4

9 0 0
                                    

•Love changes everything•

Sorry for typo(s)

~

"Sebentar jadi kan?"

Suara itu datang dari samping kiri Mesya. Mesya yang sedang merapikan alat tulisnya menoleh, ternyata Iwan telah berdiri di sampingnya.

"Sebentar kenapa?"

"Ck, lo ga ingat?" Iwan mendecak, "Kita kan mau jal—maksud gue, ngerjain tugas sejarah bareng."

"Oh iya! Ga tau nih, nanti gue chat kalo jadi."

"Gak ngajak gue nih?"tiba-tiba Tania berucap dari belakang Iwan. Iwan dan Mesya menoleh sedangkan Tania hanya menyengir.

"Lo kan bukan anggota kelompok kita, Tan,"jawab Iwan.

"Eh, gapapa kali, Wan! Biarin aja dia ikut,"sela Mesya. Ia berkata begitu karena takut melukai perasaan Tania.

"Tapi kan dia bukan anggota kelompok kita, Sya!"Tegas Iwan.

Tania mengerucutkan bibirnya, "Emang kenapa kalo aku bukan anggota kelompok kalian?"

"Ya gaboleh lah. Nanti makalah hasil kreatifitas kelompok gue dicopy sama kelompok lo."

Tania hanya mengangguk kecil, "Oh gitu. Yaudah deh, gue pulang duluan ya, bye!"ucapnya dengan girang.

Mesya menahan pergelangan tangan Tania, menatap sahabatnya dengan perasaan bersalah, "Tan, gue—"

"Iya gue ngerti," ucap Tania bahkan saat Mesya belum selesai bicara. Tania melangkahkan kakinya dengan cepat keluar kelas, meninggalkan beberapa siswa yang masih ada di dalam kelas.

Termasuk Mesya, dengan rasa bersalahnya.

"Lo ga perlu ngerasa bersalah,"ujar Iwan menenangkan.

Mesya mengangguk. Tangannya kemudian menarik pergelangan tangan Gerald, "Yuk, Rald. Kita pulang, gue laper."

Gerald hanya tersenyum dan mengikuti langkah kaki Mesya. Ia menoleh ke Iwan dan mengangkat bahu seakan-akan berkata, "Dia yang mengajakku duluan."

Sementara Iwan, pria malang itu, hanya memandang tak suka pada tangan Mesya yang memegang erat pergelangan tangan Gerald.

"Lo ga pernah mau kalo gue ajak pulang bareng,"gumamnya.

~

"Still worry about Tania?"

Pertanyaan Gerald mengejutkan Mesya dari lamunannya. Gadis itu hanya berdehem. Sesuka-sukanya ia sama Iwan, ia tidak akan pernah mengkhianati sahabatnya sendiri.

"She must be mad and jealous," Mesya berucap dengan murung. Menyandarkan kepalanya di jendela sambil memandang jalan raya.

"Dia bakal ngerti kok, lagian kan kalian jalan buat kerja tugas,"ujar Gerald.

Mesya mengangguk. Gerald benar, Tania tidak akan marah. Sahabatnya itu pasti mengerti bahwa Mesya tidak akan mengkhianati Tania.

Mesya tidak akan pernah membalas dendam.

Gerald memutar stir nya ke kanan dan 50 meter selanjutnya mobilnya sampai di depan rumah Mesya.

Mesya membuka pintu mobil Gerald dan turun sambil berucap, "Thank you, Rald. Mau masuk dulu?

Gerald menggeleng, "Ga usah deh, nanti kapan-kapan ya, "ujar Gerald.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mesya And Her Pain.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang