1. (meet)

3 0 0
                                    

Suasana kantin sekolah sangat ramai, hampir seluruh siswa dan siswi menuju kantin untuk mengisi perut mereka setelah berkutat dengan pelajaran, atau sekedar bercengkerama dengan teman.

Terlihat suatu gerombolan di sudut kantin, dan gerombolan itu adalah teman - teman dari Irene— alias Cilla, Nila, dan Suri.

"Ah benarkah? Hahaha! Ya tuhan, kenapa aku punya teman sekonyol dirimu" dan setelah mengatakan itu, terdengar tawa membahana dari Irene.

"Hei! Tidak baik tertawa di atas penderitaan orang lain tahu. Lagipula yang membuat aku terpeleset adalah temanmu yang bodoh itu, Rene." Ucap Suri sambil menunjuk Cilla.

"Apa hubungannya denganku ha? Aku hanya menyuruhmu jalan cepat, tapi kenapa sampai terpeleset dan jatuh di pelukan banci hm? Ucap Cilla sambil menahan tawanya yang siap meledak.

"Ahaha, sudah - sudah. Lebih baik kita kembali ke kelas. Bel sudah hampir bunyi," lerai Nila.

°°°

M

ereka kembali ke kelas sambil terus bercerita, hingga Irene yang sedang tertawa jadi tidak fokus dan akhirnya.... Bruk!

"KYAAA!! BERANINYA KAU MENABRAKKU DAN MENUMPAHKAN MINUMAN DI SERAGAMKU!" Irene segera mengelus - elus seragamnya dengan tujuan menghilangkan noda kopi, namun ia malah meratakan kopi tersebut ke seluruh bagian depan seragam kebanggaan sekolah itu.

"Tsk! Untuk apa aku menabrakmu gadis manis? Kamu lah yang menabrakku duluan karena keasyikkan tertawa." ucap lelaki itu setengah jengkel, "Karena kau aku harus kehilangan kopi kesukaanku, kau harus minta maaf."

Tanpa disadari, semua teman Irene sudah pergi meninggalkan mereka karena tahu perang dunia akan dimulai sebentar lagi.

"Hey tuan, kau berjalan pakai apa? Kalau lihat aku tertawa mengapa tidak minggir saja? Dan, apa kopimu lebih penting dari bajuku? Lihatlah ini, aku basah kuyub karenamu!"

"Mengapa harus minggir? Memang ini jalan nenek moyangmu? Aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus minta maaf padaku."

"Cih, terserah kau saja. Aku banyak urusan jadi jangan harap aku akan minta maaf." ucap Irene dengan penuh emosi.

"Dasar gadis aneh!" Balas pria tersebut.

Belum sempat Irene membalas perkataan lelaki tersebut, tiba - tiba datang seseorang "Tuan muda, mari segera ke ruang kepala sekolah, beliau sudah menunggu anda" ucap lelaki berjas hitam formal itu dengan penuh hormat. "Baiklah James, aku akan segera kesana"

"Sampai jumpa lagi gadis aneh yang terlalu percaya diri, semoga kau mendapat hidayah dan sadar apa yang telah kau lakukan lalu menyesal karena tidak mau meminta maaf padaku." Lelaki itu berkata dengan smirk yang selama ini bisa membuat wanita manapun bergidik ngeri dan tidak berani membantahnya. "Ew, kau simpan saja keinginan untuk melihatku minta maaf karena itu tidak akan terjadi tuan." Balas Irene dengan sengit. "Oh ya? Kalah begitu akan ku buat dirimu melakukannya, gadis manis. Tapi tidak sekarang karena kepala sekolahmu sedang membutuhkanku"

°°°°

Cih, siapa dia sampai berani menantangku seperti itu! Dia kira aku akan menurutinya? Oh Tuhan! Kenapa aku punya firasat bahwa aku akan selalu berurusan dengan si idiot itu? Jauhkan hamba dari segala setan yang terkutuk ya Allah! Irene membatin sambil berdoa agar hidupnya akan baik - baik saja setelah ini.

-----&&&-----

Part selanjutnya bakal di publish kalo readersnya udah ada 50+ 😩😩

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang