyuruh ku untuk mempertahankan nya.

Kini aku sadar semakin banyak yang mencemoh itu menjadi sumber kekuatanku untuk berubah menjadi lebih baik. Ku nikmati asam manis berhijrah ini. Aku percaya Allah akan memberikan setiap takdirnya baik untukku. Dan semoga ibu disurga sana bahagia melihatku. 

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA :)

Menurut kalian ceritanya bagus gak kalo di bikin sequel ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIJRAH, MEY.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang