Gue nggak bakal kalah dari lo, Gibran!

8.7K 267 46
                                    

Hai semua.. ini karya kedua ku. yah, walaupun aku ngerasa karya ku sebelumnya sepertinya agak kurang menarik. hahaha,, tapi aku akan tetap upload chapter lanjutan untuk karyaku sebelumnya. nah, untuk karya yang ini, aku buat cerpen, beda kok ama karya sebelumnya, ini aku buat dua tahun yang lalu. semoga kalian suka ya..

___________________________________________________________________

Pagi yang cerah, seperti biasa, seorang gadis turun dari sebuah angkot biru di depan gerbang SMP Permata Bangsa. Zea Seviranita. Baru duduk di bangku kelas VIII. Pintar, berbakat, dan otomatis dia adalah gadis yang kutu buku.

            Suasana sekolah masih sepi, maklum masih pukul 06.30. Zea berjalan menuju kelas VIII.B. Dari kejauhan dia sudah melihat bayangan itu, bayangan yang selama ini dia kenal, bayangan yang selama ini paling dia benci, dan bayangan itu dimiliki oleh rivalnya. Gibran. Cowo yang selama ini selalu jadi saingannya di pelajaran bahasa inggris. Padahal sebelumnya belum ada yang bisa menandinginya dalam pelajaran ini.

Tapi dalam sekejap cowo berbadan cungkring dengan wajah yang ganteng ini tiba-tiba masuk dalam kehidupannya, dan dengan sukses menggeser reputasinya sebagai master bahasa inggris. Terang saja Zea kesal pada Gibran, setiap kali dia berusaha menjadi yang terbaik dalam kelas bahasa inggris, setiap kali itu pula Gibran mengalahkannya. Sebenernya sih Gibran biasa-biasa aja, ngga pernah punya niat untuk menggeser posisi Zea karena sejak kecil Gibran emang udah dibiasakan berbahasa inggris di rumah oleh kedua orang tuanya. Maklum, kedua orang tua Gibran memiliki profesi yang tidak main-main, seorang profesor. Sedangkan orang tua Zea hanya seorang pegawai swasta biasa, Zea pun hanya belajar bahasa inggris sejak kelas IV SD. Emang wajar sih sebenarnya Gibran lebih jago daripada Zea, tapi Zea tak pernah mau kalah dari Gibran, makanya sering kali Zea bersikap sinis pada Gibran.

            “Pagi Zeezee” sapa Gibran

            Ih, nih orang udah bikin gue gedeg aja pagi-pagi buta. Ucap Zea dalam hati. “Udah berapa kali sih gue bilang, jangan panggil gue Zeezee, nama gue tuh Zea!” jawabnya tanpa memedulikan sapaan ramah dari Gibran.

            “Ehm, itu panggilan special dari gue buat lo. Hahaha..” ucapnya sambil berlalu.

            “Dasar aneh.”

            Zea segera menuju bangkunya. Lama kelamaan makin banyak siswa yang datang, beberapa saat kemudian bel tanda masuk pun berbunyi. Para siswa berhamburan menuju bangku masing-masing.

            “Good morning, class!” sapa Miss. Ester

            “Good morning, ma’am!” jawab para siswa.

            “Ok, today I’m gonna announce you who got the best mark in the last test.

            Sontak para siswa ribut.

            “keep silence, class..” ucap Miss. Ester, “Ehm, let’s see… first position, Gibran Prasetyo!” para siswa bertepuk tangan, “and the second… Zea Seviranita” tepuk tangan kembali terdengar. Seperti biasa, Zea memandang sinis pada Gibran. Awas, gue ngga bakal kalah dari lo.

***

            Zea tersadar dari lamunannya, senyum simpul tergambar dari sudut bibirnya. Hmm.. ternyata gue emang ngga bisa menang dari lo. Tak terasa kenangan itu telah berlalu sejak enam tahun yang lalu. Ya, sejak kelas IX, Gibran pindah sekolah ke Makasar. Tak ada lagi yang jadi rivalnya dalam bahasa inggris sejak saat itu.

Gue nggak bakal kalah dari lo, Gibran!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang