Afif nggak suka bermain dengan cewek. Entah kenapa Afif yang memiliki nama lengkap Afifah Cahyani Putri lebih suka bergaul dengan cowok. Dia duduk di kelas 3 sekolah dasar tahun ini dan tak ada satu cewekpun yang berhasil berteman lama dengannya. Bukan,bukan karena Afif garang semacam macan yang membuat teman berjenis kelamin sama dengannya tak tahan berlam-lama bermain dengannya. Hanya saja ini karena perbedaan prinsip, setidaknya itu pendapat Afif yang sebenarnya bahkan tak tahu apa arti kata prinsip. Hanya saja dirumah ia sering mencuri dengar percakapan ibunya yang selalu menyebut-nyebut kata prinsip ketika bertengkar dengan ayahnya.
Afif mengerucutkan bibirnya tak suka mendapati pantulan dirinya dicermin yang kini tampak manis dengan jepitan rambut stroberi dikedua sisi kepalanya.
Mengapa, Afif? Mengapa kau tak suka dengan penampilanmu? Bukankah kau tampak manis layaknya gulali, bukankah kau cantik dengan pita yang menghiasi rambut gelombangmu?
Bagi Afif tampilannya yang anggun ini lebih menyeramkan daripada monster hijau bertubuh raksasa yang sering ia lihat di tv. Walau lebih cantik Afif, tapi setidaknya monster hijau itu lebih beruntung daripada dirinya.
“Bu, kalo jepitan stroberi Afif hilang. Ibu kira-kira marah nggak?” Tanya Afif menatap ibunya yang belum berhenti menyisir rambut sebahunya.
“Afif, kamu jangan macam-macam.” Ancaman yang terdengar dari ibu Afif tak juga menyurutkan keberanian Afif untuk terus bertanya.
"Bu, kalo Afif pulang kerumah Cuma pakek satu sendal, Afif masih dapat jatah 2 permen kan bu?”
“Bu, kalo nanti Afif nggak sengaja ngelihatin celana dalam ke Deo sama Nino. Ibu jangan marah ya, itu tandanya anginnya ngajak main baju Afif bu.”
“Bu, kalo dedek Reno nangis. Jangan jewer Afif ya, kan dedek Reno emang suka nangis.”
Afif, menatap ibunya yang sedari tadi tak menjawab pertanyaannya. Mungkin ibu capek, pikir Afif.
Setiap sore Afif selalu sebal, bagaimana tidak sebal penampilannya yang rapi dan anggun seperti putri dongeng membuat ia tak bisa leluasa bergerak. Afif dilarang lari oleh ibunya,karena ia memakai rok pendek yang itu artinya celana dalamnya siap di intip jika ia bergerak sembarangan. Belum lagi jepitan rambut yang dipakai Afif selalu punya peluang hingga 80% untuk pulang dengan tidak selamat, karena walaupun Afif dilarang lari Afif tetap akan lari mengejar apapun yang bisa dikejar mulai dari mengejar kucing milik Deo, Burung milik ibu RT sampai mengejar layang-layang milik tetangga hingga sendalnya selalu putus sebelah.
Kembali pada Afif.
Kini Afif tengah berlari cepat ketika rumah besar milik Nino terlihat dari kejauhan. Afif berlari tak memperdulikan celana dalamnya yang sering terlihat karena gerakan brutal Afif saat berlari. Sampai didepan gerbang rumah Nino, ia segera membuka gerbang dan menggedor pintu masuk.
"Ninooooo buka pintunyaaaa!!!” Tidak ada yang membuka pintu, menyahut pun tidak.
“Ninooooo,, dedek Renooo buka pintunya!!” panggil Afif mengeraskan suaranya.
Masih tidak ada jawaban.
“Dedek Renoooo, buka pintunya!!” teriaknya putus asa. (Hei, Afif! Dedek Reno bahkan belum bisa berjalan!)
Gorden Jendela sebelah pintu terbuka lebar dengan wajah Nino yang menempel lekat dengan kaca jendela. Gigi ompong Nino mencuri sedikit perhatian Afif yang dihadiahi Afif dengan tawa mengejek sambil mengolok Nino kakek ompong.
Bodoh, gerutu Afif mendapati Nino yang ngambek dan tak mau membuka pintu rumahnya karena ulahnya mengolok Nino.
"Bagaimana ini? Ninoooo buka pintunyaaa !!” Afif lagi-lagi berteriak, tapi masih tidak ada tanggapan.
Gawat !! Nino beneran ngambek.
“Ninooooo,, buka pintunyaaaaaaaa!! Jika kau tak buka pintumu ibu peri nggak bisa numbuhin gigimu loh...” Bujuk Afif. Berhasil kini pintu rumah Nino terbuka lebar, kepala Nino melongok dari samping menatap Afif.
“Mana ibu perinya?” tanyanya antusias, Afif tak peduli. Ia segera masuk kerumah Nino dan menubruk Nino hingga terjatuh.
Nino tidak terima, dengan langkah kecilnya ia segera mengejar Afif yang berjarak cukup jauh darinya. Maklum Afif sudah terbiasa berlari dikejar nenek tetangga rumah yang sering ia curi gigi palsunya sementara Nino paling cepat berlari ketika ketahuan mengintip celana dalam cewek teman sekelasnya yang kekuatan larinya tak pernah secepat sepeda mini Deo.
“Afiffff, jangan sembunyi!!” perintah Nino yang melihat Afif tengah menutup pintu kamar mandi. Oh,tidak. Nino lupa, Afif sedang di kamar mandi. Itu artinyaaaaaa..
‘Klek’
“Aaaaaaagggghhhhh” Teriak Afif heboh.
“Ibuuuuuuuuuuuu!! Ninooooo ngintiiiip.” Jerit Afif melihat Nino didepan pintu kamar mandi.
Nino diam, bingung menatap Afif. Posisi tubuhnya tak juga berubah. Masih tetap berada di depan pintu kamar mandi melihat Afif dengan posisi jongkok membelakanginya.
“Kamu ngapain?” Pertanyaan bodoh Nino, membuat Afif bungkam. Ia tak lagi berteriak heboh.
"Ninoooooo, Afif lagi pipis tau.”
“Pipis kok jongkok? Harusnya berdiri.”
“Afif kan cewek, kalo pipis jongkok tau.”
“Afif beneran cewek?????”
“Ninoooo, Afif cewek beneran.”
“Berarti Nino sekarang lagi ngintipin cewek pipis dong.”
“I.. iya.. Ninooo pergiiii !! !! kamu kok ngajak ngobrol Afif.”
Bukannya pergi Nino malah diam, tiba-tiba
“Ibuuuuuuuuuu.. Nino nggak sengaja... Ibuuuuuu hiks... hiks.. hiks”
Tangis Nino menggema, membuat Afif sadar yang salah tidak hanya Nino tapi dia juga.
Selama ini Afif membual pada Nino, mengatakan dirinya cowok jadi Nino mau bermain pedang-pedangan, kelereng dan layang-layang dengannya. Salah siapa Nino bodoh, mau percaya pada Afif, begitu pembelaan Afif.
---+----
TBC
Cerita baru...
Beberapa bab awal pengenalan masa kecil mreka ya.
Ada yg suka dgn cerita ini..
Ditunggu vomentnya ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Friends
Teen FictionSiapa bilang jadi cewek yang berteman dengan sekumpulan cowok, mereka akan memperlakukanmu spesial bagai putri? Siapa bilang berteman dengan sekumpulan cowok, membuatmu tampak paling cantik diantara mereka dan menjadi bahan rebutan? Siapa juga yan...