"Cinta sejati itu gak perlu dicari. Karena sejatinya cinta itu datang di saat lo berada dalam kondisi paling rapuh."• • •
Pagi itu, Raina duduk di kursi rodanya menghadap kumpulan bunga yang sedang bermekaran. Matanya kosong. Gadis itu merasa hidupnya sudah dijungkir balikkan oleh takdir yang tidak mengizinkan dia hidup lebih lama.
Raihan berdiri menggunakan dua lututnya tepat di depan kursi roda Raina, sambil menatap sahabat kecilnya iba. "Tidur, Na. Liat mata lo, udah kayak mata panda tau gak."Raina menggeleng pelan. Sudah hampir tiga hari tiga malam gadis itu tidak tidur. Matanya ia paksakan untuk tetap terjaga meski mulutnya menguap berkali-kali.Gadis pucat itu mengalihkan wajahnya, "Gue takut kalo gue tidur, gue gak bisa liat pagi selanjutnya, Rai," lirih gadis itu.
"Na, gue yakin lo pasti sembuh!" ucap Raihan meyakinkan.
Raina masih tetap mengalihkan pandangannya dari Raihan. Dia tidak ingin melihat wajah Raihan yang menaruh harapan penuh padanya untuk hidup.
Tess
Air mata yang sedari tadi sudah ia tahan-tahan akhirnya mulai berjatuhan dari ujung matanya. Membasahi pipinya tetes demi tetes.
"Na, lo harus kuat ngelawan penyakit lo!"
"Tapi semakin lama gue hidup, semakin lama juga penyakit ini nyiksa diri gue."Raihan memeluk tubuh Raina. "Andai gue bisa ngerasain apa yang lo rasain, Na."Raina terisak di dada Raihan dengan kedua tangan yang melingkar kuat di pinggang Raihan. Lalu berkata, "Jangan tinggalin gue, Rai. Jangan tinggalin gue. Gue takut..."
"Lo tau kan sejak kecil gue gak pernah bisa jauh dari lo? Gue bakal selalu ada buat lo, Aina. Sampai kapan pun, gue bakal selalu melindungi lo."
"Gue takut... gue takut mati, Rai! Gue gak mau mati..."
"Lo gak boleh ngomong gitu! Lo pasti sembuh, Aina."
"Kalau aja dulu gue bersungguh-sungguh mencari cinta sejati gue, pasti sekarang gue gak akan merepotkan lo, Rai." Air mata Raina jatuh tetes demi tetes membasahi baju Raihan.
"Harus berapa kali gue bilang, kalau gue gak pernah merasa direpotkan sama lo, Na. Dan sampai detik ini pun lo masih berhak atas cinta sejati lo!"
"Tapi, dalam kondisi gue yang seperti ini, gue gak akan pernah bisa mencari cinta sejati gue, Raihan...."
"Aina dengerin gue." Raihan memegang kedua bahu Raina, hingga gadis itu duduk tegak menghadapnya. Menatap mata hazel milik Raina dengan tegas. "Cinta sejati itu gak perlu dicari, Na. Karena sejatinya cinta akan datang, di saat lo berada dalam kondisi paling rapuh."
_________________________________________________________________
Masih prolog. Jadi jangan nebak-nebak dulu yaa;)
Dapat ditemukan di gramedia Indonesia
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazel Eyes [DITERBITKAN OLEH AKSARA PLUS]
Teen Fiction[DIPRIVATE! FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Tentang Raina, gadis ceria bermata hazel yang bersahabat sejak kecil dengan Raihan, cowok dingin berotak cerdas dan kelewat serius. Keduanya benar-benar bertolak belakang. Raina tumbuh menjadi gadis yang percaya d...