Semua orang yang ikut hadir dalam rapat yang sudah berlangsung sepuluh menit yang lalu menutup bibirnya rapat-rapat dengan kedua telinga yang menajam.
Alunan suara merdu kini mendominasi ruangan tersebut. Sunyi senyap, lembut, penuh penghayatan membuat siapa saja akan tersenyum dengan rona merah di pipi. Begitulah kira-kira gambaran dari para kru yang hadir, tidak terkecuali para anggota yang menjadi peran penting. Mereka tidak ada yang berhasil menahan senyum saat mendengar suara merdu itu menyuarakan isi hatinya. Tapi tidak dengan salah satu yang mengambil posisi tepat diantara ke-enam teman satu grupnya.
Myungsoo hanya diam dengan kedua mata kosong, sedangkan pikirannya berputar pada masa-masa dimana ia mengenakan seragam khas sekolahnya dulu. Jalan beriringan dengan perempuan yang sebaya dengannya, sesekali menertawakan hal yang tidak lucu. Bercerita apa saja yang mereka lakukan selama pelajaran yang tidak mereka sukai berlangsung, sampai menceritakan bagaimana kehidupan pribadi mereka masing-masing.
Di dalam bayangannya, pria itu tersenyum cerah melihat gadis yang berada di sisinya tertawa karena lelucon yang dibuatnya. Hatinya merasa lega melihat gadis yang mampu membuat jantungnya bekerja berkali-kali lipat itu bahagia karenanya. Sampai dimana senyuman cerah itu akan sesuatu hal yang menyadari dirinya akan sesuatu hal. Senyuman itu memudar, tidak dengan perasaannya.
Saat dirinya ditanya, 'apa yang kau inginkan?'. Pria itu hanya menjawab, 'aku menginginkan semua yang dia inginkan,'. Bukankah sangat tidak masuk akal? Bahkan ketika disaat akan kehidupannya di masa mendatang, pria itu akan tetap menjawab seperti itu.
Sampai saat ia memilih jalan hidupnya menjadi seorang idola yang bersinar, di kagumi, di cintai oleh banyak orang. Ketika ada sebuah acara yang bertanya 'kenapa kau memilih untuk menjadi seorang idola?' Dia akan menjawab bahwa itu adalah cita-citanya, lalu tersenyum penuh dengan kebohongan. Dalam hatinya pria itu berkata, 'agar dia mengetahaui kehadiranku, balik mencintaiku, mengejarku penuh dengan tekat dan melawan setiap penggemarku yang siap menerkamnya.' Setelah mengatakan itu pada dirinya sendiri, pria itu akan terkekeh.
Suara riuh tepuk tangan berhasil kembalikan kesadaran milik Myungsoo, kedua matanya beralih untuk menatap gadis yang tengah duduk tidak jauh darinya sedang membungkuk terima kasih setelah mendengar banyak pujian yang di layangkan oleh seluruh kru yang ada, tidak dengan dirinya yang hanya diam.
Woohyun yang berada tepat di samping kanan Myungsoo mengurungkan niatnya untuk memberikan pujian pada Suzy, dan lebih memilih menepuk-nepuk bahu sahabatnya. "Setelah ini, aku harap kau menemuiku di café dekat sini." Bisiknya sebelum kembali fokus mendengar apa yang di jelaskan oleh sajangnim.
***
"Myungsoo-ya." Panggil Woohyun dengan suara pelan. Orang yang memiliki nama itu, duduk tepat di hadapan Woohyun, mendongak untuk melihat lawan bicaranya.
Myungsoo menghela napas, meletakkan gelas kecil yang sedari tadi ia mainkan. Menegakkan kembali tubuhnya, "bagaimana perasaanku selanjutnya? Apa semua perasaan yang aku punya untuknya itu salah?" Tanya Myungsoo menatap lurus pada Woohyun yang menggeleng.
"Tidak ada yang salah, Myung. Yang salah adalah dirimu sendiri, kenapa tidak jujur dengan apa yang kau rasakan padanya?" Myungsoo tertawa kecil mendengar apa yang Woohyun ucapkan.
"Myungsoo remaja, bukanlah sosok yang berani untuk menyatakan perasaannya. Oh, bahkan dulu, dia terus mengelak apa yang dia rasa. Sampai sekarang, Myungsoo itu berubah menjadi L. Seseorang yang baru, dengan mudahnya menyatakan perasaan, dan mendapatkannya." Ucapnya diakhiri seringaian kejam, mampu membuat orang-orang bergidik ngeri.
Woohyun menghela napas panjang, menatap seseorang yang sudah ia anggap adik itu dengan nanar. Sebagian dari masa lalu Myungsoo, Woohyun sudah mengetahauinya. Tidak ada satu pun orang yang tahu kecuali Woohyun.
"Lalu setelah ini apa yang ingin kau lakukan?"
Myungsoo terdiam sejenak, berpikir untuk menjawab pertanyaan hyungnya. "Lihat, kau terlalu gampang mengalah." Tambah Woohyun.
"Apa aku bisa meraihnya untuk tetap berada di sisiku? Hyung, kau tidak lihat betapa memujanya tatapan Suzy menatap sosok Choi Minho." Oceh Myungsoo dengan kerutan pada dahinya.
"Lalu hanya karena tatapan Choi Minho pada Suzy itu membuatmu menyerah? Myung, aku sarankan padamu. Kau sudah mengenal Suzy jauh sebelum Minho mengenalnya, terlebih sekarang ini Suzy lebih sering berada di jangkauanmu. Apa kau tidak berpikir seberapa banyak momenmu dengan Suzy nantinya?" Woohyun memberi jeda pada pembicaraannya, "setahuku, Minho akan sibuk dengan proyek drama yang baru di setujuinya kemarin. Waktu Minho, bisa kau ambil untuk menemani Suzy."
Dari raut wajahnya, Myungsoo nampak berpikir dengan jari-jari panjangnya ia ketukkan di atas meja, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menopang dagu sambil sesekali mengusapnya.
Woohyun menghela napas panjang, "tidak perlu berpikir keras seperti itu. Aku akan membantumu bagaimana kalian bisa berdua, sisanya aku serahkan padamu." Ujar Woohyun mengedikkan kedua bahunya acuh.
"Baiklah, aku percaya padamu. Asal yang lain tidak tahu tentang hal ini, setuju?" Woohyun tersenyum sambil menunjukkan ibu jarinya ke arah Myungsoo, bertanda menyetujui ucapannya.
***
"Ireon sarangnorae neomuna manha
Hajiman wae jakku bureuneun geoya," jari-jari lentik Suzy menekan lembut tuts. "You don’t understand me you don’t love me." gadis itu tersenyum masih dengan masih dengan jari-jarinya yang berpindah menekan tuts yang lainnya. "Eoneusae neoege ppajyeobeoryeosseo," kali ini, matanya terpejam menghayati lagu yang sedang di nyanyikannya."Cheomen dwitmoseubi neomu yeppeoseo," sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum tipis. "Sasil nado moreuge mareul georeosseo." matanya terbuka menatap lurus tuts yang ditekan olehnya.
"Tineun annaedo nega useojugil," Suzy menghentikan gerakan jarinya saat mendengar suara berat yang sangat dikenalnya. Lalu, ia menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap seseorang itu.
Dilihatnya, pria itu sedang berdiri di ambang pintu dengan tangannya terlipat di dada. Menatapnya dengan tatapan yang menusuk, namun ada arti yang berbeda.
Suzy menegakkan tubuhnya, menggeser kursi kecil yang tadi ia tempati sebelum meraih tasnya.
"bagus," ujar pria itu acuh. Suzy yang mendengarnya, menghela napas panjang. "bisa kau berhenti menggangguku, Kim Myungsoo?" tanya Suzy menekan kata 'mengganggu' nya.
Myungsoo tertawa kecil, "hey, apa tadi mengganggumu?" ujarnya mendekati Suzy yang masih berdiri ditempatnya.
"sangat." jawab Suzy ketus."bukankah seharusnya aku yang mengucapkannya padamu?" Myungsoo menatap Suzy tajam. "bisa kau berhenti menggangguku?" lanjutnya dingin.
Suzy menghela napasnya panjang, "aku tahu, ini sangat mengganggumu. Bertemu denganku lagi setiap harinya." balas Suzy lirih.
"lalu, kenapa? Kau sudah tahu itu," tantang Myungsoo dengan dagu yang diangkatnya, dan juga kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celana panjangnya.
"kau berubah." ucap Suzy menatap Myungsoo dalam. "aku seperti tidak mengenalmu, Soo."
***
Gimana??? Ada yang masih nunggu lanjutannya?? XD
Untuk kesekian kalinya aku minta maaf buat semuanyaaa. Termasuk chapter kali ini pendek banget :'(
Oke, sebenarnya aku ada niatan buat berhenti update cerita ini karena... Beberapa kendala yang kadang susah bayangin feel MyungZy sekarang ini. Karena you know lah, Suzy udah ada yg punya:')
Tapiii aku mau lihat respon kalian dulu. Masih adakah yg nunggu kelanjutannya? Atau nggak. Kalo nggak ada sama sekali, terpasak aku harus berhenti update :').
Okay, sekian cuap-cuapku. Selebihnya terima kasih!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Man in Love
FanfictionInspired by : My Lovely Girl. Dia datang kembali! Apa yang harus aku lakukan? Mengatakan yang sejujurnya? Oh tidak. Itu tidak mungkin. Tapi... Tidak mungkin perasaan ini aku pendam untuk yang ke-2 kalinya? Aku tidak sanggup melihatnya bersama orang...