Ruangan ini penuh dengan barang-barang antik serupa dengan artefak-artefak peninggalan jaman romawi kuno yang tertata dengan rapi di setiap tempatnya. Arsitektur ruangan ini juga tak kalah jauh dari gaya negeri pembawa rumor cerita tentang kehidupan makhluk itu bermula. Sudut-sudut ruangan terasa bergeming. Sunyi. Kau bisa mendengar detak jarum jam dinding yang mengantarkanmu pada detik-detik kehidupanmu. Kau juga bisa mendengar setiap desah angin musim dingin lewat jendela besar yang terbuka hanya untuk memastikan salah satu inderamu masih berfungsi. Udara di luar teramat dingin meski tungku perapian di tengah dinding ruangan itu menghangatkan sekitarnya tapi tidak bagi dia.
Hujan salju baru saja reda, menghentikan aktivitasnya yang dibenci manusia. Mereka tak bisa bebas berkeliaran di luar rumah menghabiskan waktu mereka. Tapi itu tak masalah bagi sosok yang tengah duduk di kursi santainya itu. Ia masih memiliki kekuatan untuk bertahan selama beberapa waktu. Dipangkuannya biola tua berwarna cokelat usang yang menemani hari-harinya di usap-usap sebagaimana manusia menyayangi hewan peliharaan. Ia juga menyayangi hewan tapi baginya sangat disayangkan jika hewan hanya dijadikan peliharaan. Terlebih manusia sendiri, sangat disayangkan jika ia hanya mengenal si manusia itu tanpa bisa merasakan sedikit aroma manisnya.
DiseIa-sela ia mengusap biola yang menjadi senjata mautnya, bisikan sosok tak kasat mata dirasa mengganggu santainya. Matanya berkilat-kilat seakan menahan amarah pada seseorang di dekat jendela. Di sana tidak ada siapapun, tapi ia berbicara atau lebih tepatnya berbisik pada seseorang.
“Psst! Diam,” imbuhnya pelan. Sosok tak kasat mata itu mungkin tersenyum senang akhirnya setelah ia mengoceh panjang lebar pria itu mau bicara, walaupun hanya sepatah kata.
“Kenapa kau tersenyum?” Ia mengepalkan tangannya di dekat biola. Suatu hal ingin mencengkeram tubuhnya yang terduduk. Tapi dunianya tak mengijinkan.
“Aku merindukanmu…” bisik seseorang dan mengikik pelan padanya.
Pemuda itu mengerlingkan. Di sudut matanya, tak ada yang tahu ia menitikkan sedikit air mata di sana. “Aku juga, sangat merindukan aroma manismu….” sahutnya, menyeringai nakal.
Pemuda itu gegas mendorong sedikit tubuhnya untuk bangkit dari kursi. Ia beranjak ke jendela yang makin memperjelas gambaran dirinya di balik cahaya redup ruangan ini. Rambutnya agak cokelat, wajahnya putih pucat dengan kedua mata berlekuk menyipit. Jika lebih dekat kau melihatnya, sirat manik matanya berwarna cokelat keruh. Teduh. Hidungnya kecil dengan tulang hidung yang lancip. Bibirnya berwarna merah merekah tercampur bau anyir yang menyeruak di sekitar indera penciuman.
Pemuda itu menghembuskan napas perlahan yang lama tercengkeram saat berada di sekeliling manusia. Ekor matanya bergerak menyipit ke sosok yang kini terduduk melayangkan biola tuanya. Tak peduli siapapun sosok itu, saat kau menatap matanya yang tiba-tiba berkilat terlebih mendengar gesekkan dawai biolanya, semuanya akan terasa fatal. Kau… terhipnotis untuk menyerahkan dirimu pada kematian.
Sosok itu tersenyum. Kendati ia menyadari, senyumnya sudah tak berarti.
***
Alexa Hwang.
Baris-baris pepohonan berselimut salju tipis bergerak seolah-olah mereka yang melewatiku. Kutangkap cahaya gelap itu yang mencolok mataku untuk tetap mengikuti arah geraknya. Kaca mobil berembun menyulitkan pandanganku, segera kuusap kaca itu. Tiba-tiba kulihat bayangan hitam bergerak cepat melewati pohon demi pohon dengan sebuah gada di tangannya, menunjuk sesuatu yang ia kejar. Cepat. Sedetik ia berlalu, menghilang. Tak kutangkap lagi sosok gelap itu.
“Sayang, ada apa?” Suara ibu menyentakku yang tak sengaja melamun. Tatapanku yang menerawang keluar kaca mobil dengan suasana malam yang sunyi mencekat di tengah hutan segera berpindah pada ibu yang masih memegang bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD STAINS ON YOUR VIOLIN
FanfictionAlex harus menuruti ibunya pindah dan menetap di rumah keluarga Choi. Ibunya menikah dengan pengusaha yang tinggal jauh dari tempat tinggal terdahulu. Alex benci harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Terutama tentang Seunghyun. Sejak menikah lag...