Part I

4 2 0
                                    

Suki POV

Semuanya telah hilang... habis tak tersisa... semua karena.. orang itu...

Kulihat kedua kakakku tergeletak di lantai. Bersimbah darah dimana mana. Diam tak berdaya menghadapi kejamnya hidup ini. Menunggu malaikat kematian datang menjemput mereka. Entah kapan waktunya.

"Cepat katakan!!! Dimana kau menyimpannya?!!!"

"Ukhuk...Ukhuk... ka..lia..n tid..ak ak..Ukhuk..kan.. bis..a me..nemuk..kan..ya.."

"Brengsek!!!"

ZRASH

"Hah.. beginilah akibatnya kalau melawan kami! Hahaha..."

Aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Kedua kakakku sudah tidak bernyawa lagi. Mereka benar-benar membunuhnya lalu pergi begitu saja.

"Kakaaak.... tolong jangan tinggalkan aku!!! Tolong jangan pergi!!!... kakaaak... bangunlah!!!... hiks...hiks... Ku mohon.."

Setelah kejadian mengerikan tersebut berlalu, warga desa berbondong-bondong datang ke rumah kami. Memperlihatkan ekspresi yang sulit dimengerti.

"Maafkan kami nak, kami tak bisa membantumu".

Hanya kalimat itu. Sampai semuanya gelap.

......................................................

??? POV
Ruangan mewah yang serba putih ini telah berganti warna. Merah dan bau anyir.

"Apa kau lupa dengan janjimu Sean..."

"Ukh...khakh...to..long..ukh..am..."

ZRASH...

"Kau berjanji akan mengabdi padaku. Kini kau mengecewakan dan menyedihkan... HAHAHAHAHA..."

Kejam dan tak kenal ampun. Itu lah dia. Dalang dari kematian anak buahnya, beserta warga desa yang tak bersalah.

Siapapun yang melawannya maka dia akan MATI

Siapapun yang mengkhianatinya maka dia akan MATI

Bahkan...

Siapapun yang menyentuhnya maka dia akan MATI

......................................................

Theo POV

"Kau sudah bangun!? Cepat kemasi barangmu dan segera pergi dari sini!"

Bibi Anne mengobrak-abrik seluruh isi lemariku. Ia memasukkan beberapa pakaian dan keperluan lainnya ke dalam sebuah tas yang cukup besar. Raut wajahnya menunjukan kekhawatiran. Dengan cepat tangannya menarikku keluar dari rumah bobrok itu.

"Ingat nak, kau harus pergi ke selatan. Distrik 9!!!"

Kami berlari menuju gerbang desa. Sekilas kulihat ia menangis dalam diam. Tangannya dengan erat menarikku menuju truk barang yang sudah menunggu di sana. Anak-anak lain yang sepertinya akan dikirim ke suatu tempat oleh orang tua mereka. Dari remaja bahkan bayi yang baru beberapa bulan.

"Ada apa?"

Bibi Anne tak menjawab pertanyaanku. Justru tangisannya kian tersedu-sedu. Ia memelukku dan mencium keningku. Lalu menuntunku untuk naik ke atas truk itu.

Para orang tua yang lain juga tak kuasa menahan tangis. Suasana di dalam truk juga kian ricuh. Anak-anak menangis minta diturunkan dari sini.

...

"Distrik 3!!! Siapa yang turun?"

Teriak supir truk itu. Beberapa anak turun dari sini. Disana juga ada para orang dewasa yang menunggu mereka. Memilah-milah anak yang akan dibawa pulang. Beberapa anak juga masih menunggu disana.

"Kau turun dimana?" Tanya ku, pada anak laki-laki yang ada di sampingku

"Distrik 9"

"Benarkah? Berarti kita satu tujuan. Namaku Theo"

Tanyaku sembari menatap matanya intens. Tatapannya dalam menandandakan keteduhan. Membuat lelaki manapun akan jatuh hati melihatnya. Dan jangan lupa tubuh mungilnya membuat ia semakin 'kawai'.
///(°·°)///

"Suki"

...

Perjalanan kian berlalu. Tak terasa kini sudah sampai distrik 8. Sebagian besar anak turun di sini. Menyisakan kami berempat yang ada di truk ini.

Perjalanan ke Distrik 9 memakan waktu yang cukup lama. Selain jaraknya yang cukup jauh, medan perjalanannya juga menantang nyali. Dimulai jalan berlubang, hutan rimba, sampai jurang yang terjal.

Belum lagi jika hari sudah malam. Seperti saat ini. Tingkat bahaya juga makin meningkat.

Kali ini pengemudi truk tak berbaik hati kepada kami. Ia membiarkan kami duduk di box tempat penyimpanan barang. Tak menghiraukan kami yang sedari tadi menggigil kedinginan dan ketakutan.

Aura di sekitar truk semakin berat. Tak ada satupun dari kami yang memulai percakapan. Keringat dingin mengucur di sekitar pelipis kami.

Udara dingin berhembus menyatakan hari semakin larut. Membuatku ingin menutup mataku sesaat. Anak-anak lain pun sepertinya sudah tertidur. Termasuk Suki yang tidurnya paling pulas. Kecuali seorang gadis kecil yang duduk di sampingku. Ia berusaha keras agar tidak tertidur. Meskipun matanya terlihat sangat lelah.

Ia menyadari bahwa aku menatapnya. Wajahnya khawatir dan ia pun mendekat ke arahku.

"Jangan sampai tertidur!" Bisiknya ke arahku.

Tentu saja aku mengerjap keheranan. Bukankah kita sudah melewati perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan. Ia tetap bersikeras menahan kantuknya. Meskipun aku tak tahu sampai kapan ia bisa menahannya.

"Bangunkan yang lain! Cepat!"

Perintahnya ke arahku sembari mengawasi keadaan. Gerak-geriknya sangat mencurigakan. Sampai aku tahu ia mencoba membuka paksa pintu box.

Tanpa banyak tanya ku ikuti perintahnya. Kubangunkan Suki dan anak laki-laki yang satunya lagi. Mereka berdua berdecak kesal minta penjelasan.

"Kenapa kau membangunkan kami?"

Tanya anak laki-laki yang berada di samping Suki. Sembari menahan kantuknya ia bergegas menjauh dariku dan mencari tempat yang nyaman untuk tidur lagi.

"Lihatlah!"

Aku menunjuk gadis kecil yang sedang berusaha membuka pintu box dengan paksa.

Sampai akhirnya truk berhenti di tengah hutan yang gelap ini. Pengemudi truk turun sembari menampakkan wajah garangnya sembari memegang tali tambang berukuran besar. Ia tersenyum licik dan baru ku sadari ada bekas luka.di sekitar wajahnya menambah kesan garang di wajahnya.

Di sisi lain muncullah enam orang dewasa bertubuh kekar nan menyeramkan. Mereka mendekati truk ini dan siap menangkap kami berempat...
.
.
.
.
.
.

TBC...

HAALLOOOO..... #(^.^)#

Ini pertama kalinya author buat cerita terus di update di wattpad \(^~^)/ . Maaf kalau ceritanya agak hiperbola <(_ _)> .

Sejujurnya author gak pandai buat pilih nama,gambar,atau judul buat cerita !(«_»)! . Jadi author mohon kalau para readers punya ide bagus tentang nama,gambar,atau judul tolong kasih tau author yaa ¢(*~*)\ ...

Expedition RebelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang