Oneshoot

215 18 1
                                    


Title : Only Hope

Author : KyuLelGan
Length : Oneshoot
Cast : Cho Kyuhyun, Lee Hiu Hwi
Subcast : Hiu Hwi eomma

Di FF ini, Kyuhyun nya ga muncul,, ini cuma curhatan dari seorang Lee Hiu Hwi, ^^

Happy Reading it Guys ^^

Lee Hiu Hwi POV

Lee Hiu Hwi POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pagi itu, Udara terasa sangat dingin. Hanya seburat cahaya yang memberi warna pada kaki langit. Aku merapatkan jaket. Menghalau dingin yang membekukan ku. Aku melangkah dengan hati-hati diantara rumput dan tanaman liar yang rimbun.
Embun menciptakan tirai tipis dan bergerak lambat diatas makam yang letak nya tidak beraturan. Untuk sesaat,ku biarkan kesunyian melingkupi. Aku menikmati, Saat mencoba melarutkan diri pada kesendirian karena pada saat itu aku akan leluasa berdialog dengan diri sendiri. Setelah memanjatkan do'a. Aku segera meninggal kan pemakaman itu.
Aku anak yang lemah, Pendapat mereka seperti itu. Tidak salah memang tapi tidak juga sepenuh nya benar. Mungkin karena semasa kecil. Aku akan mudah jatuh sakit, Bila kelelahan Tapi itu tidak membuat ku menjadi anak yang manja. Sebagai anak terakhir , Aku berusaha menjadi kan diri ku anak yang mandiri. Meskipun sifat egois yang terkadang membuat orang lain sulit memahami apa yang ada dalam pikiran ku.
Eomma ku memiliki sifat yang keras. Hal itu yang cenderung membuat aku sering kali bertentangan dengan nya. Aku lebih dekat dengan Appa yang lebih mengerti setiap keinginan ku.Sifat keras eomma menjadi pembenaran bagi untuk membantah .Meski akhir nya aku yang berada di pihak yang kalah.
Sebagaimana hidup pada umum nya.Kebahagiaan akan selalu berdampingan dengan kesedihan. Dan di dunia setiap mahluk memiliki batas waktu. Pada usia yang masih labil.Aku kehilangan appa. Dunia ku terasa hanya terisi kehampaan saja. Aku menjadi lebih pemurung, Bahkan ku biar kan hati ku semakin lemah. Eomma selalu berusaha menghibur . Ku lihat rasa khawatir dari sorotmata nya.
Sejak saat itu.Aku mulai belajar mengikhlas kan kepergian Appa. Meski hidup tidak selalu ku jalani dengan baik. Tapi eomma selalu memberikan ku semangat dan harapan.Pernah terlintas dalam pikiran ku. Kepergian appa adalah cara Tuhan untuk mendekat kan aku dengan eomma. Mungkin selama ini. Aku telah mengabaikan bentuk kasih sayang eomma pada ku.
Eomma ku wanita yang kuat.itu yang seharus nya ku sadari sejak lama.Telah banyak ujian hidup yang telah di lalui.Tapi eomma tetap tegar dan mampu melewati nya.Di balik sifat nya yang keras.Eomma selalu memberi maaf ,pada hidup yang terkadang tidak berpihak baik pada nya.
Aku ingin memberi kan sesuatu yang lebih untuk eomma. Karena setiap kali kulihat orang-orang yang dapat membahagiakan orang tua nya.Aku sangat merasa iri.Aku ingin seperti mereka, Batin ku.
Eomma tidak pernah menuntut apapun.Aku yang sering merasa malu bila eomma membanggakan ku. Yang pada kenyataan nya aku tidak sehebat yang di ceritakan nya.Maaf kan aku eomma. Dalam setiap helaan nafas ku. Aku berharap Tuhan memberi ku kesempatan membahagia kan mu.
Hari,bulan,tahun berlalu.Detak jarum berputar tanpa titik perhentian.Kini aku pergi ke Seoul .Keinginan yang awal nya tidak di setujui eomma.Ku kata kan bila aku ingin mencari pengalaman baru.Lagi pula di Seoul.Aku tinggal dengan oppa ku,jadi aku akan baik-baik saja.Ku yakin kan eomma saat itu.Melihat kesungguhan dan seolah memahami perasaan ku.Eomma akhir nya mengijin kan aku untuk pergi.
Dua tahun tanpa terasa. Aku menjalani pekerjaan sebagai rutinitas.Mencoba ber adaptasi untuk terus bertahan pada alur hidup yang ku pilih. Meski ada kala nya otak ku ter isi penuh oleh kejenuhan. Aku merasa ingin menyerah.Tapi menyerah pada apa? Takdir telah menuntun ku berada disini dan aku harus melakukan yang terbaik semampu raga dan pikiran ku.
Ya, aku hanya perlu lebih bersabar dan melanjut kan kehidupan ku.Lagi pula.Di tempat ku sekarang,aku mendapat kan pengalaman baru yang berharga. Berada di antara orang-orang baik.
Setiap hari eomma selalu menelepon. Saat itu aku dapat bercerita segala rutinitas ku tapi sebisa mungkin aku menghindari untuk bercerita sesuatu yang akan membebani pikiran nya. Eomma masih saja selalu mengkhawatirkan ku. Bahkan pada hal yang ku anggap sepele. Tapi seperti itulah eomma. Selalu membuat ku merasa istimewa.
Malam ini aku bersimpuh. Melarutkan diri pada kesunyian. Menikmati saat dimana aku bisa leluasa berdialog dengan Tuhan. Berbagai peristiwa. Datang silih berganti di otak ku. Ah, Tuhan. Aku selalu merusak rencana baik yang engkau atur untuk ku. Tiba-tiba saja aku merasa sakit.Di tengah lembah hati.Ada kecewa yang ku simpan rapat. Bahkan aku tidak ingin Tuhan pun tau.Meski tidak ada yang bisa ku sembunyikan dari nya. Rasa itu timbul tenggelam.Seperti teriakan yang memantul pada dinding hati.Sampai akhir nya kembali lenyap terisap sepi.
Dalam bentangan jarak ini. Setelah banyak peristiwa yang ku alami. Aku menyadari. Bila hanya eomma yang tulus menyayangi ku. Hanya eomma yang mengerti meski ada kata yang tidak ku ucap kan. Ah, Apakah ini ku rasa kan bila aku sedang terluka saja atau memang yang ku rasa kan nyata seperti itu. Aku lelah memikir kan semua. Sampai akhir nya aku tertidur pulas. Dalam mimpi, Ku lihat eomma tersenyum dan mengusap lembut kepala ku.
Perjalanan yang panjang untuk kembali pulang. Ku dekap erat ransel ku. Dingin mulai terasa menumbus lapisan jaket. Aku melihat keluar jendela bus. Hujan turun dengan deras nya diluar sana. Tubuh ku teramat lelah. Aku ingin segera tiba di rumah. Merenggang kan tulang- tulang ku yang terasa kaku.
Tepukan halus membangun kan ku subuh itu. Mata ku masih terasa sangat berat. Aku semakin membenam kan tubuh ke dalam selimut
" Hiu Hwi aaa ireonaa " Eomma menarik turun selimut ku.
Rasa yang tidak ternilai. Karena saat ini segala beban ku mengurai begitu saja. Ku nikmati setiap detik liburan ku. Eomma selalu berusaha untuk mengajak ku jalan-jalan, Berkunjung ke tempat wisata. Tapi dengan malas ku tolak ajakkan nya. Aku hanya ingin di rumah. Tidur dan menghirup aroma minyak angin yang selalu di pakai eomma.
Tubuh eomma semakin kurus. Penyakit diabetes telah menggerogoti daging nya. Hati ku terenyuh bila eomma mulai mengeluh kan penyakit nya dan terlebih tidah bisa leluasa menikmati makanan yang di ingin kan nya.

Sore itu, Aku berbaring malas di dekat kaki eomma. Tangan nya yang kurus membelai kepala ku.
" Bagaimana kabar Kyuhyun? " Tanya Eomma.
" Baik. " Jawab ku singkat.
" Kapan dia akan datang untuk melamar mu ? " Sejujurnya, saat ini aku tidak ingin eomma menanya kan hal itu. Tapi dengan berat hati. Kujelas kan bahwa lelaki itu ingin menyelesaikan kuliah S2 nya dulu.
" Kapan kuliah nya akan selesai ? Ingat usia mu sekarang. Apa harus menunggu dia ? Eomma sudah mulai tua. Eomma ingin melihat mu segera menikah. " Nada suara eomma meninggi. Mendengar ucapan nya aku membisu dan perasaan ku tiba-tiba kosong. Eomma beranjak meninggal kan ku. Pedih. Seakan jarum yang menusuk tenggorokan ku.
Eomma duduk di teras rumah. Angin sore menyapu lembut dan mengayun-ayun kan tubuh nya yang kurus. Aku hanya mampu melihat nya dari balik jendela. Entah mengapa, Aku merasa Tuhan telah salah mencipta kan ku. Di saat aku mencintai lelaki itu. Aku mengabaikan hati nya. Mengabai kan lelaki lain yang melamar ku. Aku kembali mengecewakan eomma.
Aku merasa sakit karena terjepit keadaan. Aku hanya menempat kan diri ku dalam penantian. Yang mungkin akan menjadi penantian yang sia-sia.
Eomma menemui ku di kamar. Mata nya yang layu menatap ku dengan penuh penyesalan.
" Tidak perlu terbebani masalah pernikahan. Nanti juga akan ada waktu nya. Sekarang focus saja pada pekerjaan mu. " Aku bahkan tidak memiliki keberanian menatap wajah nya. Wanita itu kembali mengorban kan perasaan nya untuk ku.
Malam semakin larut. Berharap do'a ku menjadi titik yang menuju langit. "Tuhan, Jika aku dapat bertemu hari esok. Beri aku kesempatan untuk membahagiakan wanita mulia ini. " Ku tatap wajah yang tengah tertidur lelap.

END

Only HopeWhere stories live. Discover now