Surya, Senada, dan Senja.
***
Seorang gadis berambut pendek sebahu tengah fokus dengan selembar kertas di depannya. Ulangan mendadak, selalu menjadi momok yang sukses membuat siswa-siswa kelas X-IPA-2 gelagapan dan mengalami tekanan batin yang hebat.
Gadis bernama lengkap Senja Kirana Ahmed itu mengalihkan pandangannya keluar kelas. Penglihatannya menangkap sesosok pemuda bertubuh jangkung tengah duduk sembari meminum air mineral dengan keringat terlihat bercucuran disekitar pelipisnya.
Siapa yang tidak terpana melihatnya?
Nama lengkapnya Surya Kencana Praja, kapten tim sepak bola sekolah yang diidam-idamkan hampir setiap gadis di SMA Garuda.
"Sst... Senja!"
Suara bisikan dari arah kanannya menginterupsi kegiatan Senja. Iya, itu suara Irina, gadis berperawakan agak gembul dengan postur tubuh agak pendek itu sudah hampir 2 tahun belakangan ini menjadi teman dekatnya.
"Lagi ngelihatin Surya, ya?" tanya Irina dengan senyum yang... sulit diartikan.
"Apa sih. Enggak, ah." tepis Senja sembari mengalihkan fokusnya ke kertas soal Fisika di depannya.
Irina tertawa kecil. Sudah sering sekali Senja tertangkap basah tengah memerhatikan Surya secara diam-diam. Irina tahu, sebenarnya Senja suka anak itu, hanya gengsi saja yang membuat kedua nya hingga kini belum mengenal satu sama lain.
"Kalau mau, gue bisa ngenalin lo sama Surya." kata Irina dengan nada agak sedikit berbisik karena saat itu kelas sedang hening karena siswa-siswa banyak yang sibuk memikirkan jawaban dari soal-soal ulangan fisika tersebut.
Senja menoleh sebentar lalu kembali membuang mukanya.
"Kan udah bilang, gue enggak mau kenalan sama Surya. Lo udah nawarin itu ribuan kali, Rin!" kata Senja dengan nada ketus. Irina tahu, jauh di dalam lubuk hati Senja, ada sebuah keinginan besar untuk berkenalan dengan pemuda bernama Surya itu.Jauh di dunia Surya, sesungguhnya Ia tahu, Ia diperhatikan oleh sepasang mata yang memandangnya seolah Ia adalah pemuda paling diminati sedunia.
"Surya, nanti lo berangkat latihan, kan?" tanya seorang pemuda jangkung yang berbalutkan seragam olahraga yang agak basah oleh keringat.
"Pasti lah. Lo juga, Dim." kata Surya pada Dimas, salah satu anggota yang paling aktif dalam tim sepak bola sekolah.
"Siap. Nanti gue bawa si Diana." kata Dimas dengan mantap. Diana itu anak kelas X yang dikabarkan tengah dekat dengan Dimas.
"Terserah. Gue nggak larang. Ha ha ha." kata Surya disertai tawa kecil.
"Gue juga nggak ngelarang lo lihatin si Senja seharian." balas Dimas tak mau kalah.
Surya diam. Raut wajahnya berubah ketus.
"Siapa juga yang ngelihatin Senja." kata Surya dengan ketus, lebih seperti bergumam.
Dimas menarik senyum nakal yang... menurut Surya menjijikan.
"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Surya dengan nada ketus.
Dimas berdecih pelan. "Gue tau, lo sebenernya ada rasa yang cihuy dikit gitu kan ke Senja?" tanya Dimas dengan nada seolah-olah Ia tahu segalanya.
"Enggak. Sok tau lo, mah." kata Surya dengan nada congkak.
"Udah, ah." kata Surya lagi sembari mengambil botol minumnya dengan kasar. Beberapa hari belakangan ini, entah bagaimana, Dimas menjadi agak menjengkelkan, atau, entah, mungkin karena Diana? Surya juga tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionSemua tahu. Surya mencintai Senja dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Dua kepribadian yang berbeda, menjadi satu dalam ikatan sebuah kisah asmara. Surya tidak peduli bagaimanapun perlakuan Senja terhadapnya, Ia tetap bertahan. Senja yang dulu...