Marshmallow: Now or Never

543 21 3
                                    

Hoya's POV

Marshmallow.

Merupakan jajanan jalanan di pinggir kota yang mengundang kelima inderaku untuk datang. Tampilannya, aromanya, rasanya, tidak pernah bisa membuatku tahan. Setiap minggu, selesai berlari pagi, otomatis kedua kakiku membawaku kesana, sebuah toko kecil di Myeong-dong bertuliskan "MARS".

Nama yang lucu, bukan?

Marshmallow, tersedia dalam berbagai rasa, dan begitu nikmat jika dipadukan dengan selai, sirup, coklat, waffle, permen maupun kacang yang bervariasi. Aku menyukainya. Sangat menyukainya. Tiada ada hari tanpa dirinya.

Hari ini juga. Aku telah selesai berlari pagi dan tanpa sadar aku sudah berada di toko itu. Aku memesan menu yang sama saat pertama kali datang ke toko ini, bersama seorang perempuan. Padahal dulu aku tidak suka marshmallow. Aku bahkan tidak tahu apa itu marshmallow.

Sampai akhirnya... dia datang ke dalam hidupku, dan memperkenalkanku padanya.

Aku duduk di ujung, pojok ruangan dimana dinginnya AC membuatku merinding. Sambil menunggu marshmallow yang kupesan, tanpa sadar, pikiranku kembali mengingat dirinya. Dirinya yang tak akan pernah kulupakan.

Kalau kalian bertanya siapa itu dia, namanya Han Dejin. Perempuan yang dari dulu kukagumi karena kemampuan taekwondo nya, caranya bergaul, dan kemampuannya memasak snack malam hari. Sebenarnya karena menyanyi juga. Suaranya enak didengar oleh siapapun. Ehm, mungkin tidak siapapun. Bagiku. Ya mungkin enak didengar bagiku.

Oiya, dia penggemar berat Detective Conan. Ia sering bermimpi bisa bersama dengan salah satu tokoh fiksinya yang bernama Shinichi Kudo. Ho... Aku tahu semua mengenai dirinya.

Aku mengenalinya saat aku pertama kali masuk TK. Umurku masih 5 tahun. Teringat betul  aku menggunakan sepatu ungu dan jam tangan berwarna ungu saat datang. Ya aku memang seorang maniak ungu.

Saat itu, aku masih kecil, aku tidak tahu apa-apa, aku tidak kenal siapa-siapa, dan susah bagiku yang merupakan seorang introvert untuk berkenalan dengan teman baru. Dejin lah orang pertama yang menjadi temanku. Anaknya manis, dikuncir satu dan sangat suka memakai syal berwarna tosca dilehernya. Ha, aku masih sangat mengingatnya. Saat itulah, eommoni melepas tanganku dan mendorongku masuk ke kelas bersama anak itu.

Anak itu yang pertama kali bertanya namaku. Mungkin aku terlalu malu untuk bertanya duluan, padahal aku laki-laki. Dia rela membuka dirinya terlebih dahulu kepada anak yang baru saja dikenal kurang dari semenit yang lalu. Dan kreatifnya, saat aku bertanya namanya, ia tidak memberitahunya semudah itu. Ia bilang, ia akan memberi tahu kalau aku bisa menebaknya. Konyol. Ini konyol. Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentangnya!

1. Margaku adalah nama sungai indah dan terbesar di South Korea.

2. Dua nama berikutnya akan ku berikan kalau kau bisa jawab pertanyaan ini, "A man rode into town on Friday. He stayed for three nights and then left on Friday. How come?"

Lucu, bukan? Aku memang menyukai teka-teki, tapi ini teka-teki untuk anak kuliah! Setidaknya, itu yang ada di pikiranku dulu.

Aku hampir saja menyerah menebak namanya hingga akhirnya aku mendapatkan pencerahan. Sungai terbesar sudah pasti Sungai Han. Han? Marganya Han? Marganya Han.

Friday, adalah bahasa inggris. Friday bisa jadi nama hari, bisa jadi nama binatang. Mungkin saja laki-laki itu datang menunggangi binatang bernama Friday? Lalu tinggal di kota tersebut selama tiga hari dan meninggalkan pada hari jumat. Apakah benar?

Aku memutuskan untuk memberi tahu jawaban tersebut kepadanya, sungguh-sungguh berharap aku menjawabnya dengan betul. Dan ternyata, ia mengangguk!

"Selamat, Howon-ssi. Kau berhasil menjawab teka-teki ku. Apakah kau tahu siapa margaku?"

Marshmallow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang