The Red Roses

80 8 0
                                    

Angin berhembus lembut, menerpa setiap benda yang ada dihadapannya. Surai eboni halus milik seorang berwajah manis kerap terhempas seiring dengan hembusan angin yang melewatinya.

Senyum terukir dari bibirnya, dan kebahagiaan terpancar dimata bulatnya yang indah. Duduk bersama dengan orang yang dicintainya, membagi kehangatan satu sama lain. Benar- benar suatu hal yang tak akan disia-siakannya. Ia akan menikmatinya bagai esok akhir hidupnya.

Angin mulai berhembus lebih kencang, membuat perempuan berusia 18 tahun itu makin mengeratkan pelukannya pada sang pemilik hatinya. Begitu juga dengan laki-laki yang kerap membagi kehangatan pada si perempuan manis. Malah, ia makin mengeratkan dekapannya seakan tak mau perempuan dalam dekapannya ini tergores oleh hembusan angin yang semakin dingin.

David dan Ashley. Sulit menggambarkan cinta mereka yang begitu indah dan tulus. Ashley hanyalah seorang remaja berusia 18 tahun sedangkan David lebih tua 2 tahun darinya. Dengan usia yang masih muda ini, mereka sama sekali belum mengerti benar apa itu cinta. Yang mereka tau hanyalah, saat mata mereka saling bertemu ada suatu getaran dihati mereka, mata itu seakan berbicara, "itulah cinta".

.

.

"Ash, apa kau mencintaiku?"

"Mmm..aku sungguh mencintaimu." Ashley tersenyum lembut sembari mengusap pipi David.

"Benarkah?"

"Tentu saja. Aku milikmu David!"

"Ya.. Kau milikku Ash, aku juga sungguh mencintaimu.." Davif mendekap tubuh Ashley erat. Ia takut Ashleynya akan pergi meninggalkannya. Ia sungguh mencintainya. Sungguh - sungguh mencintainya.

.

.

Ashley menggenggam tangan David erat sambil mengayunkannya perlahan. Hari-hari mereka selalu seperti ini, penuh dengan canda dan tawa, juga senyuman mereka yang seakan tak pernah lelah terukir dibibir mereka.

Ashley bagai malaikat jatuh dari surga yang datang secara tepat pada waktunya. Saat David sudah hampir menyerah dengan apapun yang ada di dunia ini dan ingin mengakhiri hidupnya, Ashley datang menyelamatkannya. Mengubah cara pandangnya pada hidup yang amat singkat ini dan membuatnya tersadar bahwa jika ia mengakhiri hidupnya saat itu, ia akan melewatkan banyak hal termasuk bertemu dengan Ashley.

Ashley menjadi panutan hidupnya, karena itu ia akan menjaganya dengan cara apapun. Tapi bukan berarti ia tak percaya pada Tuhan, ia percaya betul. Bahkan setelah Ashley datang dalam hidupnya ia semakin percaya.

Ashleynya ini adalah hadiah berharga yang terindah dari Tuhan dan Ia harus menjaganya.

.

.

Udara kota Amsterdam kini semakin dingin, jalanan juga sudah mulai tertimbun salju. Namun tidak menjadi penghalang bagi sepasang kekasih yang sedang asik tertawa dikursi taman itu. Seperti hari-hari sebelumnya, canda dan tawa mengiringi hari mereka. Bagi mereka, selama ada satu sama lain, dingin seperti ini takan terasa.

"Ash suka sekali bunga mawar ya?" Ucap David sambil mencium kepala Ashleu, menghirup harum apel disana. Harum khas Ashleynya. Tangannya memeluk tubuh Ashley untuk menghangatkannya.

Ashleu mengangguk sembari tersenyum, menikmati segala perlakuan pelindungnya pada dirinya. "Selalu indah ."

"Putih atau merah?"

"Semuanya asal itu mawar Dav, kkk."

"Baiklah sayang.. aku akan memberimu mawar setiap hari, asal kau tersenyum senang seperti itu setiap hari dear." Ucap David lalu mengecup pipi gempal Ashley.

"Astaga, Dav~ Aku bisa tersenyum seperti ini tidak hanya karena melihat mawar. Senyumku ini milikmu juga, kau bisa melihat dan menikmatinya kapanpun, Dav." Ashley tersenyum lembut.

