#21

735 44 3
                                    

Hai hai ._. ini satu part terakhir sebelum ending. Maaf ya kalo agak maleman upload nya xD Semoga menyenangkan buat dibaca._. maaf kalo gaje-_,-

----------------------------------------------------------------------------------

Hari demi hari berlalu...

Sampai sekarang, gue masih belum menjawab ajakan Tian waktu itu. That's mean, kita belum balikan. Entah kenapa, bukannya gue gak nyaman lagi sama Tian atau gue benci sama dia, engga. Gue sayang banget bahkan gue gak mau dia jauh dari gue. Tapi gue seakan berat buat pacaran lagi sama dia.

Bingung kan? Sama gue juga.

Tapi anehnya, setelah hari itu gue dan Tian malah makin deket. Dia sering ngehampiri gue setelah kelas selesai, begitu pula gue yang selalu nyariin dia kalau udah sampai di kampus. Hubungan tanpa status? Maybe. Mungkin itulah yang sedang gue dan Tian jalani sekarang.

Setiap minggu pagi, gue sama Tian jogging bareng. Cuma berdua tapi, cuma berdua. Bahkan kita gak jarang menghabiskan waktu libur sama sama. Kadang karaokean, berenang, ke bioskop, atau malah di saat dompet lagi kering, kita berdua cuma nonton dvd bareng dirumah gue.

Begitu pula hubungan antara Tian sama mama dan papa. Mereka udah jadi deket banget. Kadang kalau Tian udah gak kerumah, mama sama papa pasti nanyain kenapa Tian gak kerumah. Sama seperti tante Bella dan kak Sarah, mereka sering ngajak gue main kerumah mereka.

Mungkin udah tiga bulan lebih, gue sama Tian menjalin hubungan seperti ini. Tanpa status, tanpa ada ikatan, hanya diikatkan dengan perasaan satu sama lain. Meskipun begitu gue akuin kalo gue nyaman seperti ini.

Bisa dibilang, trauma gue akan yang namanya pacaran dan di selingkuhi sedikit demi sedikit mulai berkurang. Dan rasa percaya gue ke Tian kembali lagi seperti dulu. Mungkin benar apa yang pernah di bilang sama Vira. Tian pasti belajar banyak dari kejadian yang lalu.

Pernah waktu itu, ada cewek di kampus yang ngaku suka sama Tian. Dan Tian cerita ke gue soal itu. Fine, itulah salah satu perubahan terbesar Tian yang gue rasain. Tian menjadi lebih terbuka sama gue.

Setiap ada kejadian apapun, Tian selalu cerita ke gue. Bahkan di saat dia kehilangan sepatu nya dia ceritain ke gue. Semacem udah gak ada rahasia rahasia lagi di antara kita.

Dari sinilah gue semakin merasa mengenal Tian. Rasanya beda banget kalau dibandingin sama pas SMA dulu. Dulu tuh Tian tertutup dan orangnya susah di tebak.

Gue seakan mengenal dia luar dalam. Gue seneng banget ketika gue bisa dengerin curhatan dia setiap malam meskipun ujung ujungnya jadi gaje.

Begitu pula dengan gue. Saat ada cowok yang nembak gue, orang pertama yang gue ceritain soal itu adalah Tian. Bukan hanya itu, pokoknya setiap gue merasakan kendala atau mengalami sesuatu, gue pasti cerita ke Tian.

Kita semakin dekat, semakin tau luar dalem. Gue mulai bisa membaca setiap perasaan Tian dari segala tingkahnya, begitu pula Tian.

Gue seneng sekarang hubungan gue dan Tian bisa deket kayak dulu lagi. Bahkan lebih deket. Bukan hanya deket sebagai orang yang saling suka, tapi sebagai sahabat yang selalu melengkapi satu sama lain.

"Fan!" seseorang menepuk pundak gue.

Saat itu gue sedang bersandar di pohon sambil menutupi kepala dengan jaket. Gue pun melepaskan jaket tersebut dari kepala dan melihat siapa yang ada di sebelah gue.

"Dih ngagetin aja lo" ucap gue.

"Haha, ngapain juga lo tidur disini? Gak panas?" Tian nyengir.

Gue manyun. "Siapa juga yang tidur. Gue lagi mikirin sesuatu nih"

Perfect LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang