❧ ❧ ❧ ❧ ❧
Hari ini adalah hari ketiga Zidny mendatangi kafe Moment setelah obrolan singkatnya dengan Iqbaal. Namun untuk ketiga kalinya juga ia sama sekali tidak melihat Iqbaal.
Zidny tidak tau kenapa Iqbaal tidak bekerja. Setiap ingin bertanya dengan salah satu pelayan di sana, Zidny selalu mengurungkan niatnya.
"Cari Iqbaal ya?"
Zidny melepas pandangan dari ponselnya. Ia tersenyum kikuk ke arah pelayan wanita yang beberapa hari yang lalu melayaninya.
"Iqbaal udah tiga hari ini nggak masuk," uj.ar pelayan itu.
Zidny mengerutkan keningnya. "Nggak masuk kerja? Kalo boleh tau kenapa ya?"
Pelayan itu mengeleng. "Nggak ada yang tau kenapa Iqbaal nggak berangkat kerja."
"Loh? Emangnya dia nggak ijin?"
"Buat apa ijin dia kan--"
"Fira, ayo kerja."
Pelayan yang ternyata bernama Fira itu menoleh ke arah temannya. "Eh iya bentar." Fira kembali menoleh ke arah Zidny. "Aku kerja dulu ya. Permisi."
Zidny mengangguk pelan. Iqbaal kenapa ya?
***
Zidny kembali mengunjungi kafe entah untuk yang ke berapa kalinya. Namun lagi-lagi Zidny harus mendapat kekecewaan. Ketika kemarin datang ke kafe Moment, Zidny mendapati jika kafe sedang tutup. Ketika hari ini datang lagi, kafe masih saja tutup. Penasaran kenapa kafe tutup selama dua hari berturut-turut, akhirnya Zidny memberanikan diri untuk bertanya pada seorang tukang parkir yang bekerja di toko yang berada di sebelah kafe.
"Permisi, Pak. Saya mau tanya, kenapa ya kafe Moment dari kemarin tutup?"
"Oh iya, Neng, anak pemilik kafe kemarin meninggal. Jadi kafenya tutup."
"Meninggal?"
"Iya, Neng."
Zidny tersenyum ramah. "Kalo gitu makasih ya, Pak. Permisi."
Ketika Zidny kembali ke kafe untuk mengambil mobilnya, Zidny melihat Fira datang menggunakan motor bebeknya.
"Fira kan?" tanya Zidny memastikan. Seingatnya, namanya memang Fira karena Zidny mendengarnya sendiri ketika temannya menyebutkan nama Fira ketika gadis itu sedang berbicara dengannya.
Fira yang baru turun dari motornya itu mengangguk. "Eh, Kakak?"
Zidny mengulurkan tangannya. "Gue Zidny. By the way jangan panggil Kakak, kayanya kita seumuran. Lagipula sekarang kan bukan jam kerja."
"Fira, Kak, eh Zid," ujar Fira sambil menerima uluran tangan Zidny.
Zidny tersenyum. "Lo ngapain ke sini, Fir? Kan kafenya tutup."
Zidny bisa menangkap ekspresi murung dari wajah Fira. "Kenapa sih, Fir?" belum mendapat jawaban juga dari Fira yang masih bergeming, Zidny berniat untuk menyakan tentang anak pemilik kafe Moment yang meninggal. "Fir, emang anaknya pemilik kafe Moment meninggal ya makanya kafenya tutup?"
Fira mengangguk lemah. "Iya. Iqbaal yang meninggal, Zid."
Detik itu juga Zidny merasakan jika detak jantungnya seolah-olah berhenti. Nyawanya seperti hilang entah kemana. Tulang kakinya seakan remuk dan membuatnya tidak bisa menopang dirinya sendiri. Tubuhnya lemas. "Lo bohong kan, Fir?" tanya Zidny dengan suara parau.
Fira kembali menggeleng lemah. "Iqbaal meninggal kemarin. Ini aja gue baru pulang dari makamnua dan langsung ke sini karena kerena gue inget beberapa hari yang lalu gue ketemu Iqbaal di sini. Gue inget gimana baiknya dia ke semua waiter. Walaupun dia anak pemilik kafe ini, tapi dia tetep mau kerja di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Minutes
Teen FictionApa yang kamu lakukan jika kamu hanya diberi waktu selama lima menit bersama orang yang kamu cintai?