"Kkk baiklah dear. C'mon udara sudah semakin dingin."

David kemudian berdiri dari tempat duduknya sambil membersihkan salju di mantelnya. Tanpa ia sadari, Ashley meletakkan salah satu tangkai bunga mawar itu dikursi. Ia selalu seperti ini, dimanapun David memberinya sebucket mawar, ia akan meninggalkannya setangkai ditempat itu.

Ashley tersenyum, lalu membalas uluran tangan David. Menggenggamnya erat. Kemudian sepasang kekasih tersebut meninggalkan tempat itu. Meninggalkan setangkai mawar merah sendirian, dan hampir beku oleh udara dingin.

.

.

"Ash!" David tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya penuh semangat saat melihat kekasihnya diseberang jalan. Sebelah tangannya menggenggam sebucket mawar kesukaan Ashley.

Hari ini David membawakan bucket besar mawar putih untuk Ashley. Bunga cantik untuk orang yang tercantik. Ashley pasti sangat senang.

Ashley tertawa geli melihat tingkah kekasihnya yang bagai bocah 5 tahun itu sekarang. Onyx karamelnya tertuju pada bucket mawar kesukaannya.

"Biar aku yang menyeberang Dav, kau tunggu saja disana okayy!" Teriak Ashley keras sampai membuat semua orang menatapnya shock.

Lampu hijau bagi pejalan kaki menyala seiring dengan kaki jenjang Ashley melangkah menuruni trotoar ditepi jalan. Senyumnya masih tetap mengembang dan menghiasi wajahnya yang manis. Pipinya yang memerah karena dingin sudah diabaikannya, karena ia tahu sebentar lagi David pasti akan mendekapnya dengan sangat erat dan menghangatkannya.

Tap. Tap.

Sedikit lagi. Sedikit lagi maka ia akan ada dalam dekapan David.

.

.

"ASHLEY AWAS!!!!"

Raut wajah David yang sedari tadi ia tatap berubah jadi muram, senyumnya memudar. David mematung, ia seperti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sedetik kemudian, Ashley tersadar bahwa ada cahaya menyilaukan pada sisi kanannya.

TIIINNN !

BRAKKK!

"ASHLEY!!!!!"

Terlambat. Semua sudah terlambat.

.

.

Bucket mawar itu terjatuh dari genggaman David saat melihat kekasih tercintanya terkapar begitu mengenaskan. Hatinya melongos. Orang yang amat sangat dikasihinya kini tak berdaya. Ia terduduk lemas tak percaya akan apa yang ada dihadapannya saat ini.

Ia tak menyangka semua terjadi secepat ini. Bahkan terlalu cepat.

"Ash..." Suara parau David terdengar. Tangannya yang gemetar menggenggam jemari Ashley yang tak bergerak. Air matanya mengalir tak terhindarkan.

Ia sadar, bahwa orang yang sungguh dikasihinya itu kini tak bernyawa.

Tuhan memanggilnya terlalu cepat.

Tapi bagaimana pun, Tuhan menginginkan miliknya kembali. Tak ada yang bisa merubah kehendak Tuhan.

Tubuh ringkih itu semakin kaku. Roh didalam tubuh itu perlahan meninggalkan tubuh duniawi yang rupawan, dan meninggalkan dunia fana ini. Meninggalkan seluruh hatinya pada orang yang paling ia kasihi bahkan hingga akhir hidupnya, David. Dan tentu saja membawa sebagian hati David yang terlajur ia tinggalkan. Membawa sebagian dari hati terindah yang pernah dicintai dan mencintai dirinya.

Meninggalkan David yang kian rapuh.

Kini mawar putih indah berbau harum itu menjadi merah oleh darah. Mawar itu menjadi saksi bagaimana kisah cinta tulus dua insan kini berakhir terpisah oleh maut. Kisah romantis namun tragis. Berakhir namun bukan yang terakhir.

-END-

Thankyou for reading! Maaf kalau typo(s) tersebar dan banyak kata or kalimat yang susah dimengerti -hehe. This is my first story, so please kindly leave a comment xoxo❤

The Red RosesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang