AI

837 65 4
                                    


"Okaa-san ... hiks ... Okaa-san ...." Kesedihan mendalam tergambar jelas dari sorot matanya. Iris semerah darah menatap nanar sang ibu. Tangan kecil menggapai-gapai udara dengan harapan mampu meraih sang wanita, sayangnya dua orang pelayan menahannya agar tidak berlari mengejar sosok yang sangat diidam-idamkannya itu.

"Maafkan okaa-san nee ...," bisiknya lirih. Wanita itupun berlalu tanpa menoleh lagi kebelakang, meninggalkan sang bocah tanpa belas kasihan. Tangannya kini menggandeng seorang bocah lelaki mungil bersurai langit yang tengah menunggunya di luar gerbang. Bocah tersebut tampak bingung dengan apa yang terjadi. Permata azurenya menatap penuh tanya, namun yang didapati hanyalah senyum lembut serta air mata yang terus mengalir dari kedua iris biru muda sang wanita.

.

.

Ai

Kuroko no Basuke adalah milik Fujimaki Tadatoshi

Saya hanya memiliki plot ini saja

Warning: OOC, Typo (s), Nubi, Plot hole, Alur maksa, dan sebagainya

Genre: AU, Family, Brothership, Hurt-Comfort, Angst Gagal

Note: Setting lokasi merupakan karangan.

Selamat membaca~

.

.

Yang satu akan mencapai kejayaan, yang satu takkan bertahan.

Begitulah takdir anak-anak yang terlahir dalam naungan darah dan kematian

Awan mendung senantiasa menggelayuti langit Kyoto. Sebuah kota dengan pemandangan indah memukau dan segala tradisi yang masih terjaga rapi. Sebuah tempat dengan berjuta rahasia yang hanya diketahui mereka yang dilingkupi kekuatan. Sebuah tempat yang terperangkap dalam kungkungan sejarah hingga langitpun turut berulah.

Hamparan perumaham model lama merupakan pemandangan awal yang menghiasi sudut kota. Rumah tradisional Jepang berbaris rapi bak artileri dan serdadu infanteri. Beberapa anak sungai mengalir anggun membelah permukiman bagaikan oase di tengah padang. Aliran air sungai yang jernih berkilau layaknya permata tatkala sang surya menampakkan sinarnya. Ikan koi dengan berbagai warna berenang dengan jumawa bersama hewan air lain. Bunga peony sewarna langit turut mengambil peran, membentang bak permadani di sepanjang sempadan sungai. Tak lupa benteng alam berupa jajaran pepohonan sakura yang mulai menampakkan kuncup merah muda. Seakan belum cukup, jalan setapak berbatu terawat membingkai keelokan tersebut dengan apik, menambahkan sifat asri di saat kota-kota lain sibuk melakukan modernisasi.

Suasana asri yang bukan hadir begitu saja. Setiap penduduk tau benar tentang adanya tangan-tangan lain yang menjaga kondisi kota. Atmorfer mistis yang melingkupi kota juga bukanlah isapan jempol belaka, tapi itu nyata bagi sebagian orang yang memiliki kepekaan indra.

Udara pagi kota Kyoto adalah hal yang paling dinantikan oleh seluruh penghuninya. Setiap orang tak ingin melewatkan pagi untuk membuka jendela, membiarkan angin sejuk khas pegunungan berhembus menerpa wajah, membawa bau khas petrikor yang menenangkan. Hal itu juga yang dilakukan oleh seorang pemuda bersurai crimson dari mansion mewahnya di pinggir kota. Mata dwiwarnanya menerawang jauh ke arah hutan di kaki bukit yang masih tertutup kabut. Pemuda tersebut tersenyum tipis saat menyadari hamparan kelabu yang membingkai pagi itu, membawanya pada sebuah ingatan yang ingin sekali ia enyahkan. Ingatan tentang seorang wanita yang meninggalkannya tanpa belas kasih. Wanita yang seharusnya melimpahinya dengan kasih sayang. Wanita yang seharusnya dipanggilnya ibunda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang