Dua orang pemuda berpakaian hitam-hitam berjalan melalui sebuah jalan sempit. Pemuda yang berjalan di belakang hanya bersenandung kecil-sepertinya sebuah lagu bunuh diri ganda- sementara yang bersurai oranye terus menggerutu akan panasnya dunia. Siang itu mentari bersinar terik, dan tebalnya seragam mafia membuat musim panas terasa lebih buruk.
"Chuuya"
Sang empunya nama menoleh ke belakang, mendapati rekan kerjanya yang tengah menatap ke langit.
"Apa?" Jawabnya ketus.
Selain karena moodnya yang sedang buruk, Chuuya memang tidak pernah menyukai pemuda yang lebih tinggi 20cm darinya itu.
"Aku bertaruh, hari ini kau akan memperhatikan (y/n) seperti orang gila. Bahkan mungkin kau akan 'menyerangnya'." Ucap Dazai ringan.
Chuuya menautkan alis tidak mengerti. Apa-apaan itu? Random sekali. Ia memang tergila-gila pada kekasihnya, tapi ia tidak segila itu sampai menyerangnya. Ia adalah seorang gentleman yang menghormati wanitanya, kau tahu?
"Aku bukan seorang mesum sepertimu, bodoh." Sindirnya sinis.
"Hee,, kita lihat saja nanti. Prediksiku selalu benar, Chuuya. Aku yakin kau tahu itu." Tantang Dazai dengan cengiran menyebalkannya.
Sang empunya corruption masih tidak paham. Tapi entah mengapa, firasatnya menjadi tidak enak.
.o0o.
Nakahara Chuuya baru saja kembali dari sebuah misi bersama rekan double black-nya, ketika ia membuka pintu ruang kerja dan mendapati pemandangan mengejutkan. Sang kekasih-asisten pribadinya mengenakan pakaian yang tidak biasa. Sebuah crop tee putih berlengan 3/4 serta short pants biru langit membungkus tubuh gadis itu sedemikian rupa hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna.
Ya, Chuuya tahu bahwa ini musim panas. Bukanlah hal yang aneh memakai pakaian minim, tapi lain halnya jika kita berbicara soal gadis satu ini. Jarang sekali ia melihat gadis itu berpakaian minim, atau mungkin tidak pernah. Ia bahkan pernah menonjok Chuuya ketika pemuda itu memergokinya berenang. Lantas apa yang membuatnya berpakaian begitu?
"Ah, Chuuya! Kau mengagetkanku. Apa yang kau lakukan di sana? Mematung begitu."
Sang gadis menghampiri atasannya yang sedari tadi merenung di ujung pintu, seperti pajangan baru yang diletakkan kurir di sana. Ia membantu Chuuya melepaskan jasnya, kemudian mengajaknya duduk.
Si pria sendiri baru sadar kalau ia sudah berdiri di sana selama kurang lebih lima menit, kemudian malu-malu salah tingkah. Sialan, aku jadi merasa kalah oleh Dazai. Pikirnya.
"Darimana baju itu?" Tanya Chuuya penasaran. Bagaimanapun, ia yakin baju seperti itu bukanlah tipe yang akan dibeli oleh si gadis.
"Ah, ini? Dazai-san memberikannya padaku tadi pagi, dan ukurannya sangat cocok. Ia memintaku memakainya hari ini, jadi kupakai saja." Jawab sang gadis dengan riang. "-Lagipula baju ini sangat nyaman untuk musim panas." Tambahnya.
Mendengar hal itu membuatnya tambah kesal. Sialan. Chuuya bersumpah ia akan membunuh makhluk perban itu nanti. Apa-apaan dia? Sembarangan memberi baju dan menyuruh orang lain untuk memakainya. Chuuya benar-benar merasa dikerjai.
"Lepaskan baju itu." Titah pemuda bermanik safir dengan tegas.
Yang diberi perintah memiringkan kepalanya tidak mengerti. Mengapa ia harus marah? Sepengetahuannya Chuuya bukanlah pria yang pendek sabar, kecuali dalam menangani beberapa hal. Pemuda boros perban itu, misalnya. Tapi kalau hanya soal baju, ia bisa mengatakannya baik-baik, bukan?
"Kenapa? Aku tidak akan memakainya ke luar, kok."
"Lepaskan saja."
Masih dengan intonasi yang sama, tegas dan terkesan tidak sabar. Sang gadis mengerutkan dahi, tetap tidak mengerti. Apa mungkin-Chuuya cemburu? Karena Dazai? Mana mungkin?
"Apa kau... Cemburu?"
"Arghh"
Chuuya mengerang kesal. Mengapa sulit sekali meminta perempuan satu ini melakukan sesuatu, padahal biasanya ia akan patuh tanpa menuntut sedikitpun alasan. Tidak mengertikah ia, bahwa penampilannya itu membuat pemuda di hadapannya ini hampir gila? Lekuk pinggangnya yang indah, kulit putihnya yang mulus, leher jenjangnya yang-Arghh!! Sial, Chuuya jadi merasa seperti orang mesum.
"Kubilang, lepas."
Dengan tidak sabar ia menyudutkan gadis itu ke dinding, mengunci pergelangan tangannya lalu mendekatkan bibir mereka.
"Kau membuatku gerah, (y/n)." Ucapnya pelan, kemudian sebuah kecupan hangat menerpa bibir sang gadis.
.o0o.
Sekali lagi, Nakahara Chuuya bersumpah akan menghabisi rekan menyebalkannya yang maniak bunuh diri itu. Yang tebakannya tidak pernah meleset. Tidak pernah.
- End -
KAMU SEDANG MEMBACA
You Bet
FanfictionBerawal dari sebuah perbincangan kecil dalam perjalanan pulang dari misi, ucapan Dazai membuat seorang Nakaraha Chuuya kesal setengah mati. Ia telah dipermainkan, benar-benar dipermainkan. Chuuya x Reader