Prolog : Kisah Perjuangan

70 0 0
                                    


Di suatu pagi terlihat dua kakak beradik sedang menyemir sepatu pelanggannya di dekat gerbang sekolah SD HARAPAN BANGSA. Mereka giat sekali bekerja di saat anak seumurannya masih harus bersekolah. Mereka justu harus membanting tulang untuk memenuhi kehidupan mereka. Tak sedikit pun mereka mengeluh.

"Dek, berapa ongkosnya?" Tanya sang Bapak ketika Melati selesai menyemir sepatunya

"10 ribu Pak" ujarnya ramah

"Ini dek" Bapak itu memberikannya uang dua puluh ribu rupiah dan segera berjalan menjauhinya

"Pak..pak!!!" panggilnya sambil mengejar Bapak itu tapi sepertinya sang Bapak tak mendengarkan panggilannya itu

Melati pun mempercepat larinya sambil terus memanggilnya sampai ia tak sengaja menabrak seseorang anak perempuan. Anak itu pun berkata, "Auw..Sakit tau, kamu tidak punya mata apa? Sampai bisa nabrak gini" omelnya. Melati pun merasa bersalah dan berujar, "Maaf-maaf ya aku tidak sengaja" Melati pun membantu anak itu untuk berdiri. Tapi anak itu justru menampis tangannya dan memperhatikan wajah Melati dengan sangat tajam. "Aku tidak butuh bantuan kamu. Pergi dariku aku kesal denganmu!" usir anak itu. Melati masih merasa bersalah dan dia kekeh ingin mendapatkan maaf dari sang anak itu. Dia pun membersihkan tanah yang terdapat di siku anak itu karena terjatuh tadi. "Hei aku tidak suka denganmu. Nanti aku bisa tertular miskin kalau dekat denganmu" ucap anak itu. Tak sedikit pun Melati tersinggung atas ucapan anak itu dia memakluminya dan segera berlalu karena anak itu terus saja mengusirnya.

Setelah di rasa tak ada keberadaan Bapak itu dia segera kembali ke tempat dia menyemir tadi dan menemui adiknya yang masih menyemir di sana juga. "Dek, kamu sudah makan?" Melati memperhatikan wajah adiknya yang terlihat pucat. "Belum kak" jawab Randi, adiknya itu. "Ya sudah kakak ingin beli makan dulu ya. Kamu tunggu sini" ucap sang kakak yang terlihat menyayangi adiknya itu. Ketika dia ingin pergi tiba-tiba pelanggan yang di semirkan sepatunya oleh Randi memberikan mereka 2 buah Roti kepada mereka. "Tidak usah kak, terima kasih" Melati tampak sungkan menerimanya. Pemuda itu pun berbicara, "Tidak apa-apa dek, saya ikhlas kok. Semoga kalian kenyang makan rotinya. Itu untuk kalian". Melati berterima kasih dan langsung menyalami pemuda itu begitu pun dengan adiknya. Mereka merasa senang karena sehari-harinya untuk makan saja mereka harus mendapatkan uang yang cukup dulu baru bisa makan.

******

PIALA UNTUK NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang