INI AKU

1 1 0
                                    

Hello guys...
Nama aku Claudia, aku biasa dipanggil claud dan tidak jarang aku dipanggil "cloud" kalian tahu sendiri lah artinya apa. Aku memang suka awan, karena awan tidak pernah membenci matahari yang membuatnya jatuh ke bumi menjadi sebuah tetesan air hujan yang tidak pernah dihargai. Kedudukanku memang seperti si awan, tetapi ini bukan masalah si awan tukang benerin atap bocor di komplekku, ini masalah si awan yang menjadi hujan dan tidak pernah dihargai.

Aku baru saja dimarahi ibu, karena aku selalu menanyakan mengapa dunia ini tidak berpihak padaku? Mungkin aku egois, memaksa dunia untuk menuruti kemauanku. Tetapi, aku juga memiliki hak untuk diprioritaskan seperti yang lain.

Menurutku, dunia ini aneh. Kenapa harus ada mereka yang selalu bertindak seenaknya dan menjadikan aku sebagai sasaran apa yang mereka lakukan. Aku selalu merasa teman-temanku membullyku. Membully itu bukan hanya perlakuan kasar seperti yang selalu diceritakan dalam berita, ketika mereka berkata seolah-olah meremehkanku pada saat itu pula aku merasa terasingkan. Aku merasa takut untuk berdekatan dengan orang lain. Aku jujur, aku tidak dikenal oleh siapapun, mungkin hanya segelintir orang yang mengenalku. Itu bukan karena aku tidak mau berkenalan dengan temanku namun rasa takut telah mengalahkan keberanianku sehingga terpaksa aku memendam keinginanku.

Aku hanya memiliki seorang ibu, seorang ayah dan 2 orang kaka. Mereka lah yang selalu menyemangatiku agar terus berkarya, berpikir, bercanda, bereksplorasi, berespirasi, bermetabolisme, bergerak, berinspirasi, berdefekasi seperti apa yang diajarkan oleh guru biologiku.

Namun, ini juga bukan masalah guru biologiku yang selalu mengadakan ulangan mendadak, melainkan ini adalah tentang suatu perjalan hidupku yang sedang melawan kerasnya kehidupan dalam memenuhi frekuensi harapanku untuk menjadi seseorang yang bisa dibanggakan.

Aku kira, sekolah tingkat SMA itu adalah sesuatu yang mengesankan dan mungkin dapat aku ceritakan kepada anak cucuku kelak bahwa aku selaku ibu atau nenek(eh tua banget) mereka pernah mengalami masa remaja yang indah. Namun aku rasa tidak, sekolah itu hanya sekedar formalitas bagi mereka yang hanya memenuhi tuntutan orang tuanya. Berbeda denganku, aku hanya seorang spesies minoritas yang berada di dalam sebuah ekosistem yang bernama sekolah.

Bagiku, sekolah itu penting memang. Karena inginku adalah menggapai sukses, tapi yang mereka lakukan hanya meminta uang jajan kepada orang tua tanpa mempertanggung jawabkannya. Entah karena aku yang terlalu berambisi untuk meraih kesuksesan atau mereka yang kurang peduli akan masa depan.

Aku tidak terlalu peduli akan hal itu, sebab kesuksesanku tidak ada sangkut pautnya dengan keringat mereka, jika kelak aku menjadi orang sukses itu karena hasil jerih payahku bukan mereka, begitupun sebaliknya.

Setelah lama aku menyendiri, akhirnya aku memberanikan dirinya untuk berkenalan dengan seorang perempuan yang bernama Dhita Monica, saat aku berbincang tidak terlalu lama sekitar ±5 menit atau mungkin aku lupa waktu tepatnya, ternyata aku benar-benar satu ideologi dengannya yaitu ideologi Pancasila, tapi bukan itu yang aku maksudkan! Ternyata aku dengan Dhita atau biasa dipanggil Didit itu satu pemikiran bahwa mayoritas siswa yang bersekolah di sekolah kami hanyalah anak orang kaya yang tidak terlalu peduli pada masa depan.

Chapter 1 dst. Insya Allah secepatnya(kalau banyak vote sama comment).
Aku cuma sekedar penulis amatir kok. Jangan lupa di vote dan comment ya biar lebih baik lagi.
Terimakasih, assalamu'alaikum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MINORITY SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang