Chapter 8

2K 86 0
                                    

Iqbal Dhiafakhri Ramadhan _ Tanpamu

Satu minggu berlalu dilalui Nura dan Rava seperti biasa namun ada sesuatu yang berbeda.

Sudah tidak ada lagi yang selalu mengikuti cowok itu kemanapun ia pergi.

Tak ada lagi yang diperhatikan Nura dari jauh.
Tak ada lagi tempat nyaman namun menyesakkan selain di rooftoop sekolah

Semua berjalan begitu saja seolah tidak ada yang tersakiti.

****

''Nur, Nur. Liat deh kak  Rava  ke rooftoop tuh, Lo gak ikutin?'' Dita buru-buru menutup mulutnya dengan kedua tangan saat melontarkan pertanyaan seperti itu. ''Sorry Nur, gue lupa''

Nura tersenyum menatap sahabatnya.
''Gakpapa, jaga jarak itu penting Ta, disaat gue sadar bahwa bukan gue yang dia mau''

''Lo rela kalo kak Rava balikan sama Ratna?''

''Selagi itu bisa bikin dia bahagia kenapa enggak? Toh, bahagianya dia bukan sama gue kan?'' Nura berusaha tersenyum walau hatinya sakit.

''Lo masih sayang kan sama kak Rava?''

''Gue.....'' Nura menggantungkan kalimatnya.
''Hingga detik ini, gue masih sayang sama dia Ta'' Nura menundukkan kepalanya diatas meja.

''Terus kenapa lo biarin kalau seandainya kak Rava balikan sama Ratna coba'' Dita menatap Nura heran.

''Justru karna gue sayang sama dia, gue  mau liat dia bahagia sama pilihannya''

''Gue salut sama lo Nur'' Dita tersenyum bangga.

****

Nura tidak fokus mengikuti pelajaran hari ini. Pikirannya kemana-mana .

Saat hendak ke kamar mandi ia sempat bertemu dengan Rava yang tengah menahan sakitnya, namun dia hanya melewatinya seolah tidak mengetahui adanya Rava.  Hal itu justru membuat Rava bingung, karena saat sakitnya sedang menyerang , gadis itu  bersikeras akan membantunya dan Rava selalu membentaknya.
Nura mencoba untuk tidak peduli, sejujurnya dia sangat khawatir tapi dia sudah berjanji untuk tidak  mengganggu Rava lagi. Munafik memang, karna sampai sekarang pun Nura masih sering memikirkan cowok itu.

Niatnya kekamar mandi Nura urungkan saat menyadari bahwa Rava sudah masuk ke UKS, dia berbalik melihatnya dari balik jendela.

Ujung bibirnya tertarik keatas, ia tersenyum lega saat melihat Rava sedang tertidur.

****

Sepulang sekolah Rava melajukan mobilnya menuju perumahan yang cukup jauh dari rumahnya.

Dia membuka pintu bercat cokelat  yang menjadi pembatas antara ruang tamu dan halaman.

''Kak Rava?'' Pekik seorang remaja yang usianya satu tahun lebih muda dari Rava.

Dia Aria, adik satu-satunya yang Rava punya selain Ibu.

Dia tinggal terpisah karena trauma dengan sikap ayahnya dahulu, ia lebih memilih untuk tinggal dengan nenek dan kakeknya.

Rava menghampiri Aria dan langsung memeluknya.

''Ria baik-baik aja kan disini?''

Aria tersenyum sambil mengangguk.

''Gimana sekolahnya?''

''Baik kak, kakak gimana? sebentar lagi ujian kan? keadaan kakak membaik kan? terus ibu sehat dirumah?

Rava terkekeh mendengar rentetan pertanyaan yang dilontarkan adiknya.
''Kakak baik, keadaan kakak ya gitu-gitu terus, ibu sehat kok dirumah, kamu mau ketemu ibu?''

Pangeran EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang